SISWA KELAS X SMKN 3 KUDUS

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Metode Pembelajaran Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Advertisements

Masalah-masalah BELAJAR
PERAN BK DALAM MEMBANGKITKAN MOTIVASI BELAJAR
( Myers Briggs Type Indicator )
Oleh Dra. Salmah Lilik, M.Psi
BAB 7 PENULISAN LAPORAN PENELITIAN
PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEBERANIAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA KELAS VIII B SMP 1 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Oleh:
JUDUL PENELITIAN A. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Masalah 2
Keterampilan Dasar Mengajar
KEMANDIRIAN.
KONSEP PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH MENENGAH
KESADARAN PENDIDIKAN SUKU ASLI DI KECAMATAN BANTAN (Studi kasus Keterbelakangan Tingkat pendidikan suku asli di Desa Bantan Tengah, Desa Bantan Air dan.
PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORAL.
SEMINAR PROPOSAL JUDUL
KONSEP DIRI WANITA DEWASA MADYA YANG MENGALAMI
TITA MAELA MARGAWATI, MENGURANGI PERILAKU AGRESIF MELALUI LAYANAN KONSELING BEHAVIOUR DENGAN TEKNIK PENGKONDISIAN OPERAN PADA SISWA KELAS VIII.
Problem Solving.
HAKIKAT MENULIS.
STKIP-PGRI Banjarmasin
OLEH: FITRIA WALLY NPM :
Kurikulum Berbasis Kompetensi
PENGGUNAAN OBSERVASI DALAM PSIKOLOGI
PENERAPAN METODE EDUTAINMENT ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN RESPON SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI Oleh : Muhammad Irham.
  PENERAPAN KONSELING BEHAVIORISTIK TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIK UNTUK MENGATASI DAMPAK KECEMASAN SISWA AKIBAT PERCERAIAN ORANGTUA PADA SISWA KELAS.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PERTEMUAN 4 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU PADA PEMBELAJARAN.
LAPORAN DALAM PENELITIAN KUANTITATIF Dr. RATNAWATI SUSANTO, M.M., M.Pd
KONSELING KELOMPOK.
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI OLEH GURU
PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN DALAM PENELITIAN TINDAKAN KELAS
SELAMAT DATANG DI KELAS PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
Masalah-masalah BELAJAR
Penelitian Tindakan Kelas Bab I 1.1 Latar belakang masalah
Masalah- masalah Belajar
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PENERAPAN METODE SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD NEGERI NGOYOG 1 Intan Tri Agung Wijaya PROGRAM STUDI.
Latar Belakang LATAR BELAKANG BK di sekolah bertujuan agar siswa dapat menemukan pribadi,mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan,agar siswa mempunyai.
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK PADA SISWA KELAS V SDN SUMOGAWE 04 KECAMATAN GETASAN KABUPATEN.
LAYANAN PEMINATAN DENGAN BIMBINGAN KELOMPOK
TEORI BELAJAR HUMANISTIK
MEDIA PEMBELAJARAN By: Durinda Puspasari.
SISWA KELAS 4 SD NEGERI KESENENG 01 KECAMATAN
PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM.
PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Keterampilan Dasar Mengajar
Penulisan Proposal Penelitian Tindakan Kelas
MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA GURU DENGAN PESERTA DIDIK OLEH KEPALA SEKOLAH GUNA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Sufyan,
Bimbingan Kelompok Oleh: Nur Ikatia Muchtar ( )
IDENTIFIKASI STUDI KASUS DALAM SEKOLAH MENURUNNYA MOTIVASI BELAJAR (KASUS BIDANG BELAJAR ) ERLINA DWI CAHYANI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Penulisan Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Teknik memahami perkembangan siswa SD
STUDI KASUS MENCERMATI MASALAH ARTI STUDI KASUS
DISUSUN OLEH: YATI SUMIATI IPS 1.
Keterampilan Dasar Mengajar
Pengasuhan Anak Usia Sekolah Dasar PERTEMUAN 8
PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR MELALUI KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS
STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA AKTIVITAS SISWA (PBAS)
PENINGKATAN PEMAHAMAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP PADA KONSEP PENCERNAAN MAKANAN MAKALAH OLEH Muhammad Irwandie ACD 113.
POLA 17 (+) BK Ber Keluarga Keber -Agamaan Tampilan Kepustakaan
PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORAL.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS Utk Forum Ilmiah Guru PUSBANGPRODIK BPSDMPK
KONSELING KELOMPOK (PENDEKATAN BEHAVIORAL)
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
BAB III PROSES BELAJAR MENGAJAR ORANG DEWASA
UPAYA MENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL COURSE REVIEW HORAY (CRH) DI KELAS VII.3 SMPN 30 PADANG.
NAMA : Joan Jamarsi Ginting NIM : FAKULTAS TEKNIK JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2019.
TELA’AH KURIKULUM. A.Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah suatu cara penyampaian pelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan murid.
Transcript presentasi:

SISWA KELAS X SMKN 3 KUDUS PENERAPAN KONSELING BEHAVIORISTIK TEKNIK ASSERTIVE TRAINING MELALUI BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KETERBUKAAN DIRI SISWA KELAS X SMKN 3 KUDUS Oleh ACHMAD DWI RIYAN COKO NIM. 2010 31 259 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah sesuai dengan hasil observasi dan pengamatan penulis terhadap siswa pada hari Senin, tanggal 26-30 Januari 2016 dan wawancara dengan guru BK pada jam 10.30-12.00, diketahui ada beberapa siswa kelas X yang mempunyai sikap keterbukaan dirinya rendah, seperti tidak memiliki tenggang rasa, tidak mau bekerja sama, tidak menghargai orang lain. Rumusan masalah: 1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keterbukaan diri pada siswa kelas X SMKN 3 Kudus? 2. Apakah melalui penerapan konseling behavioristik teknik assertive training melalui bermain peran dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri pada siswa kelas X SMKN 3 Kudus? Tujuan penelitian: 1. Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keterbukaan diri siswa kelas X SMKN 3 Kudus. 2. Meningkatkan sikap keterbukaan diri melalui penerapan konseling behavioristik teknik assertive training melalui bermain peran pada siswa kelas X SMKN 3 Kudus.

Manfaat penelitian; 1. Manfaat teoritis; memperkaya khasanah teori tentang konseling behavioristik teknik assertive training melalui bermain peran. 2. Manfaat Praktis; a. Kepala sekolah dapat menentukan kebijakan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling behavioristik untuk meningkatkan sikap keterbukaan diri, b. Guru bimbingan dan konseling dapat menerapakan konseling behavioristik teknik assertive training melalui bermain peran untuk meningkatkan sikap keterbukaan diri siswa, c. Guru mata pelajaran dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri dalam proses belajar mengajar. d. Wali kelas dapat mengetahui sikap keterbukaan diri siswa. e. Siswa dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri melalui konseling behavioristik teknik assertive training melalui bermain peran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Sikap Keterbukaan Diri Pengertian Sikap Keterbukaan Diri Mengungkapkan reaksi atau tanggapan seseorang terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan di masa kini Manfaat Sikap Keterbukaan Diri Dapat meningkatkan hubungan dengan orang lain. Siswa yang mampu membuka dirinya maka dia akan memiliki hubungan yang baik dengan teman sebaya, orang tua mapun orang-orang sekitarnya sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk mengaktualisasikan dirinya. Indikator Sikap Keterbukaan Diri Tenggang rasa, Berterus terang dan tidak menutup-nutupi kesalahan dirinya maupun yang dilakukan orang lain, Tidak merahasiakan sesuatu yang berdampak pada kecurigaan orang lain, Bersikap hati-hati dan selektif dalam menerima dan mengolah informasi dari manapun sumbernya, Toleransi terhadap orang lain, Mau mengakui kelemahan atau kekurangan dirinya, Menyadari tentang keberagaman dalam berbagai bidang kehidupan, Mau bekerjasama Menghargai orang lain, dan Mau dan mampu menyesuaikan dengan berbagai perubahan.

Konseling Behavioristik Pengertian Konseliing Behavioristik Konseling behavioristik adalah model konseling yang berorientasi pada perubahan tingkah laku yang tampak yang sesuai dengan tuntutan lingkungan melalui proses belajar Tujuan Konseling Behavioristik Tujuan konseling behavioristik adalah membentuk kondisi yang baru melalui proses pembelajaran, yaitu dengan menghapus sikap siswa yang kurang terbuka (maladaptive) menjadi siswa yang memiliki sikap keterbukaan diri dalam menjalin komunikasi dan interaksi dengan lingkungan sekolah Tahapan Pelaksanaan Konseling Behavioristik Pelaksanaan konseling behavioral memiliki lima tahap dalam proses konseling, yaitu; 1. Assesment, 2.Goal setting, 3.Technique implementation, 4.Evaluation termination, 5.Feedback

Tahap Pelaksanaan Bermain Peran Pengertian Bermain Peran cara menyajikan layanan bimbingan dengan mempertunjukan dan mempertontonkan atau mendramatisasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. misalnya peran siswa yang memiliki sikap keterbukaan diri rendah, maupun memerankan tokoh-tokoh lain yang melakukan kegiatan tertentu Tujuan Bermain Peran Mengambarkan bagaimana seseorang atau beberapa orang menghadapi suatu situasi sosial, 2.Mengambarkan bagaimana cara memecahkan masalah sosial, 3. Mengembangkan sikap kritis terhadap tingkah laku yang harus atau jangan dilakukan dalam situasi sosial tertentu, 4. Memberikan kesempatan untuk meninjau situasi sosial dari berbagai sudut pandang Tahap Pelaksanaan Bermain Peran Tahapan sbb.: pemilihan masalah, pemilihan peran, menyusun tahap-tahap bermain peran, menyiapkan pengamat, tahap pemeranan, diskusi dan evaluasi serta mengambil keputusan.

Kerangka Pikir Penelitian Kedaan siswa: Tidak memiliki sikap tenggang rasa terhadap orang lain, Tidak berterus terang dan menutup-nutupi kesalahan dirinya maupun orang lain, Merahasiakan sesuatu yang berdampak pada kecurigaan orang lain, Tidak bersikap hati-hati dan tidak selektif dalam menerima dan mengolah informasi, Tidak memiliki sikap toleransi terhadap orang lain, Tidak mau mengakui kelemahan atau kekurangan dirinya, Tidak mau menyadari tentang keberagaman dalam berbagai bidang kehidupan, Tidak mau bekerjasama, Tidak menghargai orang lain, dan Tidak mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan. KONDISI AWAL TINDAKAN Peneliti Konseling behavioristik teknik assertive training dengan bermain peran Hasil yang diharapkan: Tenggang rasa terhadap orang lain, Berterus terang dan tidak menutup-nutupi kesalahan dirinya maupun orang lain, Tidak merahasiakan sesuatu yang berdampak pada kecurigaan orang lain, Bersikap hati-hati dan selektif dalam menerima dan mengolah informasi Toleransi terhadap orang lain, Mau mengakui kelemahan atau kekurangan dirinya, Menyadari tentang keberagaman dalam berbagai bidang kehidupan, Mau bekerjasama Menghargai orang lain, dan Mau dan mampu menyesuaikan dengan berbagai perubahan. KONDISI AKHIR

BAB III. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Melalui Konseling Behavioristik Assesment, Goal setting, Technique implementation Evaluation termination, Feedback Analisis Data Data & Sumber Data Pengumpulan data Analisis data menggunakan teknik analisa induksi sistem bacoon karena dalam penelitian ini menuntut peneliti untuk mengamati fakta-fakta yang terjadi di lapangan sehingga hasilnya lebih objektif. Data Primer & Data Skunder dengan subjek penelitian AR JS DA Wawancara Observasi Dokumentsi Kunjungn rumah

BAB IV HASIL PENELITIAN Klien I (AR) memiliki sikap keterbukaan diri yang rendah karena kepribadian introvert dan penyesuaian diri yang rendah. Melalui layanan konseling individu teknik assertive training dengan bermain peran yang dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri klien AR. Klien II (JS) memiliki sikap keterbukaan diri yang rendah karena pribadi pesimistis dan rasa khawatir akan penolakan. Melalui layanan konseling individu teknik assertive training dengan bermain peran yang dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri klien JS. Klien III (DA) memiliki sikap keterbukaan diri yang rendah karena individualistis dan penerima hubungan dari teman yang tidak mendukung. Melalui layanan konseling individu teknik assertive training dengan bermain peran yang dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri klien DA.

BAB V PEMBAHASAN Klien I AR Faktor yang menyebabkan klien memiliki sikap keterbukaan diri rendah yaitu, faktor internal kepribadian yang introvert dan faktor eksternal yaitu kemampuan penyesuaian diri yang rendah Kepribadian introvert ditandai dengan suka melamun, menghindari kontak sosial, tampak tenang, kurang ekspresif dalam emosinya, mempertimbangkan secara matang sebelum mengambil tindakan, kurang dinamis, kurang menyukai perubahan, dan tidak mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Klien memiliki sikap keterbukaan diri rendah adalah kemampuan penyesuaian diri yang rendah, yaitu kurang percaya diri, rendah diri, dan malu untuk mengungkapkan perasaan kepada orang lain Melalui layanan konseling individu teknik assertive training dengan bermain peran yang dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri klien AR. Klien AR yang semula bersikap tertutup merasa kekhawatiran yang berlebihan, malu dan canggung, lebih senang bekerja sendiri, sulit menyesuaikan diri dengan orang lain, AR juga dalam penyesuian dirinya dengan teman sekolah yang rendah seperti kurang percaya diri, rendah diri, dan malu untuk mengungkapkan perasaan kepada orang lain. secara berangsur-angsur berkurang. Hubungan sosial yang semula kurang berjalan dengan baik setelah diberikan layanan secara bertahap menjadi lebih baik

Klien II JS faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keterbukaan diri klien, yaitu faktor intern berupa kepribadian yang pesimistis dan faktor ekstern yaitu kekhawatiran akan penolakan Responden yang memiliki kepribadian yang pesemistis menunjukkan adanya sikap keterbukaan diri yang negatif, seperti tidak bisa mengeluarkan pendapat, tidak mampu mengemukakan ide atau gagasan yang ada pada dirinya, merasa was-was atau takut jika hendak mengemukakan sesuatu. JS menjadi tidak terbuka karena adanya penolakan dari teman lawan komunikasinya. Dari penolakan tersebut membuat klien JS hubungan sosial dengan teman terganggu, dan interaksi dengan teman sekolah tidak dapat berjalan dengan baik, yang pada akhirnya kurangnya informasi yang dapat diterima berkaitan dengan pelajaran maupun hubungan sosial dengan teman-teman sehingga prestasi belajarnya menurun. Melalui layanan konseling individu teknik assertive training dengan bermain peran yang dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri klien JS. Klien JS yang semula bersikap tertutup seperti, kurang inovatif dalam belajar, kurang percaya diri, tidak bisa mengambil keputusan, pesimis, merasa kekhawatiran yang berlebihan, malu dan canggung, lebih senang bekerja sendiri, sulit menyesuaikan diri dengan orang lain, JS juga dalam penyesuian dirinya dengan teman sekolah yang rendah seperti kurang percaya diri, rendah diri, dan malu untuk mengungkapkan perasaan kepada orang lain. secara berangsur-angsur berkurang. Hubungan sosial yang semula kurang berjalan dengan baik setelah diberikan layanan secara bertahap menjadi lebih baik

Klien III DA Faktor yang menyebabkan klien memiliki sikap keterbukaan diri rendah yaitu faktor intern berupa kepribadian yang individualistis dan faktor eksternal berupa penerimaan hubungan (receiver relationship) dari teman yang tidak memberi dukungan dan tidak mau menerima individu apa adanya,. Bahwa individu yang memiliki kepribadian individualistis memiliki sikap penyendiri dan tertutup dengan siapapun, serta kurang nyaman saatu bertemu dengan orang lain bahwa nilai (kualitas positif dan negatif) pengungkapan diri juga berpengaruh terhadap penerimaan hubungan seseorang. Pengungkapan diri yang positif lebih disukai daripada pengungkapan diri yang negatif. Pendengar akan lebih suka jika pengungkapan diri orang lain yang didengarnya bersifat positif. Melalui layanan konseling individu teknik assertive training dengan bermain peran yang dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri klien DA. Klien DA yang semula memiliki sikap penyendiri dan tertutup dengan siapapun, serta kurang nyaman saatu bertemu dengan orang lain, merasa kekhawatiran yang berlebihan, malu dan canggung, lebih senang bekerja sendiri, sulit menyesuaikan diri dengan orang lain, DA juga dalam penyesuian dirinya dengan teman sekolah yang rendah seperti kurang percaya diri, rendah diri, dan malu untuk mengungkapkan perasaan kepada orang lain. secara berangsur-angsur berkurang. Hubungan sosial yang semula kurang berjalan dengan baik setelah diberikan layanan secara bertahap menjadi lebih baik

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Simpulan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi klien I (AR) kepribadian introvert dan penyesuaian diri yang rendah. Klien II (JS) pribadi pesimistis dan rasa khawatir akan penolakan. Klien III (DA) individualistis dan penerima hubungan dari teman yang tidak mendukung. Disarankan sekolah dapat melakukan monitoring perilaku siswa, guru BK dapat memberikan konseling individu teknik assertive dengan bermain peran untuk mengentaskan sikap keterbukaan diri yang rendah, guru mata pelajaran dapat memotvasi siswanya, wali kelas dapat melakukan interaksi sosial, siswa hendaknya bersifat terbuka terhadap permasalahan yang dihadapi.

. TERIMAKASIH