PERBEDAAN INDIVIDUAL Muhammad Istiqlal, M.Pd.
Setiap individu adalah unik Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya.
Di Indonesia seringkali kita mendengar keluhan dari orangtua yang merasa sudah melakukan berbagai cara untuk membuat anaknya menjadi “pintar”. Orangtua berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah terbaik. Selain itu anak diikutkan dalam berbagai kursus maupun les privat yang terkadang menyita habis waktu yang seharusnya bisa dipergunakan anak atau remaja untuk bermain atau bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Namun demikian usaha-usaha tersebut seringkali tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan, bahkan ada yang justru menimbulkan masalah bagi anak dan remaja.
Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa anak-anak tersebut tidak kunjung pintar? Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebabnya adalah ketidaksesuaian cara belajar yang dimiliki oleh sang anak dengan metode belajar yang diterapkan dalam pendidikan yang dijalaninya termasuk kursus atau les privat. Cara belajar yang dimaksudkan disini adalah kombinasi dari bagaimana individu menyerap, lalu mengatur dan mengelola informasi.
Otak Sebagai Pusat Belajar Otak manusia adalah kumpulan massa protoplasma yang paling kompleks yang ada di alam semesta. Satu-satunya organ yang dapat mempelajari dirinya sendiri dan jika dirawat dengan baik dalam lingkungan yang menimbulkan rangsangan yang memadai, otak dapat berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun. Otak inilah yang menjadi pusat belajar sehingga harus dijaga dengan baik sampai seumur hidup agar terhindar dari kerusakan.
Otak Sebagai Pusat Belajar Menurut Mac Lean, otak manusia memiliki tiga bagian dasar yang seluruhnya dikenal sebagai triune brain/ three in one brain (dalam DePorter & Hernacki). Bagian pertama adalah batang otak, bagian kedua adalah sistem limbik, dan yang ketiga adalah neokorteks. Batang otak memiliki kesamaan struktur dengan otak reptil, bagian otak ini bertanggungjawab atas fungsi-fungsi motorik-sensorik-pengetahuan fisik yang berasal dari panca indera. Perilaku yang dikembangkan pada bagian ini adalah perilaku untuk mempertahankan hidup, dan dorongan untuk mempertahankan spesies
Perbedaan Karakteristik Cara Belajar Individu Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat dibagi dalam tiga kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya memiliki salah satu karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara belajar yang lain.
Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol, sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika individu menemukan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia menjadi “pintar” sehingga kursus-kursus atau pun les privat secara intensif mungkin tidak diperlukan lagi
Karakteristik perilaku individu dengan cara belajar visual Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut: Rapi dan teratur. Berbicara dengan cepat. Mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik. Teliti dan rinci. Mementingkan penampilan. Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar. Mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual. Memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik.
Karakteristik perilaku individu dengan cara belajar visual Biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar. Sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis). Merupakan pembaca yang cepat dan tekun. Lebih suka membaca daripada dibacakan. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain. Dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan. Jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau “tidak”. Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/ berceramah. Lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik. Seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata
Karakteristik perilaku individu dengan cara belajar auditorial Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja. Mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik. Lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca. Jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras. Dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara. Mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita. Berbicara dalam irama yang terpola dengan baik. Berbicara dengan sangat fasih. Lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya.
Karakteristik perilaku individu dengan cara belajar auditorial Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat. Senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar. Mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi. Lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya.Lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/ komik
Karakteristik perilaku individu dengan cara belajar kinestetik Berbicara dengan perlahan. Menanggapi perhatian fisik. Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka. Berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain. Banyak gerak fisik. Memiliki perkembangan otot yang baik. Belajar melalui praktek langsung atau manipulasi. Menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung. Menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca. Banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal). Tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama. Sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut. Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi. Pada umumnya tulisannya jelek. Menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik). Ingin melakukan segala sesuatu
Perbedaan Jenis Kelamin dalam Kemampuan Spesifik Pria dan wanita memiliki nilai yang kira-kira sama pada tes inteligensia. (seperti Stanford-Binet dan Wechsler Intelligence Scales). Sebagian besar tes inteligensia disusun untuk meminimalkan perbedaan jenis kelamin dengan menghapus soal yang menunjukkan perbedaan jenis kelamin atau dengan menyeimbangkan soal yang menguntungkan pria dengan yang menguntungkan wanita. Tetapi, sampai sekarang, tes kemampuan spesifik telah menunjukkan suatu perbedaan antara pria dan wanita. Wanita rata-ratanya memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan pria pada kemampuan verbal. Pria rata-ratanya memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan wanita pada penalaran kecakapan matematika dan visual-spasial.
Kecakapan visual spasial diperlukan untuk tugas seperti mengkonseptualisasikan bagaimana suatu benda di dalam ruang terlihat dari sudut pandang yang berbeda dan membaca peta atau cetak biru.
Analisis terakhir yang meninjau ratusan penelitian perbedaan jenis kelamin pada kemampuan yang dilakukan selama 20 tahun terakhir mencapai kesimpulan yang sama: kecakapan verbal pria semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga menyamai wanita, sedangkan kecakapan wanita pada tes penalaran matematika telah meningkat sehingga menyamai pria. Satu-satunya tes yang terus menunjukkan perbedaan pada kemampuan tersebut adalah SAT (Scholastic Aptitude Test); pria dan wanita memiliki nilai yang kira-kira sama pada bagian verbal tetapi pria memiliki nilai yang lebih tinggi secara bermakna pada bagian matematika.
Fakta bahwa perbedaan jenis kelamin telah menurun selama tahun demi tahun menyatakan bahwa perbedaan nilai tes dahulu mencerminkan perbedaan latihan dan harapan sosial. Sampai belum lama ini, anak perempuan didorong untuk mengembangkan minat dalam puisi dan literatur; anak laki-laki diharapkan lebih memperhatikan hal-hal ilmiah dan mekanika. Masyarakat semakin mengakui kesederajatan antara pria dan wanita, dan orangtua serta guru semakin tidak stereotipe terhadap kemampuan yang mereka dorongkan, masih terdapat perbedaan dalam cara bagaimana anak laki-laki dan perempuan diperlakukan sehingga banyak anak perempuan kurang percaya diri dalam bidang matematika.
Pengaruh faktor keturunan (heriditer) Menurut ahli biologi, terjadinya individu adalah akibat bertemunya sel jantan dan sel betina. Baik sel jantan maupun sel betina terdiri dari chromosome-chromosome yang berupa benang-benang protoplasma yang berpasangan. Pada setiap species (jenis makhluk) jumlah dan bentuk chromosome-nya selalu sama. Dan bila speciesnya berbeda, akan berbeda pula jumlah dan bentuk chromosome-nya. Tiap chromosome mengandung unsur-unsur yang mengandung gene-gene, berupa bintik-bintik dan letaknya menyerupai mata kalung yang tersusun secara linier dan terikat pada pasangan-pasangan chromosome. Gene yang berasal dari chromosome sel jantan saling berpasangan dengan gene yang berasal dari chromosome sel betina.dengan cara yang berbeda-beda. Cara yang berbeda-beda inilah yang menyebabkan perbedaan sifat individu. Dan perbedaan sifat individu inilah yang akhirnya menjadi penyebab terjadinya perbedaan individu manusia berdasarkan faktor keturunan
Pengaruh faktor lingkungan (melieu) Lingkungan Statis (keadaan tempat dan alam) Orang yang tinggal di daerah pegunungan tentu akan beda dengan orang yang tinggal di daerah ngarai. Dari segi jasmani, orang yang tinggal di daerah pegunungan badannya akan lebih kuat, paru-parunya lebih bersih daripada orang yang tinggal di daerah ngarai. Sebaliknya dari segi rohani, orang yang tinggal di daerah ngarai pada umumnya lebih bisa menggunakan akalnya daripada orang yang tinggal di daerah pegunungan. Jadi lingkungan statis berpengaruh terhadap perbedaan individu baik dari segi jasmani maupun rohani.
Pengaruh faktor lingkungan (melieu) Lingkungan Dinamis (keadaan sosial atau manusia) Dari segi jasmani, orang yang tinggal di daerah perkampungan orang yang suka olahraga untuk kesehatan, besar kemungkinan akan ikut-ikutan yang akhirnya menjadi kebiasaan dan mendatangkan kesehatan bagi dirinya. Dari segi rohani, orang yang tinggal di lingkungan atau daerah “hitam” besar kemungkinan akan terpengaruh menjadi orang jahat. Sebaliknya orang yang tinggal di lingkungan orang-orang yang “tekun beragama” sedikit banyak tentu akan mempengaruhinya, dan besar kemungkinan dia akan menjadi orang baik-baik meskipun semula termasuk orang jahat.
Pengaruh Faktor Kognitif, Afektif, Psikomotor dan Campuran Kognitif, afektif, dan psikomotor adalah aspek-aspek kepribadian yang sering disama-artikan dengan aspek cipta, karsa, dan karya. Ketiga istilah ini berasal dari ahli yang berbeda. Kognitif (aspek penalaran) dikembangkan oleh Bloom; afektif (aspek budi pekerti) dikembangkan oleh Krathwohl; psikomotor (aspek keterampilan psikomotor) dikembangkan oleh Simpson
Pengaruh faktor kognitif Faktor kognitif secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut: Mengetahui Mengenali kembali hal-hal yang umum dan khas, mengenali kembali metode dan proses, mengenali kembali pola, struktur, dan perangkat. Mengerti Memahami Mengaplikasikan Kemampuan menggunakan abstraksi di dalam situasi-situasi konkrit.
Pengaruh faktor kognitif Menganalisis Menjabarkan sesuatu ke dalam unsur-unsur, bagian-bagian atau komponen-komponen sedemikian rupa, sehingga tampak jelas susunan atau hirarki gagasan yang ada di dalamnya, atau tampak jelas hubungan antara berbagai gagasan yang dinyatakan dalam sesuatu komunikasi. Mensintesiskan Kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian sedemikian rupa sehingga membentuk suatu keseluruhan yang utuh. Mengevaluasi Kemampuan untuk menetapkan nilai/ harga dari suatu bahan dan metode komunikasi untuk tujuan-tujuan tertentu.
Cara penalaran (kognitif) seseorang terhadap sesuatu obyek selalu berbeda dengan orang lain. Artinya, obyekyang sama, mungkin akan mendapat penalaran yang berbeda dari dua orang atau lebih. Jadi karena berbeda dalam penalaran (kognitif) berbeda pula dalam kepribadian maka terjadilah perbedaan individu
Pengaruh faktor afektif Faktor afektif secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut: Menerima atau memperhatikan Kepekaan terhadap kehadiran gejala dan perangsang tertentu. Merespon Mereaksi perangsang atau gejala tertentu. Menghargai, berikut pengertian bahwa suatu hal, gejala atau tingkah laku mempunyai harga atau nilai tertentu.
Pengaruh faktor afektif Mengorganisasikan nilai, mencakup mengatur nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai, menyusun jalinan nilai-nilai itu dan menetapkan berlakunya nilai-nilai yang dominan. Mewatak suatu kondisi di mana nilai-nilai dari sistem nilai yang diyakini telah benar-benar merasuk di dalam pribadi seseorang. Orang seperti itu dapat dikatakan sebagai orang yang budipekertinya mendekati kesempurnaan. Orang yang berbudipekerti luhur akan sangat berbeda dengan orang yang tidak berbudi hapir dalam segala sepak terjang, tingkah laku, sifat-sifat dan kepribadiannya. Jadi dengan kata lain, faktor afektif sangat besar pengaruhnya terhadap terjadinya perbedaan individual
Pengaruh faktor psikomotor Faktor keterampilan psikomotor secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut: Mengindera Kegiatan keterampilan psikomotor yang dilakukan dengan alat-alat indera. Menyiagakan diri Mengatur kesiapan diri sebelum melakukan sesuatu tindakan dalam rangka mencapai suatu tujuan. Bertindak secara terpimpin Melakukan tindakan-tindakan dengan mengikuti prosedur tertentu.
Pengaruh faktor psikomotor Bertindak secara mekanik Bertindak mengikuti prosedur baku. Bertindak secara kompleks Bertindak secara teknologi yang didukung oleh kompetensi. Di dalamnya tercakup semua tindakan keahlian dari berbagai bidang profesi. Ciri khas dari orang yang mampu bertindak secara kompleks adalah mampu menyusun mekanisme kerja sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya dan mampu menciptakan teknologi baru. Orang yang telah sampai pada tingkat puncak keterampilan psikomotor dalam menanggapi sesuatu bisa sampai pada penciptaan teknologi baru. Jadi keterampilan psikomotor berpengaruh terhadap perbedaan individual
Pengaruh campuran (dari faktor kognitif, afektif, dan psikomotor) Dari uraian di atas, faktor kognitif, afektif, dan psikomotor sangat besar pengaruhnya terhadap perbedaan individual secara terpisah. Tetapi sebenarnya baik secara sendiri-sendiri (terpisah) maupun secara bersama-sama (campuran), maka ketiga faktor tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap perbedaan individual. Ada 4 kemungkinan campuran, yaitu: Percampuran antara faktor kognitif, afektif, dan psikomotor. Percampuran antara faktor kognitif dan afektif. Percampuran antara faktor kognitif dan psikomotor. Percampuran antara faktor afektif dan psikomotor.