PEMULIABIAKAN PADA SAPI PERAH SYARAT UTAMA : HARUS ADA PENCATATAN (RECORDING). RECORDING DALAM HAL : . PRODUKSI SUSU, IDENTITAS SAPI, DATA REPRODUKSI KESEHATAN TERNAK
KEGUNAAN RECORDING ADALAH DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI SUMBER INFORMASI TENTANG TERNAKNYA INDIVIDU PER INDIVIDU MAUPUN SECARA KESELURUHAN. CATATAN YG PALING IDEAL ADALAH CATATAN YG BERSIFAT SEDERHANA NAMUN LENGKAP, TELITI DAN MUDAH DIMENGERTI. HAL YG TIDAK KALAH PENTINGNYA ADALAH MENGENAI PENOMORAN TERNAK UNTUK MENGETAHUI IDENTITAS SETIAP CATATAN. IDENTITAS TERNAK BERUPA PEMBERIAN NOMOR PADA TERNAK DENGAN DISERTAI KARTU IDENTITAS. KARTU IDENTITAS TERNAK BERTUJUAN UNTUK MENCATAT SEMUA INFORMASI TETANG NAMA DAN NOMOR TERNAK, JENIS KELAMIN, TANGGAL LAHIR DAN TANGGAL PERKAWINAN INDUKNYA, KEMURNIAN BANGSANYA, BAPAK (SIRE) DAN INDUKNYA (DAM), NAMA DAN NOMOR KODE PEMILIK SERTA ALAMATNYA. KARTU IDENTITAS YANG SEMPURNA HARUS MEMUAT GAMBAR SKETSA ATAU FOTO TERNAK DARI BERBAGAI SISI.
IDENTIFIKASI SAPI PERAH SEBAIKNYA MENGIKUTI STANDAR AHI (ASOSIASI HOLSTEIN INDONESIA). AHI SEBAGAI ANGGOTA ASOSIASI HOLSTEIN INTERNASIONAL, MENGIKUTI CARA-CARA IDENTIFIKASI YG BERLAKU SELURUH INDONESIA SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM INTERNATIONAL IDENTIFICATION PROGRAM TAHUN 1990. DENGAN CARA INI TERNAK DIBERI NOMOR REISTRASI YG TDK MUNGKIN SAMA UNTUK SELURUH DUNIA. PENOMORAN TERNAK DISARANKAN MELIPUTI KODE SPESIES SATU DIGIT, KODA BANGSA 2 DIGIT, KODE NEGARA 3 DIGIT, KODE WILAYAH 2 DIGIT YANG KEMUDIAN BARU DIIKUTI DENGAN NOMOR TERNAK 10 DIGIT. CONTOH : KODE UNTUK SPESIES SAPI ADALAH B (BOVINE), KODE BANGSA HO (HOLSTEIN), KODE ORGANISASI HI (HOLSTEIN INDONESIA), KODE NEGARA INA (INDONESIA) MISAL KODE WILAYAH Y U (YOGYA UTARA), BARU EMUDIAN NOMOR SAPINYA 0006071936 MAKA NOMOR IDENTITAS SAPI TERSEBUT ADALAH BHOHIINAYU 0006071936. NOMOR YG TERCANTUM DALAM NOMOR TELINGA CUKUP DITULIS 0006071936.
CATATAN PRODUKSI SUSU MELIPUTI CATATAN PRODUKSI HARIAN, BULANAN DAN TOTAL PRODUKSI SELAMA LAKTASI. BEBERAPA METODE PENCATATAN YG TELAH DILAKUKAN DI NEGARA-NEGARA MAJU YG DAPAT DITIRU DI INDONESIA : Official – Dairy Herd Improvement, yaitu pencatatan dilakukan satu kali dalam sebulan, dilakukan oleh seorang supervisor yang mengunjungi para peternak secara bergiliran. Pencatatan meliputi produksi susu per ekor selama 24 jam serta dilakukan pengambilan sampel air susu untuk analisis kadar lemaknya. Dairy – Herd Improvement Registry (DHIR), kegiatannya sama dengan cara 1, hanya saja pelaku pencatatan berasal dari asosiasi peternakan bangsa murni. Owner Sample (OS), Pencatatan dilakukan sebulan sekali, pencatatn dan pengambilan sampel air susu diambil sendiri oleh peternak yg kemudian dilaporkan ke Dairy Record Processing Centres = DRPC). Maksud OS adalah hemat biaya karena tanpa melibatkan supervisor.
AM-PM Recording, Pencatatan dilakukan satu kali dalam satu bulan, secara selanh seling pencatatan pagi kemudian bulan berikut sore, dst……………. Weight – A – Day- A- mounth (WADAM) , dalam program ini peternak melakukan pencatatan produksinya sendiri sebulan sekali, tapi tanpa mengambil sampel air susu. Milk Only Record (MOR), supevsor mencatat produksi susu setiap sapi satu bulan sekali selama 24 jam, tanpa mengambil sampel susu.
CARA MEMBACA CATATAN PRODUKSI YG DIAMBIL HANYA SATU KALI DALAM SATU BULAN ADALAH DENGAN PENDUGAAN. KARENA PENCATATAN DILAKUKAN TIDAK SETIAP HARI TETAPI SATU BULAN SEKALI, MAKA HARUS DILAKUKAN PENDUGAAN PRODUKSI ATAS DASAR CATATAN YANG ADA, SBB : Y = Σ hi pi Keterangan : Y = taksiran produksi i = 1,2,3,…. N h = jumlah hari pada bulan pencatatan p = produksi susu dalam satu hari pencatatan
Berikut disajikan contoh hasil pencatatan beserta hasil pendugaan produksi selama lktasi HASIL PENCATATAN HASIL PENDUGAAN TGL/BLN PAGI SORE JUMLAH h (hari) h X p 15/1 15/2 15/3 15/4 15/5 15/6 15/7 15/8 15/9 15/10 15/11 4,3 4,8 8,8 6,7 8,0 4,5 5,2 3,7 2,0 dikeringkan 4,1 5,3 5,1 3,5 2,7 8,4 10,1 16,8 12,0 11,9 9,5 9,0 9,3 6,4 4,0 31 28 30 __________ 260,4 282,4 520,8 360,0 368,9 285,0 279,0 288,3 192,0 124,0 304 2961,2 kg SAPI TERSEBUT DIASUMSIKAN MEMPUNYAI PANJANG LAKTASI 304 HARI DENGAN PRODUKSI SUSU SEBANYAK 2961,2 KG
STANDARDISASI CATATAN PRODUKSI TERKENDALI PRODUKSI SUSU SAPI DIPENGARUHI OLEH BANYAK FAKTOR TIDAK TERKENDALI FAKTOR TERKENDALI : PRODUKSI SUSU DAPAT DISESUAIKAN ATAU DIKOREKSI KE ARAH KONDISI TERTENTU SEBAGAI PATOKAN STANDAR UMUMNYA DIKOREKSI KE LAMA PEMERAHAN 305 HARI, UMUR INDUK DEWASA DAN PEMERAHAN 2 KALI/HARI STANDARISASI LAMA LAKTASI 305 HARI DIDASARKA PADA PERHITUNGAN BHW SEEKOR SAPI PERAH PALING OPTIMAL APABILA DAPAT BERANAK SATU KALI DALAM SATU TAHUN, DG LAMA PENGERINGAN 6 – 8 MINGGU. UMUR DEWASA DICAPAI 66 – 72 BULAN DAN PADA UMUR INI SEEKOR SAPI DIHARAPKAN TELAH MENCAPAI PRODUKSI OPTIMALNYA
JUMLAH HARI LAKTASI UMUR <= 36 BULAN UMUR >= 36 BULAN TABEL FAKTOR KOREKSI PANJANG LAKTASI KURANG DARI 305 HARI, MENJADI PANJANG LAKTASI 305 HARI JUMLAH HARI LAKTASI UMUR <= 36 BULAN UMUR >= 36 BULAN 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 8,32 6,24 4,99 4,16 3,58 3,15 2,82 2,55 2,34 2,16 2,01 1,88 1,77 1,67 1,58 1,51 1,44 1,38 1,32 1,27 1,23 1,19 1,15 1,12 1,08 1,06 1,03 1,01 7,42 5,57 4,47 3,74 3,23 2,85 2,56 2,32 2,13 1,98 1,85 1,73 1,64 1,55 1,48 1,41 1,35 1,30 1,26 1,22 1,18 1,14 1,11 1,09 1,04
TABEL FAKTOR KOREKSI PANJANG LAKTASI LEBIH DARI 305 HARI MENJADI PANJANG LAKTASI 305 HARI 305 – 308 309 – 312 313 – 316 317 – 320 321 – 324 325 – 326 329 – 332 333 - 336 1,00 0,99 0,98 0,97 0,96 0,90 0,94 0,93 337 – 340 341 – 344 345 – 348 349 – 352 353 – 356 357 – 360 361 – 364 365 0,92 0,91 0,89 0,88 0,87 0,86 0,85
TABEL FAKTOR KOREKSI UNTUK MENYESUAIKAN UMUR SAPI KE ARAH UMUR DEWASA (SAPI FH) FKU 1-9 1-10 1-11 2-0 2-1 2-2 2-3 2-4 2-6 2-7 2-8 2-9 2-10 2-11 3-0 3-1 3-3 3-4 3-5 3-6 3-7 3-8 3-9 3-10 3-11 3-12 4-1 4-2 4-3 4-4 4-5 4-6 4-7 1,37 1,35 1,33 1,31 1,30 1,29 1,28 1,26 1,24 1,23 1,22 1,21 1,20 1,19 1,18 1,17 1,15 1,14 1,13 1,12 1,11 1,10 1,09 1,08 1,07 1,06 1,05 1,04 1,03 4-8 4-9 4-10 4-11 4-12 5-1 5-2 5-3 5-4 5-5 5-6 5-7 5-9 5-10 5-11 6-0 6-1 . 8-5 8-6 8-7 8-8 8-9 8-10 8-11 9-0 9-1 9-2 9-3 9-4 9-5 9-6 1,02 1,01 1,00 9-7 9-8 9-9 9-10 9-11 9-12 10-1 10-2 10-3 10-8 10-9 10-10 10-11 10-12 11-1 11-2 11-3 11-6 11-7 11-10 11-11 12-2 12-3 12-6 12-7 12-10 12-11 13-2 13-3 13-6 13-7 13-11 14-0
JUMLAH HARI LAKTASI UMUR 2 – 3 TAHUN 3 - 4 TAHUN > 4 TAHUN TABEL FAKTOR KOREKSI UNTUK MENYESUAIKAN PEMERAHAN 3 KALI/HARI MENJADI 2 KALI/HARI JUMLAH HARI LAKTASI UMUR 2 – 3 TAHUN 3 - 4 TAHUN > 4 TAHUN 5 – 15 16 – 25 26 – 35 36 – 45 46 – 55 56 – 65 66 – 75 76 – 85 86 – 95 96 – 105 106 – 115 116 – 125 126 – 135 136 – 145 146 – 155 156 – 165 166 – 175 176 – 185 186 – 195 196 – 205 206 – 215 216 – 225 226 - 235 236 – 245 246 – 255 256 – 265 266 – 275 286 – 295 296 - 305 0,99 0,98 0,97 0,96 0,95 0,94 0,93 0,92 0,91 0,90 0,89 0,88 0,87 0,86 0,85 0,84 0,83
JUMLAH PEMERAHAN DALAM SEHARI AKAN MERUPAKAN SALAH SATU SEBAB TERJADINYA VARIASI PRODUKSI. OLEH KARENA ITU, PERLU DISERAGAMKAN, YAITU KE ARAH PEMERAHAN 2 KALI / HARI. PEMERAHAN 3 KALI/HARI AKAN MENGHASILKAN PRODUKSI SUSU MENINGKAT 15 – 20%. WIGGINS DAN GROSSMAN (1980) MENYODORKAN FAKTOR KOREKSI UNTUK MENGUBAH HASIL PEMERAHAN 3 KALI MENJADI 2 KALI SEHARI UNTUK PEMERAHAN SELAMA 305 HARI DENGAN RUMUS SBB : REC (2X) = REC (3x) / (1+RI) REC (2X) = produksi susu dengan pemerahan 2 x/hari REC (3x) = produksi susu dengan pemerahan 3X/hari RI = kenaikan relatif untuk umur 2tahun 0,20, umur 3 th 0,17 dan umur 4 th ke atas 0,15
FAKTOR MUSIM PADA SAPI MELAHIRKAN JUGA TERDAPAT PENGARUH TERHADAP PRODUKSI SUSU. NAMUN KARENA DI DAERAH TROPIS HANYA DIKENAL 2 MUSIM DLM SETAHUN MAKA FAKTOR KOREKSI YG BIASA DIGUNAKAN DIBANYAK NEGARA, TERMASUK DI INDONESIA ADALAH FAKTOR KOREKSI TERHADAP PENYESUAIAN PANJANG LAKTASI 305 HARI, PEMERAHAN 2 KALI/HARI DAN UMUR DEWASA SAJA. FAKTOR KOREKSI TERHADAP MUSIM PADA SAAT SAPI MELAHIRKAN JARANG DIGUNAKAN. FAKTOR KOREKSI YG DIGUNAKAN ITU TERKENAL DENGAN SEBUTAN MATURE EQUIVALENT (ME) ATAU SETARA DEWASA. BERIKUT CONTOH SOAL FK ME CONTOH : DIKETAHUI DATA SBB : NO. SAPI UMUR (TH-BL) PANJANG LAKTASI PEMERAHAN PER HARI PROD. NYATA ME A B 2 - 10 4 - 3 200 320 3 2 5.800 5.000 …….
AKAN DICARI PRODUKSI SUSU YG DINYATAKAN DALAM ME PENYELESAIAN : SAPI A SAPI B FK UMUR : 1,20 1,05 FK PANJANG LAKTASI : 1,38 0,97 FK JMLH PEMERAHAN : 0,88 1,00 DENGAN DEMIKIAN PRODUKSI SUSU SAPI A DAN B BILA DINYATAKAN DALAM BENTUK ME ADALAH : SAPI A = (1,20) ( 1,38) (0,88) (5800) = 8.452,22 KG SAPI B = (1,05) (0,97) (1,00) (5000) = 5.092,50 KG SEHINGGA DATA DI ATAS DAPAT DILENGKAPI, SBB : NO. SAPI UMUR (TH-BL) PANJANG LAKTASI PEMERAHAN PER HARI PROD. NYATA ME A B 2 - 10 4 - 3 200 320 3 2 5.800 5.000 8.452,22 5.092,50
SELEKSI SAPI PERAH BETINA 1. PENDUGAAN KEMAMPUAN BERPRODUKSI A. MPPA (MOST PROBABLE PRODUCING ABILITY) SELEKSI SAPI PERAH BETINA B. ERPA (ESTIMATED REAL PRODUCING ABILITY) PRINSIP KE DUA METODE SAMA TERDAPAT BEBERAPA METODA YG DAPAT DIGUNAKAN DALAM SELEKSI SAPI PERAH BETINA, DIANTARANYA ADALAH SBB : 2. ETA (ESTIMATED TRANSMITTING ABILITY) 3. PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN
- - - MPPA = (P – P) A. METODA MPPA Nr _____________ 1 + (n – 1) r Keterangan : MPPA = Most Probable Producing Ability n = jmlh pengamatan (laktasi) r = angka pengulangan P = rerata produksi sapi yg diukur P = rerata produksi populasi n = jmlh pengamatan r = angka pengulangan produksi susu
(P – PH) B. ERPA (ESTIMATED REAL PRODUCING ABILITY MERUPAKAN MODIFIKASI DARI METODA MPPA Keterangan : ERPA = Estimated Real Producing Ability Ph = rarata produksi herdmate-nya nr _____________ _ _ (P – PH) ERPA = 1 + (n – 1) r PERBEDAAN MPPA DENGAN ERPA ADALAH BAHWA PADA MPPA, RERATA PRODUKSI SAPI BETINA DIPERBANDINGKAN DENGAN PRODUKSI POPULASINYA, SEDANGKA PADA ERPA DIPERBANDINGKAN DENGAN PRODUKSI HERDMATE-NYA. HERDMATE ADALAH SEMUA INDUK DALAM SUATU PETERNAKAN YANG SAMA, YANG BERANAK DALAM WAKTU YANG RELATIF BERSAMAAN, TETAPI BUKAN SAUDARA TIRI SE BAPAK
_ _ _ (P – PH) ETA = __ 1+(n-1) r 2. ETA (ESTIMATED TRANSMITTING ABILITY APABILA SEEKOR INDUK AKAN DIPILIH SEBAGAI CALON PENGHASIL BIBIT : ANAK JANTAN YG KELAK AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI PEJANTAN ATAU ANAK BETINA YG KELAK AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI CALON PENGGANTI INDUK, MAKA PERLU DIKETAHUI NILAI ETA nya. ETA ADALAH RAMALAN DAYA PEWARISAN SUATU SIFAT DENGAN RUMUS SBB : _ (0,5) (nh²) _________ _ _ (P – PH) ETA = 1+(n-1) r ETA = Estimated Transmitting Ability DARI RUMUS TERSEBUT TERLIHAT BAHWA ETA = ½ NP. CARA LAIN UNTUK MENILAI ETA ADALAH DENGAN COW INDEX, SBB : __ COW INDEX = (0,5) (w x MCD dari sapi yg dinilai + (1- w) (PD Bapaknya) MCD = rerata dari Modified Contemparary Deviation w = faktor pembobot yg besarnya bergantung pd jmlh laktasinya
nh² _ _ (P - PH) NP = 1+(n-1) r 3. PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN (NP) NILAI PEMULIAAN SEEKOR SAPI INDUK DAPAT DIDUGA DENGAN PERHITUNGAN SBB.: nh² ___________ _ _ (P - PH) NP = 1+(n-1) r Keterangan : NP = Nilai Pemuliaan h² = angka pewarisan produksi susu r = angka pengulangan produksi susu
SELEKSI PEMILIHAN PEJANTAN 1. PERBANDINGAN ANTAR PRODUKSI ANAK 2. MEMBANDINGKAN PRODUKSI ANAK-INDUK 3. MEMBANDINGKAN PRODUKSI HERDMATE-NYA
A = 1. PERBANDINGAN ANTAR PRODUKSI ANAK DENGAN MEMBANDINGKN PRODUKSI ANAK BETINA DARI PEJANTAN SATU DENGAN PEJANTAN LAINNYA. DIKENAL DENGAN METODA DAUGHTER COMPARISSON. RUMUS YG DIPAKAN ADALAH : ETA = (A) (RERATA PRODUKSI ANAK BETINA – RERATA PROD. POPULASINYA ETA = ESTIMATED TRANSMITTING ABILITY A = SUATU KONSTANTA YG BESARNYA DIDUGA DENGAN RUMUS : n _______________ A = n + (4 - h²) ______ h² n = jumlah anak betina Apabila nilai h² = 0,25 maka akan diperoleh nilai A = n/ (n + 15)
2. MEMBANDINGKAN PRODUKSI ANAK-INDUK CARA INI DIKENAL DENGAN SEBUTAN DAUGHTER-DAM COMPARISSON. METODA INI MERUPAKAN CARA YG PALING SEDERHANA DAN DIDSARKAN ATAS PERBANDINGAN ANTARA RERATA PRODUKSI SUSU AAK DENGAN RERATA PRODUKSI SUSU INDUKNYA. PADA CARA INI PERBEDAAN YG ADA DI ANTARA PETERNAK SUDAH SANGAT DIKURANGI. PENYIMPANGAN DAPAT TERJADI APABILA MANAJEMEN DARI ANK YG SEDANG DIPERBANDINGKAN MENDAPATKAN PERLAKUAN YG LEBIH BAIK DARI PADA YG TELAH DIALAMI OLEH INDUKNYA. KELEMAHAN METODA INI YAITU ADANYA PERBEDAAN WAKTU ANTARA PRODKSI SUSU INDUK DAN ANAKNYA, INDUK SERING TDK MEMPUNYAI CATATAN PRODUKSI YG LENGKAP. CARA INI PERNAH DIPAKAI DI AS TAHUN 1935 – 1962. METODA INI DAPAT DIGUNAKAN APABILA PALING SEDIKIT TERSEDIA 5 PASANG PEMBANDINGAN. RUMUS YG DIGUNAKAN MERUPAKAN MODIFIKASI DARI RUMUS DI ATAS YG KEMUDIA DISEMPURNAKAN OLEH VAN VLECK (1976) MENJADI SBB :
ETA = (A) {(RERATA PRODUKSI ANAK BETINA) – (RERATA PRODUKSI POPULASI BETINA) – (1/2 h² (RERATA PRODUKSI INDUK – RERATA PRODUKSI POPULASI INDUK)} Dengan catatan : n _______________ A = n + (4 - h²) - h² ______ h² Apabila nilai h² = 0,25 maka akan dtemukan nilai A = n/(n + 14,75) APABILA PENILAIAN HANYA BERDASARKAN ATAS BESAR KECILNYA SELISIH ANTARA RERATA PRODUKSI ANAK TERHADAP INDUKNYA MAKA METODA INI DAPAT PULA DIGUNAKAN DI INDONESIA, KARENA METODA INI SANGAT SEDERHANA, WALAUPUN MENGANDUNG BEBERAPA KELEMAHAN.
C. MEMBANDINGKAN PRODUKSI HERDMATE-NYA METODA INI DIKENAL DENGAN SEBUTAN “HERDMATE COMPARISON ATAU KADANG-KADANG DISEBUT PULA DENGAN DAUGHTER HERDMATE COMPARISON (DHC). PRODUKSI DARI ANAK-ANAK PEJANTAN AKAN DIBANDINGKAN DENGAN PRODUKSI DARI HERDMATENYA YANG BERANAK PADA WAKTU YANG HAMPIR BERSAMAAN. KEUNTUNGAN METODE INI ADALAH TIDAK DIPERLUKAN KESAMAAN LINGKUNGAN DI ANTARA PETERNAK. SELAIN ITU, INDUK YANG TDK MEMPUNYAI CATATAN PRODUKSI MASIH DAPAT DIGUNAKAN. DALAM PEMBANDINGAN INI DIGUNAKAN PRODUKSI SUSU DARI SEMUA LAKTASI. MAKSUD DARI ANALISIS INI ADALAH MENGHILANGKAN PENGARUH “KTM: YAITU KANDANG, TAHUN DAN MUSIM. DUA ASUMSI YANG DIPAKAI DALAM ANALISIS INI, YAITU MUTU GENETIK HERDMATE ADALAH SAMA UNTUK SELURUH KELOMPOK ANAK BETINA DAN GENETIC TREND UNTUK SIFAT YANG DIUJI SAMA DENGAN NOL. (Silahkan baca buku Prof Wartomo, Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di lapangan, th 1994, hal 176 s/d184)
PD = c² = c² W1 = ∑w1 h N [(D-HM) + 0,1 (HM-BA)] m RUMUS UNTUK MENGHITUNG PD PEJANTANDENGAN CARA TSB ADALAH SBB. : ∑w1 h PD = [(D-HM) + 0,1 (HM-BA)] 4∑n1(n1-1) c² 4+(∑w1-1) h²+ ----------------------- N suatu faktor pembobot untuk setiap sapi betina anak dari seekor pejantan yang dinilai, yang besarnya bergantung pada jumlah laktasinya W1 = m m = jumlah laktasi r = angka pengulangan produksi susu h² = heritabilitas W = _____________ [1+ (m-1) r ] c² = Recidual correlation antara halfsib pada peternakan yang sama, setelah masing-masing dikurangi produksi susu herdmate-nya