Budaya Politik di Indonesia mUJIYATI Kelas XI SMK MASEHI AMBARAWA
Berbagai Budaya Politik di Indonesia Herbert Feith (Australia) Indonesia memiliki dua budaya politik yang dominan, yaitu “aristrokrasi jawa” dan “wiraswasta Islam”. Clifford Geertz (Amerika Serikat) Masyarakat Jawa dikelompokkan ke dalam tiga subbudaya, yaitu santri, abangan dan priyayi. Abangan golongan petani kecil; Santri pemeluk agama Islam yang taat yang pada umumnya terdiri dari pedagang di kota dan petani yang berkecukupan Priyayi golongan yang masih memiliki pandangan Hindhu- Budha, terdiri dari golongan terpelajar, dan golongan atas penduduk kota, terutama golongan pegawai.
Berbagai budaya politik tersebut sebenarnya adalah sub budaya politik atau budaya politik sub nasional. Hal ini berarti budaya politik Indonesia masih berupa kombinasi dari semua sub budaya politik yang merupakan hasil pengelompokkan sosial kultural di atas maupun “budaya politik daerah”.
Berbagai Budaya Politik di Indonesia Sjamsuddin (Indonesia) Ciri budaya politik sbg Identitas : sesuatu nilai atau orientasi yang menonjol dan diakui oleh masyarakat atau bangsa secara keseluruhan. “Bhineka Tunggal Ika” toleransi dan tenggang rasa Budaya politik yang diakui masyarakat Indonesia. Afan Gaffar (Amerika Serikat) Sulit mengidentifikasi wujud budaya politik Indonesia Menggambarkan pola budaya politik yang dominan, (etnis Jawa). Budaya etnis ini dipandang sangat mewarnai sikap, perilaku, dan orientasi politik kalangan elit politik di Indonesia
Afan Gaffar Budaya politik Indonesia memiliki tiga ciri dominan : hierarkhi yang tegar/ketat (Terdapat stratifikasi sosial yang hierarkhis yg tampak dari adanya pemilahan yang tegas antara penguasa (wong gedhe) dengan rakyat kebanyakan (wong cilik). kecenderungan “patronage “ (Terdapat pola hubungan patron-client. Pola hubungan ini bersifat individual dimana terjadi interaksi yang bersifat timbal balik dengan mempertukarkan sumber daya yang dimiliki masing-masing) kecenderungan neo-patrimonialistik (negara meskipun memiliki atribut yang bersifat modern dan rasionalistik, seperti birokrasi, tapi dalam perilakunya masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial)
Budaya Politik Era Reformasi Terdapat liberalisasi politik : Sistem multi partai. Kebebasan berbicara (freedom of expression) Kebebasan pers (freedom of the press) Budaya politik Indonesia berkembang ke arah yang lebih partisipatif, bukan kecenderungan ke arah anarkhisme, yang mau benar dan mau menang sendiri.
Budaya Politik Partisipan Budaya politik partisipan adalah Budaya politik yang ditandai oleh adanya kesadaran bahwa seseorang merasa bahwa dirinya ataupun orang lain adalah anggota aktif dalam kehidupan politik
Pentingnya Sosialisasi Politik dalam Pengembangan Budaya Politik A. Almond : Sosialisasi politik dapat membentuk dan mentransmisikan kebudayaan politik suatu bangsa. Selain itu, ia dapat juga memelihara kebudayaan politik suatu bangsa dalam bentuk penyampaian kebudayaan itu dari generasi tua kepada generasi muda, serta dapat pula merubah kebudayaan politik.
Agen Sosialisasi Politik Haryanto, Mochtar Masoed dan Colin MacAndrews : Keluarga Sekolah Kelompok bergaul atau bermain Pekerjaan Media massa Kontak-kontak politik langsung
Keluarga Keluarga merupakan lembaga yang pertama dijumpai oleh seorang individu. Dalam keluarga ini, pembentukan nilai-nilai politik bagi seorang individu mulai terjadi.
Sekolah Sekolah memberi pengetahuan kepada kaum muda tentang dunia politik dan peranan mereka di dalamnya. Sekolah juga membangun kesadaran kepada anak mengenai pentingnya hidup bernegara, pentingnya rasa cinta tanah air dengan memberikan, misalnya, pengetahuan akan sejarah perjuangan bangsanya
Kelompok Pergaulan Kelompok pergaulan juga bisa membentuk sikap-sikap politik seseorang Kelompok pergaulan dalam hal ini dapat menyangkut kelompok bermain di masa kanak-kanak, kelompok persahabatan, dan kelompok kerja yang kecil, di mana setiap anggota mempunyai kedudukan yang relatif sama dan saling memiliki ikatan-ikatan yang erat
Pekerjaan Organisasi-organisasi formal maupun non formal yang dibentuk atas dasar pekerjaan, juga merupakan sarana sosialisasi politik Seorang individu dapat menjadi anggota suatu kelompok tertentu dan menggunakan kelompok itu sebagai “acuan” (reference) dalam kehidupan politik.
Media Massa Masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan informasi-informasi tentang politik. Selain itu, baik secara langsung maupun tidak langsung media massa merupakan sarana yang ampuh untuk membentuk sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan politik. Melalui media massa, ideologi negara dapat ditanamkan kepada masyarakat. Melalui media massa pula kebijaksanaan-kebijaksanaan politik negara dapat diketahui oleh masyarakat. Media massa juga menyampaikan, baik langsung maupun tidak, tentang nilai-nilai utama yang dianut oleh masyarakatnya.
Kontak-kontak Politik Langsung Kontak-kontak politik langsung juga merupakan sarana sosialisasi politik. Yang dimaksudkan di sini adalah pengalaman riil yang dirasakan oleh seseorang dalam kehidupan politik.