Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PERATURAN BUPATI NO 14 TAHUN 2012
Advertisements

Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Tujuan Pengaturan Upaya Kesehatan Anak:
PENYIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA
Gambaran Umum Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah
Gambaran Umum Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
Konsep KLB/Wabah.
KEBIJAKAAN DASAR PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
Sistem Kewaspadaan Dini KLB Gizi Buru
PENATAAN KELEMBAGAAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
Draft RUU Kebidanan (Midwifery)
PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) DAN PEDAGANG BESAR ALAT KESEHATAN
LATAR BELAKANG Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya (fundamental human rights). Membangun.
PUSKESMAS VISI Tercapainya Kecamatan sehat menuju
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN UKM RI TENTANG
PROSEDUR TETAP PENANGGULANGAN KLB
PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN FORM LB-1
LATAR BELAKANG PP TENTANG KAWASAN INDUSTRI
PUSKESMAS VISI Tercapainya Kecamatan sehat menuju
KEJADIAN LUAR BIASA Putri Ayu Utami S. Kep, Ns..
STANDAR PROFESI TTK.
Gambaran Umum Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah
ELIMINASI MALARIA DI BANYUMAS 2015
TM-3 KEJADIAN LUAR BIASA.
REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt
Aspek Etika dan Hukum Penyakit Menular
PRINSIP DASAR PENGATURAN PERKA BKPM NO. 13 TAHUN 2009
PRAKTIK KEPERAWATAN.
PERATURAN PELAKSANAAN BIDANG KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA
Oleh: SYAFRIANI, SKM, M.KES Epidemiologi STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU
Seputar kebijakan kemkes terkait uu 35/2009
PERAN PENGAWASAN KFN DALAM RANGKA PENINGKATAN MUTU PRAKTIK APOTEKER
KEJADIAN LUAR BIASA Sri Handayani.
Bahan Kuliah Mahasiswa FH UII Yogyakarta 205.
KERJA SAMA DI BIDANG AGRARIA/PERTANAHAN DAN TATA RUANG
SOSIALISASI PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS PEGAWAI.
Laela Indawati, SSt.MIK., MKM
Laela Indawati, SSt.MIK., MKM
By: drg. Elyda Akhya Afida M., MIPH
KLB (kejadian Luar Biasa)
PENYIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA
KONSEP DASAR SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
DASAR-DASAR PENYIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA dan MODEL PELACAKAN KEMATIAN IBU BAYI DAN BALITA Oleh Nugroho.
S E L A M A T D A T A N G.
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN TERHADAP PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA OPTK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERMENTAN 09/2009.
Materi Surveillans Epidemiologi Universitas Respati Yogyakarta
PENERAPAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT TIDAK MENULAR TERPADU SUCI SRI WAHYUNI A1.
PERMENKES NO.900/VII/2002 TENTANG REGISTRASI & PRAKTEK BIDAN
KERJA SAMA DESA I .N Budhi Wirayadnya,ST TA-PMD Kota Denpasar.
PERAN PEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
TATA CARA PEMBERIAN CUTI PNS (PP 11/2017 & Peraturan BKN 24/2017)
Draft RUU Kebidanan (Midwifery)
PERATURAN BUPATI MEMPAWAH NO 33 TAHUN 2018 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MEMPAWAH.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NO 1501/MENKES/PER/X/2010
Standar Pelayanan Minimal Puskesmas
SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS
National Tropical Disease Control (Policy & Manajemen)
National Tropical Disease Control (Policy & Manajemen)
INVESTIGASI WABAH.
Draft RUU Kebidanan (Midwifery)
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) Maya Klementina Dasmasela Prodi Sarjana Gizi STIKes Kusuma Husada Surakarta
Penerbitan Dokumen Kesehatan Kapal  Buku Kesehatan Kapal  SSCEC / SSCC  Sailling Permit (Dalam Negeri)  One Month Extention (Luar Negeri) Pelaporan.
Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Legal Aspek Tenaga Kesehatan
Transcript presentasi:

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010 Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan

Contents Pengertian KLB/Wabah Jenis Penyakit Potensial KLB/Wabah Penetapan Daerah KLB/Wabah Penanggulangan KLB/Wabah Pelaporan Sumber Daya (Pendanaan, Ketenagaan, Sarana & Prasarana) Pembinaan & Pengawasan

Bab I Ketentuan Umum Pasal 1:ASAL 1 WABAH PENYAKIT MENULAR (WABAH)  kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)  Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Pengertian lain : Penderita, Penyelidikan epidimiologi, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Menteri, Direktur Jenderal dan TGC

Pasal 2 Ruang lingkup pengaturan meliputi : Penetapan jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah, Tata cara penetapan dan pencabutan penetapan daerah KLB/Wabah, Tata cara penanggulangan, dan Tata cara pelaporan.

Bab II Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Umum Pasal 3 Penetapan jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah didasarkan pada pertimbangan : Epidemiologis, Sosial budaya, Keamanan, Ekonomi, Ilmu pengetahuan dan teknologi, dan Menyebabkan dampak malapetaka di masyarakat.

Pasal 4 Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah Avian Influenza H5N1 Antraks Leptospirosis Hepatitis Influenza A baru (H1N1)/Pandemi 2009 Meningitis Yellow Fever Chikungunya Kolera Pes DBD Campak Polio Difteri Pertusis Rabies Malaria Penyakit menular tertentu lainnya yang dapat menimbulkan wabah ditetapkan oleh Menteri.

Tata Cara Penemuan Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Pasal 5 Pasif dan Aktif Pasif : penerimaan laporan/informasi kasus dari fasilitas pelayanan kesehatan Aktif : Kunjungan lapangan untuk melakukan penegakan diagnosis secara epidemiologi 2.Selain pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan pemeri ksaan penunjang lainnya 3.Ketentuan lebih lanjut tercantum dalam lampiran

Bab III Upaya Penanggulangan KLB/Wabah Bagian Ke Satu  Penetapan Daerah KLB Pasal 6 Timbulnya suatu penyakit menular berpotensi KLB yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya

Penetapan KLB (2) Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya

Penetapan KLB (3) Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama Angka proporsi penyakit (proportional rate) penderita baru suatu penyakit pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama

Pasal 7 Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi, atau Menteri dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB, apabila suatu daerah memenuhi salah satu kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan provinsi menetapkan suatu daerah dalam keadaan KLB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di wilayah kerjanya masing-masing dengan menerbitkan laporan KLB sesuai contoh formulir W1 terlampir.

Pasal 8 Dalam hal kepala dinas kesehatan kab/kota tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan KLB, kepala dinas kesehatan provinsi dapat menetapkan daerah tersebut dalam keadaan KLB. Dalam hal kepala dinas kesehatan provinsi atau kepala dinas kesehatan kab/kota tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan KLB, Menteri menetapkan daerah tersebut dalam keadaan KLB. Pasal 9 Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi, atau Menteri harus mencabut penetapan daerah dalam keadaan KLB berdasarkan pertimbangan keadaan daerah tersebut tidak sesuai dengan keadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

Bagian Kedua Penetapan Daerah Wabah Pasal 10 Penetapan suatu daerah dalam keadaan wabah dilakukan apabila situasi KLB berkembang atau meningkat dan berpotensi menimbulkan malapetaka, dengan pertimbangan sebagai berikut : Secara epidemiologis data penyakit menunjukkan peningkatan angka kesakitan dan/atau angka kematian. Terganggunya keadaan masyarakat berdasarkan aspek sosial budaya, ekonomi, dan pertimbangan keamanan. Ketentuan lebih lanjut di lampiran

Siapa yg Menetapkan & Mencabut Daerah Wabah Pasal 11 : Menteri menetapkan daerah dalam keadaan wabah berdasarkan pertimbangan seperti diatas. Pasal 12 : Menteri harus mencabut penetapan daerah wabah berdasarkan pertimbangan keadaan.

Bagian Ketiga Penanggulangan KLB/Wabah Pasal 13 Penanggulangan KLB/Wabah dilakukan secara terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat. Penanggulangan KLB/Wabah meliputi: Penyelidikan epidemiologis; Penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina; Pencegahan dan pengebalan; Pemusnahan penyebab penyakit; Penanganan jenazah akibat wabah; Penyuluhan kepada masyarakat; dan Upaya penanggulangan lainnya.

Pasal 14 Dinas kesehatan kabupaten/kota harus melakukan upaya penanggulangan secara dini apabila di daerahnya memenuhi salah satu kriteria KLB, baik sebelum maupun setelah daerah ditetapkan dalam keadaan KLB. Upaya penanggulangan secara dini dilakukan kurang dari 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak daerahnya memenuhi salah satu kriteria KLB.

Pasal 15 Penetapan suatu daerah dalam keadaan KLB atau suatu daerah dalam keadaan wabah diperlukan untuk mempermudah koordinasi dan optimalisasi sumber daya di bidang kesehatan dalam upaya penanggulangan KLB/Wabah. Sumber daya di bidang kesehatan meliputi segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi, dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi.

Bab IV Pelaporan Pasal 16 Tenaga kesehatan atau masyarakat wajib memberikan laporan kepada kepala desa/lurah dan puskesmas terdekat atau jejaringnya selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sejak mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit tertentu yg dpt menimbulkan KLB/wabah. Pimpinan puskesmas yang menerima laporan harus segera melaporkan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sejak menerima informasi. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota memberikan laporan adanya penderita atau tersangka penderita penyakit tertentu secara berjenjang kepada bupati/walikota, gubernur, dan Menteri melalui Direktur Jenderal selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sejak menerima laporan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

BAB V Sumber Daya Bagian Kesatu Pendanaan Pasal 18 Pendanaan yang timbul dalam upaya penanggulangan KLB/Wabah dibebankan pada anggaran pemerintah daerah. Dalam kondisi pemerintah daerah tidak mampu menanggulangi KLB/Wabah maka dimungkinkan untuk mengajukan permintaan bantuan kepada Pemerintah atau pemerintah daerah lainnya. Pengajuan permintaan bantuan sebagaimana dimaksud menggunakan contoh formulir terlampir.

Pasal 19 : Pemerintah dapat melimpahkan sumber pendanaan penanggulangan KLB/Wabah kepada pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 20 : Dalam penanggulangan KLB/Wabah, Pemerintah dapat bekerja sama dengan negara lain atau badan internasional dalam mengupayakan sumber pembiayaan dan/atau tenaga ahli sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua Ketenagaan Pasal 21 Dalam rangka upaya penanggulangan KLB/Wabah, dibentuk Tim Gerak Cepat di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud terdiri atas tenaga medis, epidemiolog kesehatan, sanitarian, entomolog kesehatan, tenaga laboratorium, dengan melibatkan tenaga pada program/sektor terkait maupun masyarakat.

Pasal 22 Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ditetapkan oleh: Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atas nama bupati/walikota untuk tingkat kabupaten/kota; Kepala dinas kesehatan provinsi atas nama gubernur untuk tingkat provinsi; dan Direktur Jenderal atas nama Menteri untuk tingkat pusat.

Pasal 23 Tim Gerak Cepat di tingkat pusat dapat melibatkan tenaga ahli asing setelah mendapat persetujuan dari Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga Sarana dan Prasarana Pasal 24 : Dalam keadaan KLB/wabah seluruh fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan terhadap penderita atau tersangka penderita. Pasal 25 : Dalam keadaan KLB/Wabah, Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan perbekalan kesehatan meliputi bahan, alat, obat dan vaksin serta bahan/alat pendukung lainnya.

Bab VI Pembinaan Dan Pengawasan Pasal 26 Menteri, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penanggulangan KLB/Wabah. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dilakukan melalui: Peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam penanggulangan KLB/wabah; Peningkatan jejaring kerja dalam upaya penanggulangan KLB/wabah; Pemantauan dan evaluasi terhadap keberhasilan penanggulangan KLB/wabah; dan Bimbingan teknis terhadap penanggulangan KLB/wabah.

Bab VII Ketentuan Penutup Pasal 27 : Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang Jenis Penyakit Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya, dan Tata Cara Penanggulangan Seperlunya, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 28 : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 503

Terima Kasih