TAHAPAN PERANCANGAN SISTIM VENTILASI LOKAL

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Peserta mengerti tahap-tahap pada ADC
Advertisements

KIMIA UNSUR-UNSUR TRANSISI
PERTEMUAN 3 Algoritma & Pemrograman
Penyelidikan Operasi 1. Konsep Optimisasi.
KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
Penyusunan Data Baseline dan Perhitungan Capaian Kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DIREKTORAT.
BALTHAZAR KREUTA, SE, M.SI
PENGEMBANGAN KARIR DOSEN Disarikan dari berbagai sumber oleh:
Identitas, persamaan dan pertidaksamaan trigonometri
ANGGOTA KELOMPOK WISNU WIDHU ( ) WILDAN ANUGERAH ( )
METODE PENDUGAAN ALTERNATIF
Dosen Pengampu: Muhammad Zidny Naf’an, M.Kom
GERAK SUGIYO, SPd.M.Kom.
Uji Hipotesis Luthfina Ariyani.
SOSIALISASI PEKAN IMUNISASI NASIONAL (PIN) POLIO 2016
PENGEMBANGAN BUTIR SOAL
Uji mana yang terbaik?.
Analisis Regresi linear berganda
PEERSIAPAN DAN PENERAPAN ISO/IEC 17025:2005 OLEH: YAYAN SETIAWAN
E Penilaian Proses dan Hasil Belajar
b. Kematian (mortalitas)
Ilmu Komputasi BAGUS ADHI KUSUMA
Uji Hipotesis dengan SPSS
OVERVIEW PERUBAHAN PSAK EFFEKTIF 2015
Pengolahan Citra Berwarna
Teori Produksi & Teori Biaya Produksi
Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
PERSIAPAN UN MATEMATIKA
Kriptografi.
1 Bab Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi.
Ekonomi untuk SMA/MA kelas XI Oleh: Alam S..
ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL DALAM PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR
Dosen: Atina Ahdika, S.Si., M.Si.
Anggaran biaya konversi
Junaidi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi
Pemodelan dan Analisis
Bab 4 Multivibrator By : M. Ramdhani.
Analisis Regresi – (Lanjutan)
Perkembangan teknologi masa kini dalam kaitannya dengan logika fazi
DISTRIBUSI PELUANG KONTINU
FETAL PHASE Embryolgy II
Yusuf Enril Fathurrohman
3D Viewing & Projection.
Sampling Pekerjaan.
Gerbang Logika Dwi Indra Oktoviandy (A )
SUGIYO Fisika II UDINUS 2014
D10K-6C01 Pengolahan Citra PCD-04 Algoritma Pengolahan Citra 1
Perpajakan di Indonesia
Bab 2 Kinerja Perusahaan dan Analisis Laporan Keuangan
Penyusunan Anggaran Bahan Baku
MOMENTUM, IMPULS, HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM DAN TUMBUKAN
Theory of Computation 3. Math Fundamental 2: Graph, String, Logic
Strategi Tata Letak.
Theory of Computation 2. Math Fundamental 1: Set, Sequence, Function
METODE PENELITIAN.
(Skewness dan kurtosis)
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dasar-dasar piranti photonik
Klasifikasi Dokumen Teks Berbahasa Indonesia
Mekflu_1 Rangkaian Pipa.
Digital to Analog Conversion dan Rekonstruksi Sinyal Tujuan Belajar 1
SEKSI NERACA WILAYAH DAN ANALISIS BPS KABUPATEN TEMANGGUNG
ASPEK KEPEGAWAIAN DALAM PENILAIAN ANGKA KREDIT
RANGKAIAN DIODA TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2015/2016
Ruang Euclides dan Ruang Vektor 1.
Bab Anuitas Aritmetrik dan Geometrik
Penyelidikan Operasi Pemrograman Dinamik Deterministik.
Kesetimbangan Fase dalam sistem sederhana (Aturan fase)
ANALISIS STRUKTUR MODAL
Transcript presentasi:

TAHAPAN PERANCANGAN SISTIM VENTILASI LOKAL (LEV) 4/18/2012 FAKULTAS ILMU IMU KESEHATAN – JURUSAHAN KESEHATAN MASYARAKAT, PEMINATAN K3- INDUSTRI ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M.ARIEFF.L Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc

1. Tahapan-tahapan Perhitungan PROSEDUR PERANCANGAN 1. Tahapan-tahapan Perhitungan 4/18/2012 Langkah pertama ; Menghitung Debit hisapan kecepatan aliran volum / Volumetric Flowrate, persamaan (3.3), halaman 34   Q = V*A  V = adalah kecepatan udara, dalam fpm (kaki per menit) A = adalah duct area luas bebas dari bukaan inlet ( Cross-Sectional Area) ft2 . ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M.ARIEFF.L

dc = 4𝑄 𝜋𝑉𝑎 . Langkah ketiga ; Langkah kedua ; adalah menentukan diameter duct = dc   dc = 4𝑄 𝜋𝑉𝑎 . dimana, dc = diameter duct , in Q = debit udara (ft3/menit) Va = kecepatan transport/angkut (ft/menit) 4/18/2012 Langkah ketiga ; adalah menghitung luas bukaan hood yang di desain= A , ft2 A = 1/4 (dc/12)2 Contoh misalnya ditentukan diameter duct--- dc = 26 in, dikonversikan ke feet ------------ dc =26/12 ft Maka, = 3,14/4 (26/12)2 = 3,6870 sq.ft Maka, duct area luas bebas dari bukaan inlet,----- A = 3,6870 ft2 . ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M.ARIEFF.L

Perhitungan diatas memenuhi persyaratan standar. Langakah keempat; adalah menghitung kecepatan duct l/Actual Duct Velocity =.Vc,------Vc =Q/A, 4/18/2012 Dalam perancangan sistem ventilasi industri, kecepatan dalam setiap duct tidak boleh lebih besar dari 6.000 fpm karena dapat menimbulkan bising/noise ditempat kerja. Perhitungan diatas memenuhi persyaratan standar. ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M.ARIEFF.L

Langkah kelimah; yaitu menghitung kecepatan tekan pada duct VPd, dalam in H2O Kecepatan tekanan pada pipa (VPd), dalam persamaan (3.5) sebagai berikut :  VPd = 𝑉 4005 2 4/18/2012 Contoh, Bila diketahuia, V = 5.316 fpm VPd = 5.316 4005 2 = 1,7618 in H2O   Maka, Kecepatan tekanan duct—VPd = 1.7618 in H2O (dihitung ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M.ARIEFF.L

Langkah keenam; Langkah ketujuh; adalah menentukan kecepatan aliran dalam slot /Slot Velocity Vs kecepatan Slot   Langkah ketujuh; Mengitung Tekanan kecepatan Slot VPs ,dalam i in H2O, dengan menggunkan rumus persamaan (3.5), halaman 35. VPs = 𝑉𝑠 4005 2 Contoh Bila diketahui Dimana –Vs = 400 fpm VPs = (400/4005)2 = 0,0100 in H2O Maka tekanan kecepatan -------- VPs = 0,0100 in H2O 4/18/2012 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M.ARIEFF.L

Langkah kedelapan; Langkah kesembilan; yaitu menentukan Slot loss coeficien Slot loss coeficien----- gambar 6.27, bagian- 6. halaman 176, Koefisien kehilangan pada Slot sebesar 1,78   Langkah kesembilan; adalah menghitung kehilangan yang di slot dalam rancangan dipakai istilah Slot loss per VP, sedangkan acceleration factor atau faktor percepatan diambil dalam perancangan sistem ventilasi lokal diambil bilangan 0 atau 1 Slot loss per VP, dihitung dengan menggunakan rumus , Slot loss per VP = Slot Loss koefisien +Acceleration Factor = 1,78 + 0 = 1,78 dimana, Slot Loss koefisien = 1,78 --- ditentukan dalam perancangan Acceleration Factor = 0 Maka, kehilangan yang terjadi Slot adalah sebesar 1,78 4/18/2012 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M.ARIEFF.L

Langkah kesebelas; Duct Entry Loss Factor Langkah kesepuluh ; Untuk menghitung tekanan statis slot atau Slot Statik Presure SPs dalam in H2O, digunakan rumus sebagai berikut : Slot Statik Presure SPs = Slot Velocity Pressure * Slot loss SPs = VPs * Slot loss = 0,0100 * 1,78 = 0,0178 Dimana, Slot loss = 1,78 VPs = 0,0100 in H2O Maka tekanan statis slot-----SPs adalah sebesar 0,0178 in H2O   Langkah kesebelas; Duct Entry Loss Factor Duct Entry Loss Factor-----gambar 6.25, bagian-6, halaman 171, Faktor kehilangan pada Duct sebesar 0,250 (untuk hood persegi) Langkah kedua belas; Duct Entry Loss per VP Duct entry loss per VP, dihitung dengan menggunakan rumus , Duct entry loss per VP = Duct entry loss factor + Acceleration factor Duct entry loss per VP= 0,250 + 1 = 1,250 dimana, Acceleration factor = 1 (Acceleration factor diambil bilangan 0 atau 1) 4/18/2012 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M.ARIEFF.L

adalah menghitung kehilangan di duct atau Duct Entry Loss, Langkah ketiga belas; adalah menghitung kehilangan di duct atau Duct Entry Loss, Duct Entry Loss, dihitung dengan menggunakan rumus   Duct Entry Loss = Duct Velocity Pressure * Duct Entry Loss per VP Duct Entry Loss = VP * Duct entry loss per VP = 1,7618 * 1,250 = 2,202 in H2O Maka kehilanagn pada duct sebesar 2,202 in H2O 4/18/2012 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M.ARIEFF.L

Langkah keempat belas; adalah menghitung tekan statis hood atau Hood Static Pressure, SPh Maka untuk menghitung tekanan statis hood (SPh) adalah diambil dari persamaan   SPh = hes + hed + VPd  Contoh Bila diketahui, VPd = Tekanan kecepatan dari duct = 1,7618 in H2O H ed = Entri loss, diambal pada gambar.6.29 , = Fh * VPd = 0,250 * 1,7618 = 0,44045 hes = kehilanagn pada slot, Slot Loss koefisien = 1,78 gambar.6.29 hes = 1,78 VPs -------- dihitung VPs = 0,0100 in H2O hes = 1,78 VPs = 1,78 * 0.0100 = 0,0178 SPh = hes + hed + VPd = 0,0178 + 0.44045 + 1,7618 = 2.220 Maka, Tekanan Statis Hood, SPh = 2,220 in H2O 4/18/2012 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M.ARIEFF.L

Langkah ke tujuh belas; Friction Los per VP, Langkah ke limah belas; Menentukan panjang lurus duct atau Straight Duct Length, dalam ft Langkah ke enam belas; Friction Factor (Hf) Untuk mendapatkan besarnya bilangan Friction Factor (Hf), didapatkan persamaan 3.19, halaman 46  Langkah ke tujuh belas; Friction Los per VP, Friction Los per VP, dihitung dengan rumus Friction Los per VP = Straight Duct Length * Friction Factor (Hf)   Langkah ke delapan belas; Menghitung Elbow Loss per VP, dengan rumus Elbow Loss per VP = No.of 900 Elbow * loss Factor Langkah ke sembilan belas; Entry loss per VP Entry loss per VP= No. of Branch Entries * loss factor Langkah ke dua puluh; Duct Loss per VP, Dihitung dengan rumus , Duct Loss per VP = Friction Los per VP + Elbow Loss per VP + Special Fitting Loss Factor    Langkah ke dua puluh satu; Duct Loss Duct Loss = Duct Velocity Pressure * Duct Loss per VP Langkah ke dua puluh dua; Duct SP Loss, Duct SP Loss = Hood Static Pressure + Duct Loss 4/18/2012 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M.ARIEFF.L

4/18/2012 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M.ARIEFF.L

4/18/2012 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M.ARIEFF.L

Terima Kasih 4/18/2012 ETAPRIMA SAFETY ENGINEERING, M.ARIEFF.L