BELAJAR TAJWID تجويد تجويد
PENGANTAR Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca bahan bacaan lainnya karena ia adalah kalam Allah SWT. Allah berfirman, أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِن لَّدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ Artinya : “Ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha bijaksana lagi Maha tahu.” (Hud:1)
PENGANTAR Al Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang terakhir disampaikan kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara jibril. Satu dari sekian banyak kemukjizatan Al Qur’an adalah balasan pahala bagi yang membacanya terlebih mampu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Al Qur’an memiliki banyak keistimewaan yang tidak dijumpai didalam kitab-kitab lain, sampai cara membacanyapun juga harus sesuai dengan aturan mainnya atau tartil. Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an Surat Al Muzzamil ayat empat : “Dan bacalah Al-Qur’an itu secara tartil (perlahan-lahan),”
DALIL YANG MEWAJIBKAN UNTUK MEMBACA AL-QURAN DENGAN MEMAHAMI TAJWID Dalil pertama di ambil dari Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam ayatNya yang artinya “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)”[QS:Al- Muzzammil (73): 4]. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca Al-Quran yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid). Dalil kedua diambil dari As-Sunnah ( Hadist ) yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah r.a.(istri Nabi Muhammad SAW), ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan Al- Quran dan sholat Rasulullah SAW, maka beliau menjawab: ”Ketahuilah bahwa Baginda S.A.W. Sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah S.A.W. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi). Dalil ketiga diambil dari Ijma atau pendapat para ulama besar Islam. Yakni kesepakatan para ulama yang dilihat dari zaman Rasulullah SAW hingga sampai saat ini, yang menyatakan bahwa membaca Al-Quran dengan ber-Tajwid merupakan hukum atau sesuatu yang fardhu dan wajib.
(جوّد-يجوّد-تجويدا)dalam bahasa Arab. Tajwīd (تجويد)secara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata ” Jawwada ” (جوّد-يجوّد-تجويدا)dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya.
تجويد Dalam ilmu tajwid dikenal beberapa istilah yang harus diperhatikan dan diketahui dalam pembacaan Al-Quran, diantaranya : a. Makharijul huruf, yakni tempat keluar masuknya huruf b. Shifatul huruf, yakni cara melafalkan atau mengucapkan huruf c. Ahkamul huruf, yakni hubungan antara huruf d. Ahkamul maddi wal qasr, yakni panjang dan pendeknya dalam melafazkan ucapan dalam tiap ayat Al-Quran e. Ahkamul waqaf wal ibtida’, yakni mengetahui huruf yang harus mulai dibaca dan berhenti pada bacaan bila ada tanda huruf f. dan Al-Khat dan Al-Utsmani
LETAK HURUF (MAKHROJ)
TANDA-TANDA WAQAF DAN WASHAL Waqaf artinya: sebaiknya berhenti م ( وقف لا زم ) : harus berhenti (معا نقه ) : berhenti di salah satu titik ط ( وقف مطلق ) : sebaiknya berhenti قلى ( الوقف اولى ) : sebaiknya berhenti قف ( الوقف ) : sebaiknya berhenti ج ( وقف جا ئز ) : boleh berhenti, juga boleh terus
TANDA-TANDA WAQAF DAN WASHAL Washol artinya: sebaiknya terus. لا ( الوقف ممنوع ) : sebaiknya terus صلى ( الوصل اولى ) : sebaiknya terus ز ( مجوز الوقف ) : sebaiknya terus ص ( مر خص الوقف ) : sebaiknya terus ق ( قيل هو وقف ) : sebaiknya terus
HUKUM NUN ن Nun Mati atau Tanwin Idzhar Idghom Bilaghunnah Iqlab Idghom Bighunnah Idghom Bilaghunnah Idzhar Iqlab Ikhfa’
اِ نَّ ثُمَّ اِ نَّمَا فَلَمَّا GHUNNAH Ghunnah artinya mendengung. Hal ini berarti bahwa setiap ada huruf Nun atau Mim yang bertasydid maka hukum bacaannya dinamakan Ghunnah. Contoh: اِ نَّ ثُمَّ اِ نَّمَا فَلَمَّا
HUKUM NUN SUKUN ن /TANWIN _ً Perbedaan Nun sukun atau Tanwin adalah sama dalam lafadz tetapi lain dalam tulisan. Adapun hukum Nun sukun atau Tanwin dibagi menjadi 6 macam, antara lain: Idghom Bighunnah Idghom : memasukkan Bighunnah : dengan mendengung Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 4 huruf, antara lain:ي ن م و atau biasa di singkat dengan bunyi يَنْمُوْ Contoh: مَنْ يَقُوْ لُ ( نْ- ي ) فَلَنْ نَِّزيْدَ كُمْ ( نْ- ن ) فَتْحًا مُبِيْنًا ( _ً – م) مِنْ وَّرَائِهِمْ ( نْ- و )
غَفُوْرٌرَحِيْمٌ ( _ٌ – ر) HUKUM NUN SUKUN ن /TANWIN _ً 2. Idghom Bilaghunnah Idghom : memasukkan Bilaghunnah : dengan tanpa mendengung Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 2 huruf, antara lain: ل …..dan…….ر Contoh: مِنْ لَدُ نْكَ ( نْ- ل ) غَفُوْرٌرَحِيْمٌ ( _ٌ – ر)
3. Idzhar HUKUM NUN SUKUN ن /TANWIN _ً Idzhar berarti: jelas atau terang Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 6 huruf, antara lain: ﻫ أ ح خ ع غ Contoh: كُفُوًا اَحَدٌ ( _ً – ا) مِنْ حَيْثُ ( نْ – ح ) مَنْ خَفَّتْ ( نْ – خ )خُلُقٍ عَظِيْمٍ ( ٍ – ع ) قَوْ مًا غَيْرَ كُمْ ( _ً -غ) لَكُمُ اْلاَ نْهَا َر ( نْ – ﻫ )
مَنْ بَخِلَ ( نْ – ب ) عَوَا نٌ بَيْنَ ( _ٌ – ب) HUKUM NUN SUKUN ن /TANWIN _ً 4. IQLAB Iqlab berarti: membalik Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan satu huruf dari huruf hijaiyyah yaitu: ب Contoh: مَنْ بَخِلَ ( نْ – ب ) عَوَا نٌ بَيْنَ ( _ٌ – ب)
Ikhfa’ berarti: samar-samar HUKUM NUN SUKUN ن /TANWIN _ً 5. IKHFA Ikhfa’ berarti: samar-samar Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 15 huruf, antara lain: ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك Contoh: مِنْ تَحْتِهَا ( نْ – ت ) مَاءً ثَجَا جًا ( _ً – ث) اَنْجَيْنَا كُمْ ( نْ – ج ) قِنْوَانٌ دَانِيَةٍ ( _ٌ – د) مَنْ ذَالَّذِ يْ ( نْ – ذ) يَوْمَئِذٍ زُرْقًا ( ٍ – ز ) اِنَّ اْلاِ نْسَا نَ ( نْ – س ) عَذَا بٌ شَدِ يْدٌ ( _ٌ – ش) قَوْ مًا صَا لِحِيْنَ ( _ً – ص) مُسْفِرَ ةٌ ضَا حِكَةٌ ( _ٌ – ض) وَمَا يَنْطِقُ ( نْ – ط) عَنْ ظُهُوْرِهِمْ ( نْ – ظ) عُمْيٌ فَهُمْ ( _ٌ – ف) رِزْقًا قَا لُوْا ( _ً – ق) مَنْ كَا نَ يَرْجُوْا ( نْ – ك)
كُنْتُمْ مُسْلِمِيْنَ ( مْ – م ) HUKUM MIM SUKUN Hukum Mim sukun dibagi menjadi 3 macam, antara lain: Idghom Mitsli (Idghom Mimi) Artinya: apabila ada Mim sukun bertemu dengan Mim Contoh: كُنْتُمْ مُسْلِمِيْنَ ( مْ – م )
تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ ( مْ – ب ) Ikhfa’ Syafawi Artinya: apabila ada Mim sukun bertemu dengan Ba’ Contoh: تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ ( مْ – ب ) Idzhar Syafawi Artinya: apabila ada Mim sukun bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain Mim dan Ba’ هُمْ نَا ئِمُوْنَ ( مْ – ن ) اَمْ لَمْ تُنْدِ رْ هُمْ ( مْ – ت ) الخ ……..