DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK By DRA. UMUL AIMAN, MSI
Bahan Organik Limbah pertanian (tanaman atau hewan), Hasil samping industri manufaktur, Sisa kebun, Limbah lain-lain (misalnya makanan, kayu, perca, lumpur, dll.), Segala sesuatu yang dapat dibiodegradasi
Bahan Organik dari Dapur Kulit buah, Cangkang telur, Kertas bungkus (hindari yang dilapis plastik), Sisa sayuran, Tea bags, Bubuk kopi
Bahan Organik dari Kebun/Halaman Rumah Potongan rumput, Ranting kecil- Terutama ranting muda dan lunak, Gulma Hati-hati terhadap gulma ganas, Bunga-bunga mati, Dedaunan, Tanaman tua
Sumber Bahan Organik Lainnya Jerami, Sisa kandang, Rambut, Bulu Kotoran hewan peliharaan, Sisa hewan (daging, ikan, tulang, lemak, telur, susu), Semua bahan dipotong-potong kecil
Bahan yang Tidak Disarankan untuk Dikomposkan: Potongan kayu besar, Gulma yang ganas, Bahan bukan organik
Mengapa Dikomposkan? Limbah organik berpotensi sebagai sumber pencemaran nutrien. Kompos menguntungkan bagi tanah – 11 kg N, 5,9 kg P (sebagai P2O5), dan 3,2 kg K (sebagai K2O) per ton kompos. Berkelanjutan dari sudut pandang lingkungan.
Dekomposisi Bahan Organik (1) Campuran bahan organik dengan komposisi yang kompleks mulai dari gula sederhana dan pati hingga molekul kompleks seperti selulosa dan lignin merupakan bahan kompos. Mikroba pengompos mula-mula mengkonsumsi senyawa yang mudah didegradasi. Dekomposisi bahan organik dalam proses pengomposan terjadi bertahap.
Dekomposisi Bahan Organik (2) Bahan kompos yang mengandung bahan sulit terdekomposisi seperti lignin membutuhkan waktu pengomposan lebih lama (dekomposisi lignin terjadi lebih cepat pada fase pendinginan). Senyawa yang beracun terhadap tanaman hilang pada fase pematangan.
Dekomposisi Bahan Organik (3)
Pengomposan Proses dekomposisi bahan organik oleh organisme termasuk bakteri, fungi, aktinomisetes, cacing, dan serangga. Proses pengomposan aerobik (ada oksigen bebas, dikehendaki karena lebih cepat) anaerobik (tanpa oksigen bebas, kurang dikehendaki karena lambat dan bau).
Mikroba Pengompos Bacillus sp. termofil merupakan bakteri berbentuk batang yang sering ditemukan dalam kompos Bacillus sp. Sering ditemukan pula alam bentuk rangkaian. Perhatikan bahwa bakteri ini menghasilkan spora yang menyebabkannya mampu bertahan pada suhu tinggi (di atas 65C).
Apakah kompos? Produk yang dihasilkan dari dekomposisi terkendali bahan organik secara biologis dalam keadaan aerobik Stabil dalam bentuk yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman Keamanan biologisnya terjaga oleh panas yang dihasilkan selama proses pembentukannya Menyediakan humus, nutrien, dan unsur mikro bagi tanah
Keuntungan Pemberian Kompos ke Dalam Tanah Memperbaiki struktur tanah, mengurangi BV tanah, meningkatkan permeabilitas (mengurangi potensi erosi) Mengurangi pemadatan, meningkatkan kemampuan tanah menahan air Mengubah dan menstabilkan pH Meningkatkan kapasitas pertukaran kation (memungkinkan tanah menahan nutrien lebih lama, mengurangi pencucian nutrien) Menghidupi biota tanah – tanah lebih sehat Menekan pertumbuhan penyakit tanaman
Keuntungan Lain Pemberian Kompos Mengikat logam berat dan pencemar lainnya, mengurangi kemungkinannya tercuci dan terserap mahluk hidup Mendegradasi pencemar berbasis minyak bumi dalam tanah Memacu restorasi lahan basah (wetland) dengan menstimulasi karakter lahan basah Kompos yang lebih kasar digunakan sebagai mulsa untuk mengendalikan erosi Berfungsi sebagai penyaring dan mengurangi pencemar dalam air permukaan
Proses Pengomposan Kondisi lingkungan yang mendukung proses pengomposan: Kecukupan air Kecukupan oksigen Kecukupan nutrien untuk mikroba Kesesuaian suhu (hangat)
Proses Pengomposan Output Panas Uap air Karbon Dioksida Nutrien dan mineral (kompos) Proses terjadi secara alami, tetapi dapat dipercepat dengan mengendalikan elemen-elemen esensial
Diagram Proses Pengomposan
Pelaksanaan Pengomposan (1) Di bagian dasar pengomposan ditebarkan (15-25 Cm) bahan pengembang (bulking material). Bahan dengan kandungan karbon tinggi seperti dedaunan kering dan dahan. Ditambahkan pupuk kandang, sisa makanan, dan potongan rumput (berat sama). Ditebarkan lagi (15-25 Cm) bahan pengembang (bulking material). Bahan-bahan dicampur merata
Pelaksanaan Pengomposan (2) Beri sungkup bila pengomposan skala kecil. Balikkan kompos 1-2 kali seminggu. Untuk menjamin kecukupan udara. Mencegah kekeringan di bagian luar dan atas kompos. Monitor kelembaban dan tambahkan air bila diperlukan.
Waktu Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah bahan baku kompos menjadi kompos matang tergantung pada: Bahan baku yang digunakan Campuran bahan baku Suhu Kelembaban, dan Frekuensi penghawaan. Untuk memperoleh waktu pengomposan terpendek, perlu diperhatikan kecukupan air, kecukupan nitrogen dan kecukupan udara.
Pematangan (1) Pematangan terjadi pada suhu mesofilik dalam waktu bisa sampai 6 bulan, tergantung bahan yang dikomposkan. Pada fase ini tingkat konsumsi oksigen, penghasilan panas, dan evaporasi berlangsung melambat.
Pematangan merupakan proses aerobik sehingga perlu kecukupan hawa. Ukuran tumpukan harus kecil (tinggi ~1 m) dan kelembaban tidak boleh berlebih (>70%) bila tidak menggunakan pemompaan. Tumpukan besar memerlukan pemompaan untuk menjaga suasana aerobik. Pematangan (2)
Proses Pengomposan (2) Nutrien yang sering ditambahkan adalah nitrogen, fosfat, dan kapur. Nisbah C:P optimum 75-150:1 Pupuk kandang merupakan sumber nitrogen. Abu kayu (bukan arang) merupakan sumber fosfor dan kalium. Kapur merupakan sumber kalsium untuk mengendalikan keasaman
Keseimbangan Nutrien dalam Pengomposan (2) Nisbah C/N – target 20-40:1 > 40:1 – tidak cukup makanan bagi populasi mikroba < 20:1 – kehilangan nitrogen dalam bentuk amonia (bau menyengat)
Nisbah C:N Berbagai Bahan Kompos Sisa makanan C:N ~ 15:1 Serutan kayu C:N ~ 200 - 300:1 Sisa kebun C:N ~ 50 - 80:1 Pupuk kandang C:N ~ 5 - 10:1