HUBUNGAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 17 CIPUTAT Fajri Azhari Univesitas.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Dirangkum dari materi seminar Oleh : Dra. Yang Roswita, MSi
Advertisements

Kuliah XII CONSUMER AND ADVERTISING PSYCHOLOGY Yanti B. Sugarda.
POPULASI DAN SAMPEL Oleh Nugroho Susanto.
POPULASI DAN SAMPEL POPULASI
MENTERI KESEHATAN KESIAPAN PEMERINTAH UNTUK IMPLEMENTASI PP NO. 109 TAHUN 2012 (KEMENKES) Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh Selamat pagi.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Agustin Kusumayati, dr., MSc., PhD.
Statistika Oleh : Nopem K.S, S.Pd, M.Pd IKIP BUDI UTOMO MALANG.
V. Struktur Tim JKN PPTM Nomor : Tanggal, bulan, tahun Sifat : Penting Lampiran : Perihal : Pelaksanaan Kawasan Tanpa.
KECANDUAN MEROKOK PENYEBAB DAN AKIBATNYA PADA MAHASISWI
ASAP ROKOK Nikotin Tar Karbon monoksida Senyawa radio aktif
Desain Riset Deskriptif dan Kausal (Sebab-Akibat)
METODE SAMPLING Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH.
DENIS WICAKSONO PURNAMA, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kesertaan KB Pria Dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan Getasan Kabupaten.
HASIL ASESMEN ANAK JALANAN RUMAH SINGGAH & YAYASAN DI DKI JAKARTA & DEPOK TAHUN 2010  
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
DAMPAK TAPS TERHADAP ANAK-ANAK SAMPAI DENGAN USIA10 TAHUN.
PROPOSAL SKRIPSI SRIYATI
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan memiliki.
PERLINDUNGAN TERHADAP PEROKOK PASIF DISAMPAIKAN OLEH : QUIT TOBACCO INDONESIA FAKULTAS KEDOKTERAN UGM.
3rd ICTOH Mustakim Kesehatan Masyarakat, FKK UMJ
MEROKOK SISWA SMPN 1 PALOPO
BAHAYA ROKOK Oleh : Muchsin Maulana, S.KM., M.PH
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL (SAMPLING)
Regulasi KTR: Antara Kebutuhan dan Implementasinya di DIY
UNIVERSITAS AIRLANGGA
LOGICAL FRAMEWORK APPROACH IN EVALUATION SMOKE FREE AREA IMPLEMENTATION UNIVERSITAS INDONESIA ON 2015 Zahrina Center forHealth Economics and Policy Studies.
MonEv KTR Dianita Sugiyo, MHID Awang Darumurti, M.Si Tanto Lailam, LLM
Rokok VS Ekonomi: Mitos dan Fakta Mitos: Industri rokok memberikan kontribusi pemasukan negara dengan jumlah besar. Fakta: Negara membayar biaya lebih.
Epidemi Rokok Elektrik
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS
Monitoring Kepatuhan Kebijakan KTR “Testimoni Smoke Free Monitoring di
……….. Kekuatan remaja Dr Widyastuti Soerojo, MSc
KONSUMSI ENERGI PROTEIN
Septa, Yogi, Devi, Ta’aruffi
PERMASALAHAN ROKOK DI INDONESIA DAN SOLUSINYA
STUDI KOHOR FAKTOR RISIKO PTM 2011
TINGKAT PENGETAHUAN ANAK TERHADAP PENTINGNYA PENGGUNAAN AIR BERSIH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI KELAS IV DAN V DI SD NEGERI SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING.
HIDUP SEHAT TANPA ROKOK kondisi di Belanda dan Indonesia
Nunik Kusumawardani; Rofingatul M, Prisca Arfines
Oleh : Rusman Efendi UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Determinan Keinginan Mempunyai Anak Lagi (Analisis SDKI Tahun 2012)
Disusun Oleh : Virsa Bili Putu Pramono
Perempuan dan Bahaya Rokok
Oleh : MIA ENDAH ASMALASARI
HUBUNGAN KONSULTASI GIZI DENGAN PERUBAHAN PERILAKU POLA MAKAN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI POLI GIZI RSUD KOTA PADANG PANJANG Oleh :Defrijon.
HASIL MONITORING DAN EVALUASI KTR DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016
dalam kerangka kemiskinan perkotaan: perspektif sosiologis
TINGKAT PEMAHAMAN SISWA KELAS ATAS TERHADAP BAHAYA MEROKOK DALAM PEMBELAJARAN PENJAS DI SEKOLAH DASAR NEGERI BANTARSARI 08 KABUPATEN CILACAP Oleh: Asep.
SAMPLING & DISTRIBUSI SAMPLING
Mendefinisikan dan Menganalisis Masalah
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GANGGUAN JIWA DI DESA PARINGAN KECAMATAN JENANGAN KABUPATEN PONOROGO Oleh : RIO YANUAR B.
PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN MENURUT ANDREW GOLISZEK (2005), PERSEPSI KERJA, KONDISI KERJA DENGAN STRESS KERJA PERAWAT DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD ULIN BANJARMASIN.
Presentasi Penelitian (Studi Kesehatan Masyarakat)
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC
Penilitian Retrospektif study
ANALISIS SIKAP KONSUMEN BERDASARKAN ATRIBUT PRODUK PC TABLET APPLE DENGAN PERANGKAT IPAD DAN IPAD MINI MENGGUNAKAN PENDEKATAN MULTIATRIBUT FISHBEIN (STUDI.
HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU, PERAN BIDAN, LINGKUNGAN DAN SUMBER INFORMASI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA USIA 3-4 TAHUN DI PUSKESMAS SIMPENAN.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.  PHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar tau, mau dan mampu.
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN TENTANG KEBUTUHAN MASA NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PAGADEN BARAT KABUPATEN SUBANG TAHUN 2015.
Pemerintah Biarkan Iklan Rokok
GAMBARAN PERILAKU MENGKONSUMSI SAYUR DAN BUAH SERTA STATUS GIZI REMAJA SMPN 1 WONGGEDUKU KABUPATEN KONAWE NOVITA ARYANTI P
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Sekolah Oleh Ida Fitri.
Devi Latifah Pembimbing I : Frecillia Regina, dr.,SpA.IBCLC.
Studi Rokok Ilegal di Indonesia
GAMBARAN ASUPAN PROTEIN BERDASARKAN KELOMPOK USIA DAN ANALISIS HUBUNGAN KELOMPOK UMUR DENGAN RATA RATA ASUPAN PROTEIN Nurul Hidayati ( )
PEMBEKALAN SKRIPSI “SKM” ONE STEP CLOSER
Pendahuluan. Pokok Bahasan Pengertian Statistik Hipotesis Penelitian Macam-macam Statistik Diskriptif & Inferensi Parametrik & Non parametrik Univariat,
SUPARJON POPULASI Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik.
Transcript presentasi:

HUBUNGAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 17 CIPUTAT Fajri Azhari Univesitas Muhammadiyah Jakarta

Pendahuluan Survey yang dilakukan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2009 menyebutkan bahwa 78% perokok mengaku mulai merokok sebelum umur 19 tahun dan sepertiga dari siswa sekolah mengaku mencoba menghisap asap rokok pertama kali sebelum umur 10 tahun (Fact Sheet TCSC, 2012). Data dari Global Youth Tobacco Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa 35% siswa dan 3% siswi sekolah dengan umur 13-15 tahun di Indonesia adalah perokok, tiga dari lima siswa yang merokok membeli rokok di toko dan warung pinggir jalan serta tiga dari lima siswa terpapar asap rokok di tempat umum (Fact Sheet GYTS, 2014). Peningkatan prevalensi konsumsi tembakau di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di daerah pedesaan (11,2% berbanding 9,4%) dalam 18 tahun terakhir (1995-2013) (Fakta Tembakau, 2014). Peningkatan jumlah perokok aktif secara tidak langsung meningkatkan jumlah perokok pasif atau yang disebut secondhand smoker. Sebesar 85% rumah tangga terpapar asap rokok dan 81% anak muda terpapar asap rokok di tempat umum dan 65% terpapar di rumah masing-masing (Riskesdas, 2013).

Pendahuluan Keterpaparan asap rokok yang terus-menerus, akan berdampak pada peningkatan perokok pasif. Salah satu pengendalian untuk menurunkan angka perokok pasif yaitu dengan dibuatkannya Kawasan Tanpa Rokok (KTR) atau Kawasan Bebas Rokok sesuai dengan amanat yang tercantum dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang kemudian diikuti oleh Peraturan Pemerintah RI No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. Peraturan terbaru dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 64 Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah. Meskipun terdapat peraturan dilarang merokok, faktanya masih saja didapati siswa yang merokok di lingkungan sekolah terutama di kantin atau warung depan sekolah dan di toilet siswa secara diam-diam. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Penerapan Kawasan Tanpa Rokok dan Faktor Lainnya dengan Perilaku Merokok pada Remaja di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat Tahun 2016”.

“ ” Tujuan Khusus Tujuan Umum Mengetahui gambaran faktor predisposisi (jenis kelamin, pengentahuan dan sikap) Mengetahui gambaran faktor pemungkin (ketersediaan dan keterjangkauan rokok) Mengetahui gambaran faktor penguat (keterpaparan iklan rokok, keterpaparan media pengendalian tembakau, perilaku merokok teman sebaya, guru yang merokok, keluarga yang merokok dan pelaksanaan KTR) Mengetahui hubungan antara faktor predisposisi dengan perilaku merokok remaja Mengetahui hubungan antara faktor pemungkin dengan perilaku merokok remaja Mengetahui hubungan antara faktor penguat dengan perilaku merokok remaja ” Tujuan Umum Mengetahui karakteristik dan hubungan penerapan KTR dan faktor lainnya dengan perilaku merokok remaja pada siswa di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat tahun 2016

Penelitian menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional) yang dilaksanakan pada April 2016, dengan instrumen berupa kuesioner yang diadopsi dari Global Youth Tobacco Survey 2014 yang sebelumnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Muhammadiyah 17 Ciputat yang berjumlah 411 siswa, sedangkan sampel pada penelitian ini berjumlah 110 orang Teknik pengambilan sampel stratified random sampling Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan perangkat lunak komputer Metode Penelitian

Hasil Rekapitulasi Univariat Variabel Perilaku Merokok Total Nilai P Ya Tidak n % 1 Usia   0,471 11-13 Tahun 15 24,6 46, 75,4 61 100 14-16 Tahun 16 32,7 33 67,3 49 2 Jenis Kelamin 0,000* Laki-laki 29 53,7 25 46,3 54 Perempuan 3,6 96,4 56 3 Keterpaparan Iklan Rokok 0,085 ≤ 30 hari 7 16,7 35 83,3 42 > 30 hari 14 38,9 22 61,1 36 Tidak Pernah 10 31,3 68,8 32 4 Keterpaparan Media Pengendalian Tembakau 0,662 Sering 5 22,7 17 77,3 Jarang 9 25,7 26 74,3 32,1 67,9 53 Pelaksanaan KTR di Sekolah 0,020* Tidak Ada KTR - Tidak Dilaksanakan dengan Baik 11 26,8 30 73,2 41 Dilaksanakan dengan Baik 25,8 74,2 66

Pembahasan Bivariat Variabel Nilai P % Penelitian Terkait Usia 0,471 Fitriana (2009) dengan nilai p = 0,190 Fatah (2013) dengan nilai p = 0,631 Khusniyati (2014) dengan nilai p = 0,000 Jenis kelamin 0,000 Fitriana (2009) dengan nilai p = 0,030 Fatah (2013) dengan nilai p = 0,000 Faturrahman (2013) dengan nilai p = 0,001 RISKESDAS (2013) perokok laki-laki (18,1%) lebih banyak dibanding perempuan (9,3%) pada kelompok umur 10-14 tahun GYTS (2014) 35% remaja laki-laki dan 3& remaja perempuan di Indonesia adalah perokok Keterpaparan iklan rokok 0,085 Faturrahman (2013) Fatah (2013) dengan nilai p = 0,711 Hidayat (2014) dengan nilai p =0,060 Yanti (2014) dengan nilai p = 0,002 Yusren (2015) dengan nilai p=0,013 Keterpaparan media pengendalian tembakau 0,662 Zaenabu (2014) dengan nilai p= 0,362 Pramana (2015) Penerapan KTR 0,020 Maulana (2015) dengan nilai p = 0,000 Lestari (2012) dengan nilai p = 0,109

Kesimpulan Persentase responden yang merokok lebih sedikit (28,2%) Responden perempuan tidak jauh berbeda dengan responden laki-laki dengan masing-masing persentase 50,9% dan 49,1% Sebagian besar responden mengaku melihat iklan rokok di televisi (38,2%) Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (nilai p 0,000) dan pelaksanaan KTR di sekolah (0,020) terhadap perilaku merokok responden (p value < 0,05) Usia dan keterpaparan iklan rokok tidak memiliki hubungan yang bermakna (p value > 0,05) Responden yang tidak pernah terpapar media pengendalian tembakau cenderung merokok dibandingkan dengan responden yang sering terpapar media pengendalian tembakau Kesimpulan

Saran Bagi Dinas Kesehatan Meningkatkan intensitas monitoring dan evaluasi pelaksanaan KTR di lingkungan sekolah Membuat media komunikasi, informasi dan edukasi tentang kawasan tanpa rokok dan dampak merokok bagi kesehatan Bagi Sekolah Memperbaharui peraturan terbaru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang KTR di Lingkungan Sekolah Membuat peraturan tertulis tentang KTR bagi seluruh warga sekolah Membuat pelatihan kepada pendidik kesehatan terkait masalah perilaku merokok pada siswa Membentuk kelompok advokasi siswa