SIFAT KIMIA KULIT Pengetahuan tentang sifat kimiawi pada kulit sangat penting dalam proses penyamakan kulit, karena sebagian besar proses tersebut melibatkan penggunaan bahan kimia.
Proses kimiawi yang terjadi dalam kegiatan penyamakan kulit : pelarutan protein globular, pemisahkan dan penghancurkan epidermis, folikel rambut serta pemisahkan bulu, mempertahankan serabut kolagen, melarutkan serabut elastis, substansi dasar serta penghilangan lemak
Komposisi kimia pada kulit mentah atau segar Proporsi masing-masing zat kimia yang menyusun komponen kulit cukup bervariasi, tergantung dari : jenis ternak, umur, makanan, iklim dan kebiasaan hidup ternak itu sendiri.
Komposisi zat kimia yang menyusun kulit Air 65%, Protein 33%, Mineral 0,5% dan Lemak 2-30%. Komposisi zat kimia tersebut tidaklah konstan, namun sangat tergantung dari macam kulitnya. Penyusun terbanyak adalah komponen air dengan jumlah cukup bervariasi yakni antara 60-70%.
Komponen lemak dalam kulit variasinya justru lebih besar dan menyulitkan sehingga perlu perhatian khusus bagi para penyamak kulit, terutama komponen lemak pada kulit domba dan babi. Jenis lemak yang terdapat pada kulit terdiri atas beberapa macam, diantaranya adalah trigliserida, phospholipid, cholesterol dan lilin (wax). Lemak yang dihasilkan oleh kelenjar minyak kulit banyak mengandung wax serta ester yang berasal dari asam lemak dengan alkohol. Sel lemak pada korium kulit dan jarigan lemak pada subkutis terutama mengandung trigliserida.
Komponen mineral yang umum terdapat dalam kulit diantaranya adalah garam dari K, Na, Ca dan Mg, phosphat, karbonat, dan klorida. Persentase mineral dalam komponen kulit relatif lebih rendah dengan total mineral hanya berkisar 1%. Karbohidrat dalam kulit berada dalam bentuk glikogen, “gula kulit”, amino-sugar, mucopolisakarida maupun bentuk lainnya.
Protein merupakan kandungan zat kimia penting yang terdapat pada kulit, karena protein tersebut sangat menentukan kualitas produk-produk kulit hasil penyamakan. Kadar protein dalam komponen kulit berada sekitar 80% dari total bahan kering. Komponen protein yang terdapat dalam kulit terdiri atas beberapa macam, namun yang menjadi perhatian para penyamak kulit secara garis besarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu, protein fibrous dan protein globular.
Protein fibrous Protein fibrous terdiri dari : keratin (penyusun utama epidermis, bulu atau rambut maupun wol), kolagen (protein utama pada kulit), retikulin (bersama-sama dengan serabut kolagen, banyak dijumpai di stratum papilare) dan elastin (banyak dijumpai di stratum papilare) yang jumlahnya akan semakin bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan sampai saat tertentu pertambahan tersebut akan terhenti.
Protein globular Protein globular, merupakan protein yang berasal dan serum dan disintesis oleh sel dalam jaringan ikat korium. Protein globuler tersusun atas : albumin, globulin (serum darah) dan mucin/mucoid atau mucoprotein (berasal dari sel dan berperan sebagai substansi dasar)
Enzim Selain zat-zat kimia tersebut dijumpai pula enzim, yaitu enzim cathepsin yang dapat menyebabkan terjadinya autolisis apabila kulit mentah atau kulit awetan disimpan pada suhu dan kelembaban yang tinggi. Enzim yang lain berupa enzim dopa oxidase. Oleh aktivitas sinar ultra violet (UV), maka sinar tersebut akan mengubah senyawa tirosin dalam tubuh menjadi senyawa dopa (deoxyphenilalanin) hingga selanjutnya senyawa dopa tersebut akan teroksidasi karena adanya pengaruh dari enzim dopa oxidase tersebut. Hasil akhirnya berupa senyawa melanin, yakni butiran zat berwarna yang terdapat pada kulit. Penampilan warna gelap pada kulit ternak hidup menunjukkan adanya kemungkinan besar disebabkan oleh karena peristiwa tereksposnya kulit tersebut di bawah terik matahari dalam jangka waktu yang lama
Warna kulit berpengaruh terhadap cara pengawetan kulit. Kulit gelap harus mendapat perhatian khusus karena bila diawetkan secara dikeringkan, akan cepat mengubah protein kolagen pada kulit menjadi gelatin atau yang lazim dikenal dengan istilah gelatinisasi.