NERACA (LAPORAN POSISI KEUANGAN) (KAS/BANK, PIUTANG DAN PERSEDIAAN) ARIS MUNANDAR,SE.,M.Si
AKUNTANSI KAS DAN BANK TUJUAN PEMBELAJARAN Pengertian dasar kas dan bank Sistem pencatatan kas Rekonsiliasi laporan bank Pembukuan akuntansi pajak atas kas dan bank
Pengertian Kas Kas merupakan harta yang paling lancar atau likuid, paling mudah diselewengkan, maka diperlukan suatu sistem dan prosedur akuntansi untuk mencatat dan mengendalikan kas. Kas adalah alat pertukaran yang diakui oleh masyarakat umum dan oleh sebab itu merupakan dasar-landasan yang kuat untuk dipakai sebagai alat pengukur terhadap semua kegiatan ekonomi di dalam perusahaan.
Alat Pembayaran yang Dapat Diklasifikasikan sebagai Kas : Harus dapat diterima umum sebagai alat pembayaran atau diterima oleh bank sebagai simpanan sebesar nilai nominalnya. Harus dapat digunakan sebagai alat pembayaran untuk kegiatan sehari-hari
Jenis – Jenis Kas Tidak termasuk Kas: Termasuk kas: Uang chartal (logam, uang kertas) Cek giral (cek, traveler check) Wesel bank, wesel pos Simpan di bank (giro, tabungan) Valuta asing Termasuk kas: Cek mundur Cek kosong Deposito berjangka Money Order Compensating balance Bank garansi Tidak termasuk Kas:
Sistem pengendalian intern meliputi semua sarana, alat dan peraturan-peraturan yang digunakan oleh perusahaan dengan tujuan : mengamankan dan mencegah terjadinya pemborosan, penyalah gunaan dan ketidak-efisiensian dari sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan. Menjamin ketelitian dan dapat dipercayainya (reliability) keberadaan data operasional dan akuntansi yang dihasilkan. Mendorong tercapainya efisiensi operasi dan dipatuhinya kebijaksanaan manajemen.
Pengawasan Kas Pengawasan terhadap kas dapat dilakukan terutama dalam hal : Penerimaan kas Pengeluaran kas
Prosedur-prosedur Pengawasan pada Penerimaan Kas Harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dari setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank. Diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi pencatatan kas. Diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan kas. Selain itu setiap hari harus dibuat laporan kas.
Prosedur-prosedur Pengawasan pada Pengeluaran Kas Semua pengeluaran uang menggunakan cek kecuali untuk pengeluaran - pengeluaran kecil dibayar dari kas kecil. Dibentuk dana kas kecil yang diawasi dengan ketat. Penulisan cek hanya dilakukan apabila didukung bukti-bukti yang lengkap atau dengan kata lain digunakan sistem voucher. Dipisahkan antara orang-orang yang mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran, yang menulis cek, yang menandatangani cek dan yang mencatat pengeluaran kas. Diadakan pemeriksaan intern dengan jangka waktu yang tidak tertentu. Diharuskan membuat kas harian.
DANA KAS KECIL (Patty Cash) Dana kas kecil atau petty cash fund adalah uang kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan tidak ekonomis bila dibayar dengan cek. Dalam hubungannya dengan dana kas kecil terdapat dua metode yaitu : Sistem Imprest Metode Fluktuasi
Sistem Fluktuasi (Fluctuating Fund Method) Jumlah dalam rekening kas kecil selalu tetap, Apabila jumlah kas kecil tinggal sedikit pada akhir periode, kasir kas kecil akan minta pengisian kembali kas kecilnya sebesar jumlah yang sudah dibayar dari kas kecil, kembali seperti semula. Pengeluaran-pengeluaran kas kecil baru dicatat pada saat pengisian kembali. Sistem Imprest Pembentukan dana kas kecil dilakukan dengan cara yang sama seperti pada sistem imprest. Perbedaannya dengan sistem imprest adalah bahwa dalam metode fluktuasi saldo rekening kas kecil tidak tetap, tetapi berfluktuasi sesuai dengan jumlah pengisian kembali dan pengeluaran-pengeluaran kas kecil. Pencatatan langsung dilakukan setiap terjadinya pengeluaran-pengeluaran dari dana kas kecil. Sistem Fluktuasi (Fluctuating Fund Method)
TRANSAKSI IMPREST FLUKTUASI PEMBENTUKAN KAS KECIL PEMAKAIAN PENGGANTIAN Kas Kecil Kas/Bank Tidak Ada Jurnal Beban ….. Beban …… Beban …….
BANK REKONSILIASI (Bank Reconcilliation) PENCOCOKAN ANTARA SALDO PEMBUKUAN PERUSAHAAN DENGAN SALDO BANK TERDAPAT PERBEDAAN : 1. BEDA WAKTU PENCATATAN 2. KESALAHAN PENCATATAN
Hal-hal yang Menimbulkan Perbedaan Elemen-elemen yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai penerimaan uang tetapi belum dicatat oleh bank Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai penerimaan oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai pengeluaran tetapi bank belum mencatatnya sebagai pengeluaran Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam catatan perusahaan maupun catatan bank. Elemen-elemen yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai penerimaan uang tetapi belum dicatat oleh bank Setoran dalam perjalanan (deposit in transit). Uang tunai yang tidak disetorkan ke bank (cash on hand). Cek yang tidak cukup dananya untuk diuangkan Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai penerimaan oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan Bunga yang diperhitungkan oleh bank terhadap simpanan, tetapi belum dicatat dalam buku perusahaan (jasa giro). Penagihan wesel oleh bank, sudah dicatat oleh bank sebagai penerimaan tetapi perusahaan belum mencatatnya. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai pengeluaran tetapi bank belum mencatatnya sebagai pengeluaran Cek-cek yang beredar (outstanding cheque) Cek yang sudah ditulis dan sudah dicatat dalam jurnal pengeluaran uang tetapi ceknya belum diserahkan kepada yang dibayar (cheque on hand). Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Cek dari langganan yang ditolak oleh bank karena kosong tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Bunga yang diperhitungkan atas overdraft (saldo kredit kas) tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Biaya jasa bank yang belum dicatat oleh perusahaan.
Rekonsiliasi Saldo Akhir, yang dapat dibuat dalam 2 bentuk : Jenis Rekonsiliasi Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar. Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas Rekonsiliasi Saldo Akhir, yang dapat dibuat dalam 2 bentuk : Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas (4 kolom) Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar (8 kolom) Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir, yang bisa dibuat dalam 2 bentuk :
AKUNTANSI PAJAK Akuntansi kas dan bank tidak diatur tersendiri dalam UU pajak. Sama seperti akuntansi komersil yang tidak termasuk dalam kategori kas adalah: Deposito Persediaan prangko dan materai Uang muka Cek mundur / cek kosong
Contoh Transaksi kas dan bank yg berkaitan dengan objek pajak. Tgl 12 maret 2016 PT. XYZ menerima bunga deposito dari Bank ABC sebesar Rp. 7.000.000 dgn tarif pajak PPh final (Pasal 4 ayat 2) -> PP No. 31 Tahun 2000 -> tarif 20%. Ayat jurnal yg diperlukan tergantung WP dlm metode pencatatan: Metode Bruto 12 maret 2016 Kas / bank 5.600.000 PPh Pasal 4 (2) 1.400.000 Penghasilan Bunga 7.000.000 Metode Neto 12 maret 2016 kas / bank 5.600.000 Penghasilan Bunga 5.600.000
AKUNTANSI PIUTANG TUJUAN PEMBELAJARAN Pengertian dan Perlakuan Piutang dalam laporan keuangan komersil Penghitungan penyisihan piutang tak tertagih Penghapusan piutang menurut akuntansi dan pajak Metode penghapusan piutang tak tertagih
Klasifikasi Piutang Piutang Usaha Timbul karena adanya penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha perusahaan -> masuk dalam kategori aset lancar dan jangka waktu penagihan (-) satu tahun Piutang Lain – Lain Timbul dari transaksi di luar kegiatan normal perusahaan.
Metode Penghapusan Piutang Contoh; Metode penghapusan langsung Piutang pada PT. XYZ Rp. 1.000.000 tidak dapat di tagih dan harus dihapus. Jurnal... Biaya Piutang tak tertagih 1.000.000 Piutang Dagang 1.000.000 Metode Penyisihan / pencadangan PT. ABC mengestimasi Rp. 15.000.000 dari Rp. 110.000.000 saldo piutang dagang di perusahaannya kemungkinan tak dapat tertagih. Biaya Piutang tak tertagih 15.000.000 Penyisihan Piutang tak tertagih 15.000.000
PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH Pada prinsipnya, terdapat 2 (dua) cara dalam menetapkan jumlah penyisihan piutang tidak tertagih; Atas dasar saldo piutang Atas dasar saldo penjualan
1. Atas dasar saldo piutang Cara ini menetapkan persentase terhadap saldo piutang rata-rata atau golongan unsur piutang pada akhir periode Contoh; Saldo piutang 1 januari 2015 Rp. 15.000.000 dan saldo piutang 31 desember 2015 Rp. 25.000.000. asumsi penyisihan 2%. Perhitungan penyisihan piutang tak tertagih sbb; Saldo piutang rata-rata = Rp. 15.000.000 + Rp. 25.000.000 2 = Rp. 20.000.000 Penyisihan piu.tdk tertagih = 2% X Rp. 20.000.000 = Rp. 400.000
Dasar yg digunakan adalah golongan umur piutang Besarnya penyisihan piutang tak tertagih Rp. 3.590
2. Atas dasar saldo penjualan Cara ini dilakukan dengan menetapkan persentase terhadap penjualan. Dasar yg digunakan dapat mengunakan penjualan kredit atau total penjualan. Contoh; total penjualan kredit 2015 Rp. 2.500.000. % penyisihan ditetapkan 2% dari penjualan. Besarnya penyisihan piutang tak tertagih (2% X Rp. 2.500.000) = Rp. 50.000 Biaya piutang tak tertagih (2% X Rp. 2.500.000) = Rp. 50.000
Penghapusan Langsung dengan Metode Penyisihan Membandingkan Metode Penghapusan Langsung dengan Metode Penyisihan Bagian ini akan mempelajari dan membandingkan ayat jurnal untuk metode penghapusan langsung dan metode penyisihan. Sebagai dasar ilustrasi, akan dipergunakan transaksi yang diambil dari catatan PT Horison untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2015: 1 Mar. Menghapus piutang C. Yanuar, Rp3.650.000. 12 Apr. Menerima pembayaran sebagian piutang sebesar Rp2.250.000 dari total piutang Karina Budiman sebesar Rp5.500.000, dan menghapus sisa piutang yang dianggap tak tertagih. 22 Juni Menerima pembayaran piutang sebesar Rp3.650.000 dari C. Yanuar yang telah dihapuskan tanggal 1 Maret. Mencatat kembali piutang C. Yanuar dan menerima pembayaran kas. • – –
piutang berikut yang dianggap tak tertagih (catat dalam ayat • 7 Sep. Menghapus piutang berikut yang dianggap tak tertagih (catat dalam ayat dalam satu ayat jurnal): – Jason Bimasakti Rp1.100.000 Sandy Nurmila Rp1.360.000 – Santoso Budiman 2.220.000 Amir Wicaksana 990.000 – Sari Nuriah 775.000 • 31 Des. PT Horison menggunakan metode persentase dari penjualan sejarah masa lalu dan rata‐rata industri, 1,25% dari penjualan kredit tahun 2015 sebesar Rp3.400.000.000. • Tampilan 3 memberikan ilustrasi mengenai ayat jurnal yang akan dicatat metode penyisihan. Dalam metode penghapusan langsung, tidak ada ayat 31 Desember. Sebaliknya, metode penyisihan mencatat ayat jurnal kredit untuk mengestimasi beban piutang tak tertagih. Berdasarkan dianggap tidak akan tertagih. Horison mencatat penjualan kredit selama l h H i k h d oleh PT Horison dengan menggunakan metode penghapusan langsung dan jurnal penyesuaian yang dibuat untuk piutang tak tertagih pada tanggal i ti i t k b 42 000 penyesuaian untuk estimasi piutang tak tertagih sebesar Rp42.500.000.
Membandingkan Metode Penghapusan Langsung dengan Metode Penyisihan
Perbedaan antara metode penghapusan langsung dan metode penyisihan diringkas sebagai berikut.
AKUNTANSI PAJAK Dalam pasal 6 ayat (1) huruf h UU pajak penghasilan mengatur pembebanan biaya piutang yg nyata – nyata tidak dapat ditagih atau lebih dikenal dengan penghapusan piutang dgn syarat; Telah dibebankan sbg biaya pada laporan laba rugi komersil WP harus menyerahkan daftar piutang yg tidak dpt ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak Telah menyerahkan perkara penagihan kepada pengadilan negeri atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang antara kreditur dan debitur yg bersangkutan atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum / khusus.
KMK No. 130/KMK.04/1998 Dalam keputusan tsb perlu diperhatikan sbb; Piutang tak tertagih yg dpt dibebankan sbg biaya dalam perhitungan penghasilan kena pajak adalah piutang tak tertagih yg timbul dibidang usaha bank, lembaga pembiayaan, industri, dagang dan jasa lainnya. Piutang yang dpt dihapuskan adalah piutang usaha sesuai dengan bidang usaha dari WP yg bersangkutan.
Akuntansi Persediaan Sistem pencatatan persediaan Perbandingan sistem pencatatan dan metode penilaian persediaan antara praktek akuntansi komesil dan akuntansi pajak
Sistem pencatatan persediaan Sistem pencatatan perpetual Sistem pencatatan periodik 1. Metode Perpetual Sistem pencatatan metode perpetual disebut juga metode buku adalah sistem dimana setiap persediaan yang masuk dan keluar dicatat di pembukuan. Setiap jenis barang dibuatkan kartu persediaan dan di dalam pembukuan dibuatkan rekening pembantu persediaan. Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dqari rekening kontrol persediaan barang dalam buku besar. 2. Metode Periodik Pada metode ini, apabila terjadi pembelian maka jurnalnya adalah mendebet rekening pembelian dan mengkredit kas atau utang dagang. Jika terjadi penjualan maka jurnalnya adalah mendebet rekening kas/ piutang dagang dan mengkredit rekening penjualan. Untuk mengetahui persediaan akhir dilakukan inventarisasi atau stock opname pada akhir periode. Dari kedua metode di atas, metode persediaan periodik lebih sederhana dan lebih mudah penyelenggaraannya bila dibandingkan dengan metode perpetual. Namun ditinjau dari segi ketepatan dan kecepatan informasi yang dihasilkan, metode persediaan perpetual jauh lebih unggul. Setiap saat persediaan akhir dapat diketahui.
Contoh Sistem pencatatan perpetual: Pada tanggal 2 Januari 2011 Tn. Yahya membeli 4.000 karung semen @ Rp 40.000 per karung dari PT Semen Cibinong secara kredit Pada tanggal 5 Januari 2011 Tn. Yahya menjual 3.000 karung semen @ Rp 45.000 kepada PT Maju secara kredit
Contoh Sistem pencatatan periodik : Pada tanggal 2 Januari 2011 Tn. Yahya membeli 4.000 karung semen @ Rp 40.000 per karung dari PT Semen Cibinong secara kredit Pada tanggal 5 Januari 2011 Tn. Yahya menjual 3.000 karung semen @ Rp 45.000 kepada PT Maju secara kredit
Dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 10 ayat (6), sistem pencatatan yang diperkenalkan adalah sistem pencatatan perpetual. Akan tetapi, untuk hal-hal tertentu karena sifatnya mengalami kesulitan dalam menggunakan sistem perpetual, sistem lain dapat digunakan.
Penetapan Persediaan dan Pelaporan dalam Laporan Keuangan Dalam laporan keuangan, persediaan disajikan di neraca atau di laporan laba rugi. Dalam neraca akan muncul dalam akun Persediaan Di laporan laba rugi, persediaan akan muncul dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan
Persediaan pada neraca Persediaan pada laporan laba rugi
Metode Penilaian Persediaan Berdasarkan Harga Perolehan Metode Identifikasi Khusus Metode FIFO Metode LIFO Metode Average (Simple & Moving) Berdasarkan Estimasi Metode ini berasumsi bahwa arus barang harus sama dengan arus biaya, sehingga setiap kelompok barang diberi identifikasi dan dibuat kartu.
Metode FIFO Contoh : Berdasarkan rincian di atas dapat ditetapkan: Total Penjualan atau Harga Pokok Penjualan Rp 7.850.000.000 (Rp 2.000.000 + Rp 1.150.000 + Rp 3.450.000 + Rp 1.250.000) Persediaan Akhir (200 unit x Rp 12.000.000) Rp 2.400.000.000
Metode LIFO Contoh : Dari data di atas dapat ditetapkan: Harga Pokok Penjualan Per 15 Januari Rp 3.450.000.000 Per 30 Januari Rp 4.800.000.000 Total Rp 8.250.000.000 Persediaan Akhir (200 unit x Rp 10.000.000) Rp 2.000.000.000
Metode Average (Simple Average) Harga rata-rata dihitung dengan cara menjumlahkan harga pokok per unit (tanpa mengalikan jumlah barang) dibagi dengan banyaknya harga.
Metode Average (Simple Average) Pembebanan ke harga pokok penjualan dilakukan setiap terjadi pembelian. Metode ini digunakan pada perpetual. Harga Pokok Penjualan adalah Rp 7.933.200.000 Persediaan Akhir (200 unit x Rp 11.583.000) Rp 2.316.600.000
Berdasarkan Estimasi Berdasarkan estimasi terbagi menjadi 2 metode, yaitu: Metode Laba Kotor Metode Eceran (Ritel)
Metode Laba Kotor Nilai persediaan akhir dihitung mundur dan biasanya digunakan dalam keadaan khusus. Misalnya, perusahaan dalam kondisi terbakar, sehingga sulit penilaian secara fisik.
Metode Eceran (Ritel) Harga pokok persediaan diestimasi atas dasar hubungan antara harga pokok dengan harga jual eceran untuk persediaan yang sama dengan cara mengakumulasi semua harga eceran dari persediaan yang dijual.
Metode Penilaian Lainnya Metode Penilaian Lainnya terdiri dari 2 metode, yaitu: Lower of Cost or Market whicever is Lower (LOCOM) Nilai Jual
LOCOM Persediaan barang di gudang secara fisik mengalami kerusakan sehingga manfaatnya tidak lagi sepadan dengan harga pokok atau akibat lainnya seperti perubahan tingkat harga. Besar nilai persediaan akhir dengan menggunakan LOCOM sebesar Rp 14.200.000.000
Nilai Jual Nilai persediaan ditetapkan sebesar harga jual dikurangi taksiran biaya- biaya penjualan yang dapat terjadi. Metode ini digunakan untuk menetapkan persediaan produk pertanian atau logam mulia.
Menurut ketentuan perpajakan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 10 ayat (6), penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan HPP hanya boleh dilakukan melalui dua cara yaitu : Average method FIFO method Pemilihan metode tersebut harus dilakukan secara taat asas, artinya sekali WP memilih salah satu cara penilaian persediaan untuk penghitungan HPP, maka selanjutnya harus digunakan cara yang sama
AKUNTANSI PAJAK PERSEDIAAN Dari sisi praktik akuntansi komersial dan akuntansi pajak, tidak ada perbedaan prinsip dalam metode pencatatan.
CONTOH SOAL; DATA PERSEDIAAN BARANG SIAP UNTUK DIJUAL Tanggal Keterangan Kuantitas Harga 02-Jan Persediaan awal 200 9.000 10-Mar Pembelian 300 10.000 05-Apr Penjualan 15.000 07-Mei 100 21-Sep 400 11.000 18-Nov 12.000 20-Nov 17.000 10-Des 18.000 Tanggal Keterangan Kuantitas Harga total 02-Jan Persediaan awal 200 9.000 1.800.000 10-Mar Pembelian 300 10.000 3.000.000 21-Sep 400 11.000 4.400.000 18-Nov 100 12.000 1.200.000 1.000 10.400.000
SISTEM PERIODIK PERSEDIAAN AKHIR FIFO PERSEDIAAN AKHIR LIFO Tanggal Keterangan Kuantitas Harga total 21-Sep Pembelian 200 11.000 2.200.000 18-Nov 100 12.000 1.200.000 300 3.400.000 Tanggal Keterangan Kuantitas Harga total 02-Jan Persediaan awal 200 9.000 1.800.000 10-Mar Pembelian 100 10.000 1.000.000 300 2.800.000 PERSEDIAAN AKHIR AVERAGE Harga rata - rata perunit = 10.400.000 x 300 1.000 = 3.120.000
SISTEM PERPETUAL (FIFO) Tanggal Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan unit Harga /unit Total Harga Total harga harga /unit 02-Jan 200 9.000 1.800.000 10-Mar 300 10.000 3.000.000 05-Apr 07-Mei 100 1.000.000 2.000.000 21-Sep 400 11.000 4.400.000 18-Nov 12.000 1.200.000 20-Nov 10-Des 2.200.000 TOTAL 800 8.600.000 700 7.000.000 3.400.000 Tanggal Keterangan Kuantitas Harga 02-Jan Persediaan awal 200 9.000 10-Mar Pembelian 300 10.000 05-Apr Penjualan 200 15.000 07-Mei Penjualan 100 15.000 21-Sep Pembelian 400 11.000 18-Nov Pembelian 100 12.000 20-Nov Penjualan 200 17.000 10-Des Penjualan 200 18.000
SISTEM PERPETUAL (LIFO) Tanggal Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan unit Harga /unit Total Harga Total harga harga /unit 02-Jan 200 9.000 1.800.000 10-Mar 300 10.000 3.000.000 05-Apr 2.000.000 100 1.000.000 07-Mei 21-Sep 400 11.000 4.400.000 18-Nov 12.000 1.200.000 20-Nov 1.100.000 3.300.000 10-Des 2.200.000 TOTAL 800 8.600.000 700 7.500.000 2.900.000 Tanggal Keterangan Kuantitas Harga 02-Jan Persediaan awal 200 9.000 10-Mar Pembelian 300 10.000 05-Apr Penjualan 200 15.000 07-Mei Penjualan 100 15.000 21-Sep Pembelian 400 11.000 18-Nov Pembelian 100 12.000 20-Nov Penjualan 200 17.000 10-Des Penjualan 200 18.000
SISTEM PERPETUAL (AVERAGE) Tanggal Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan unit Harga /unit Total Harga Total harga harga /unit 02-Jan 200 9.000 1.800.000 10-Mar 300 10.000 3.000.000 500 9.600 4.800.000 05-Apr 1.920.000 2.880.000 07-Mei 100 960.000 21-Sep 400 11.000 4.400.000 600 10.530 6.318.000 18-Nov 12.000 1.200.000 - 700 10.740 7.518.000 20-Nov 2.148.000 5.370.000 10-Des 3.222.000 total 800 8.600.000 7.176.000 Tanggal Keterangan Kuantitas Harga 02-Jan Persediaan awal 200 9.000 10-Mar Pembelian 300 10.000 05-Apr Penjualan 200 15.000 07-Mei Penjualan 100 15.000 21-Sep Pembelian 400 11.000 18-Nov Pembelian 100 12.000 20-Nov Penjualan 200 17.000 10-Des Penjualan 200 18.000
LABA KOTOR SISTEM PERIODIK SISTEM PERPETUAL FIFO LIFO AVERAGE PENJUALAN 11.500.000 BARANG SIAP DIJUAL 10.400.000 PERSEDIAAN AKHIR 3.400.000 2.800.000 3.120.000 HPP 7.000.000 7.600.000 7.280.000 LABA KOTOR 4.500.000 3.900.000 4.220.000 FIFO LIFO AVERAGE PENJUALAN 11.500.000 BARANG SIAP DIJUAL 10.400.000 PERSEDIAAN AKHIR 3.400.000 2.900.000 3.222.000 HPP 7.000.000 7.500.000 7.178.000 LABA KOTOR 4.500.000 4.000.000 4.322.000