Cari Tahu Tentang Tahi Lalat Anda Tahi lalat (nevus pigmentosus) merupakan kata konotasi dari bentuk perubahan kulit dalam kapasitas kecil dan berwarna gelap. Jadi tahi lalat yang ada pada tubuh kita bukanlah arti yang sebenarnya, kotoran dari lalat. Hampir semua manusia berkulit normal memiliki tahi lalat atau Bahasa Jawa-nya andeng-andeng. Ada yang sudah muncul ketika sejak lahir, ada juga yang baru muncul saat dewasa. Tahi lalat dapat terjadi karena faktor genetik, pemakaian obat-obatan pemutih kulit, mengonsumsi makanan cepat saji, atau bisa juga karena terlalu lama terpapar sinar matahari. Tahi lalat merupakan tumor jinak pada kulit yang khas berwarna gelap, ukurannya bervariasi dan menetap, namun ada juga yang terus membesar, bentuknya bisa mendatar atau menonjol, permukaannya bisa lembut atau kasar, bahkan ada yang berambut. Warna gelap pada tahi lalat merupakan indikasi penumpukan pigmen yang sudah tertahan di bawah kulit sejak janin. Pigmen-pigmen ini bisa timbul sewaktu-waktu, jadi tahi lalat bisa bertambah banyak seiring bertambahnya usia. Menurut para Peneliti Inggris, orang yang memiliki banyak tahi lalat ternyata dilindungi secara genetik dari banyak kerusakan akibat waktu, dan cenderung akan memperlambat proses penuaan. Mereka juga mengatakan orang bertahi lalat banyak tak hanya akan menunda keriput dalam usia matang, tetapi juga memiliki tulang yang lebih kuat, dan otot yang lebih kencang. Kesimpulan ini diperoleh setelah peneliti dari King’s College London mengambil sampel 1.200 kembar perempuan identik dan tidak identik berusia 18-79 tahun. Dari jumlah tersebut, mereka yang memiliki lebih dari 100 tahi lalat di tubuh mereka ternyata memiliki tulang yang lebih kuat, sehingga kecenderungan untuk mengidap osteoporosis menurun 50 persen dibanding perempuan yang tahi lalatnya kurang dari 25. Penelitian lainnya yaitu melakukan penghitungan tahi lalat pada tubuh 900 responden. Mereka tidak hanya menghitung jumlah tahi lalatnya tetapi juga diukur panjang telomeresnya, yaitu fragmen terakhir dari kromosom yang melindungi DNA (deoxyribonucleic acid) atau asam deoksiribonukleat pada tubuh kita dari kerusakan. Panjang telomeres, secara umum bisa dijadikan indikator utama dalam melihat proses penuaan dalam tubuh. Bisa dikatakan, semakin panjang telomeres, proses penuaan semakin lambat. Peneliti menemukan seseorang yang memiliki lebih dari 100 tahi lalat pada tubuhnya, lebih muda enam hingga tujuh tahun. Fakta lainnya, menurut salah satu peneliti, Veronique Bataille, jumlah tahi lalat di wajah yang cukup banyak, akan mengurangi risiko seseorang terkena tumor ganas, penyakit degenaratif, peradangan sendi, dan penyakit jantung. Jadi bagi Anda yang memiliki banyak tahi lalat, tidak perlu resah akan keberadaannya, selama tahi lalat tersebut tidak menunjukkan ciri-ciri tahi lalat berbahaya. Dan untuk mengetahui bahaya tidaknya tahi lalat Anda, dapat dilakukan pemeriksaan dengan metode ABCD berikut: A (Asymmetris). Tahi lalat yang bersifat kanker cenderung mempunyai bentuk tak beraturan. Tahi lalat yang normal umumnya berbentuk bulat. B (Border). Tahi lalat yang bersifat kanker mempunyai batas atau pinggiran abnormal, yakni tepinya bergerigi dan kadang timbul tonjolan di tengah tahi lalat. Pada tahi lalat normal permukaan tepinya cenderung rata dan tak ada tonjolan. C (Colour). Tahi lalat yang beraneka warna seperti cokelat, merah, putih, biru, dan hitam sering menandai bersifat kanker daripada tahi lalat satu warna. Menurut Dr. Tjut Nurul Alam Jacoeb, Sp.KK, “Waspadai jika memiliki tahi lalat dengan warna tidak homogen, bisa jadi itu gejala kanker.” D (Diameter). Tahi lalat yang bersifat kanker biasanya memiliki ukuran lebih besar daripada yang jinak. Tahi lalat yang berbahaya ukurannya terus membesar hingga memiliki diameter lebih dari 6 milimeter. Dan perlu diwaspadai pula jika tahi lalat Anda menimbulkan rasa gatal, apalagi sampai keluar darah atau nanah ketika digaruk. Jika Anda menemukan tahi lalat yang demikian, sebaiknya segera periksakan ke dokter dan jangan diotak-atik karena jika sampai pecah akan mudah menyebar. Kasus ini bisa mencetuskan kanker kulit jenis melanoma maligna. Hampir separuh kasus melanoma maligna berawal dari tahi lalat. Solusinya harus dilakukan pembedahan untuk mengangkat tahi lalat, agar melanoma maligna tidak menyebar ke seluruh tubuh.