PERAN POKJA DALAM PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI/ INDUSTRI AGRO UNGGULAN Yudha Heryawan Asnawi Tenaga Ahli Klaster Industri Agro – Kementerian Perindustrian RI Disampaikan pada Bimbingan Teknis Pengembangan Klaster Industri Agro Tahun 2014 Hotel Salak The Heritage - Bogor Jawa Barat, 26-28 Maret 2014
PENDAHULUAN
LOKUS PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI AGRO SAMPAI TAHUN 2013 Koridor Sumatera Koridor Sulawesi Koridor Jawa Koridor Bali Nusa Tenggara Koridor Papua Kelapa Sawit Koridor Kalimantan Kelapa Kopi Kakao Hasil Laut Buah Kertas Susu Furniture Gula Tembakau
LOKUS PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI AGRO TAHUN 2014
LOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO UNGGULAN TAHUN 2014
PERAN POKJA DALAM PENGEMBANGAN KLASTER/ INDUSTRI AGRO UNGGULAN
KELEMBAGAAN : AKTOR PENGEMBANGAN (GENERIK) Steering Committee: pusat; Focal Point: kelompok pelaku usaha bersama yang saling terkait; Kelompok Kerja: Perwakilan pelaku usaha, Akademisi dan Pemerintah (Propinsi, kabupaten/kota); Fasilitator/pendamping: Perguruan Tinggi/ LSM/ Konsultan.
STEERING COMMITTEE (SC) Forum antara pemerintah dan pelaku usaha; Seleksi dan penetapan prioritas klaster yang dikembangkan; Perumusan dan penetapan: lingkup (scope), jejaring klaster (cluster networking).
Simpul sistem jejaring pemangku kepentingan (stake holder); FOCAL POINT (FP) Simpul sistem jejaring pemangku kepentingan (stake holder); Simpul informasi, transaksi, keputusan; Peran pemrakarsa menonjol.
Satuan kerja profesional; Sesuai fungsi dan kompetensi; WORKING GROUP / POKJA Satuan kerja profesional; Sesuai fungsi dan kompetensi; Sesuai kebutuhan di masing-masing tingkatan.
Posisi di sudut netral; FASILITATOR Posisi di sudut netral; Memotivasi dan memfasilitasi dalam pembentukan kerjasama; Mamfasilitasi tahapan diagnosis, sosialisasi konsep penyusunan rencana aksi, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi; Memiliki akses yang luas pada berbagai sumber.
HUBUNGAN CAKUPAN PENGEMBANGAN KLASTER/ INDUSTRI AGRO UNGGULAN Keterkaitan internasional (MNC driven); Pemanfaatan sumberdaya (Resources driven); Instrumen kebijakan tertentu (Policy driven).
KERANGKA TAHAPAN UMUM PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI 1). Aktivitas awal inisiatif / prakarsa pengembangan; 2). Penyusunan kerangka dan agenda pengembangan; 3). Implementasi; 4). Pemantauan, evaluasi dan perbaikan.
TAHAPAN UMUM PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI Inisiasi : Membangun minat dan partisipasi di antara pemangku kepentingan Diagnostik : identifikasi dan pemetaan klaster/ industri agro unggulan, identifikasi tindakan yang diperlukan untuk mengembangkan klaster/ industri agro unggulan Kolaborasi : membangun komitmen, pengembangan kemitraan dan aliansi bisnis Implementasi : pelaksanaan/eksesuki komitmen, kemitraan dan aliansi bisnis Monitoring dan Evaluasi
INISIASI : DIAGNOSTIK KLASTER/ INDUSTRI AGRO UNGGULAN TAHAP 1 INISIASI : DIAGNOSTIK KLASTER/ INDUSTRI AGRO UNGGULAN Mengidentifikasi komoditas/produk kunci Mengidentifikasi pemeran kunci (champion); Mempersiapkan dan melaksanakan dialog yang konstruktif; Meminta dukungan dari industri inti (champions) yang meyakini pentingnya perubahan dilakukan bersama-sama dan yang ingin mendukung dan memotivasi anggota-anggota lainnya. Meminta dukungan dari seluruh anggota klaster Pengumpulan data, menganalisa, membentuk pengertian bersama;
PENGUMPULAN DATA : IDENTIFIKASI/PEMETAAN Memetakan/memotret kondisi eksisting 4 (Empat) Elemen Kunci Klaster yaitu : Aglomerasi, Nilai Tambah (Value Added) & Rantai Nilai (Value Chain), Jaringan Pemasok Infrastruktur Ekonomi
PENGUMPULAN DATA : IDENTIFIKASI/PEMETAAN A. Aglomerasi Perusahaan No Elemen & Indikator A. Aglomerasi Perusahaan 1 Jenis Champion 2 Jumlah Wirausaha atau industri pengolahan (Selain Champion) 3 Jumlah pemasok bahan baku utama 4 Jumlah pemasok bahan baku pendukung 5 Keberadaan Pokja dalam Pengembangan Klaster 6 Keberadaan Lembaga Pembiayaan 7 Keberadaan institusi pendidikan, Lembaga pelatihan dan Lembaga penelitian 8 Keberadaan Industri Jasa Terkait 9 Keberadaan Asosiasi B. Rantai Nilai Capaian hilirisasi Pemanfaatan teknologi Ketersediaan Peralatan dan Perlengkapan Teknologi Kualitas produk No Indikator C. Jejaring Kerjasama 1 Kerjasama Champion 2 Kerjasama Wirausaha atau industri pengolahan (selain champion) 3 Kerjasama pemasok bahan baku utama 4 Kerjasama pemasok bahan baku pendukung 5 Kerjasama lembaga pembiayaan 6 Kerjasama institusi pendidikan, penelitian dan pelatihan 7 Kerjasama industri jasa terkait (jasa pemasaran, Jasa angkutan, Jasa Pergudangan, Jasa Bongkar muat) 8 Kerjasama asosiasi 9 Kerjasama Pemasaran (Jaringan Pasar) 10 Peran Pokja dalam pengembangan klaster 11 Peran pemerintah dalam pengembangan klaster 12 Peran swasta dalam pengembangan klaster D. Infrastruktur Aksesibilitas jalan Aksesibilitas transportasi (Pelabuhan/ Bandar Udara/Transportasi Darat) Aksesibilitas listrik, Air dan Komunikasi Aksesibilitas Lahan Aksesibilitas Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
INISIASI: DIAGNOSTIK KLASTER/ INDUSTRI AGRO UNGGULAN TAHAP 1 INISIASI: DIAGNOSTIK KLASTER/ INDUSTRI AGRO UNGGULAN Identifikasi kekuatan penting dari bisnis yang mampu untuk bersaing (spesialisasi klaster). Mengidentifikasi permasalahan Menetapkan prioritas masalah; Merumuskan strategi (pemecahan masalah dan dinamisasi peluang); Menyusun rencana aksi; Menyusun kelompok kerja dan tim pelaksana;
FORUM KLASTER/ IND. AGRO UNGGULAN MEMBANGUN KEMITRAAN PENGEMBANGAN KLASTER/ INDUSTRI UNGGULAN AGRO UNGGULAN Penyusunan Road Map IDENTIFIKASI PRODUK UTAMA INDUSTRI IDENTIFIKASI STAKEHOLDERS (Gov & Non-Gov) PELEMBAGAAN Identifikasi : Visi Isu FORUM KLASTER/ IND. AGRO UNGGULAN MONITORING & EVALUASI FORMULASI: Prioritas Agenda Forum IMPLEMENTASI RENCANA AKSI BENTUK KEMITRAAN KLASTER/ IND AGRO UNGGULAN
PERENCANAAN STRATEGIS Kondisi Yang Akan Datang Kondisi Saat Ini Kondisi Yang Akan Datang Visi Isu Strategis Misi Faktor Internal Cita-cita Tujuan Faktor Eksternal Sasaran Kebijakan Nasional Strategi/ Kebijakan Program/ Kegiatan
TAHAPAN PENYUSUNAN ROAD MAP
KOLABORASI : PENGEMBANGAN KEMITRAAN & ALIANSI BISNIS TAHAP 2 KOLABORASI : PENGEMBANGAN KEMITRAAN & ALIANSI BISNIS Pokja terlibat secara luas dalam proses pengembangan klaster/ind. Agro unggulan sebagai perwujudan pengembangan kemitraan antara stakeholder/pemangku kepentingan. Membuat dan merencanakan kerjasama bisnis yang terjamin dalam target pasar dan melakukan usaha serius untuk memasuki target pasar melalui berbagai perjanjian yang umumnya diwujudkan dalam bentuk kontrak bisnis. Terwujudnya pertumbuhan keanggotaan klaster/ind. Agro unggulan secara luas dari berbagai keahlian, baik dari sisi kedalaman (value chain) maupun keluasan produk sebagai fungsi dari semakin klaster/ind. Agro unggulan memberi kemanfaatan kepada stakeholder.
KOLABORASI : PENGEMBANGAN KEMITRAAN & ALIANSI BISNIS TAHAP 2 KOLABORASI : PENGEMBANGAN KEMITRAAN & ALIANSI BISNIS Aliansi bisnis baru yang terbentuk dalam klaster/ind. Agro unggulan mencakup : Pengaturan pemasok yang lebih diinginkan Jaringan pasar baru baik lokal maupun nasional atau internasional Pembentukan kelembagaan klaster yang keanggotaannya terhimpun dari stakeholder yang berguna sebagai forum komunikasi dan pengembangan klaster/ind. Agro unggulan . Pengaturan tanggungjawab bersama terhadap resiko pengembangan klaster/ind. Agro unggulan agar tercapainya skala ekonomi baik secara internal keangggotaan maupun eksternal atas beban yang akan muncul ketika bisnis berjalan maupun kebutuhan infrastruktur dan sarana prasarana yang diperlukan. Pengembangan rantai nilai/hilirisasi sebagai spesialisasi sesuai keahlian dan kemampuan klaster/ind. Agro unggulan dihasilkan atas inisiatif bersama. Forum pemimpin bisnis dan komunitas terbentuk.
TAHAP 2 KOLABORASI PEMANGKU KEPENTINGAN Menentukan peran dalam tindakan dukungan antara pihak terkait (pemangku kepentingan) menurut langkah-langkah dalam rantai pasok dan rantai nilai. Bahan Baku Produksi Pemasaran Konsumen Menetapkan suplai bahan baku yang mampu dalam kualitas maupun kuantitas Meningkatkan / menetapkan produk berkualitas sebaik diterima konsumen Menjual/ mempromosikan produk kepada konsumen secara efisien/ efektif Pelaku Usaha Perlu koordinasi, dimana POKJA sebagai Koordinator Dinas Pertanian Dinas Perkebunan Dinas Perindag Kadinda/ Asosiasi Pihak Terkait Lembaga Penelitian/ PT Dinas Kop& UMKM BPPMD
Reputasi yang meningkat akan menghasilkan peluang pasar yang baru. TAHAP 3 IMPLEMENTASI Implementasi dari komitmen bisnis diwujudkan secara terus menerus dan dipatuhi oleh semua anggota klaster. Klaster mulai mendapatkan manfaat, mendistribusikan tanggungjawab keanggotaan atas beban yang dipikul oleh klaster. Inovasi dan pengembangan produk baru, dan perjanjian kontrak baru terus berlanjut. Reputasi yang meningkat akan menghasilkan peluang pasar yang baru. Pendapatan dari kontrak pekerjaan mampu mempertahankan momentum klaster. Investasi bisnis baru pada daerah sebagai hasil langsung dari proses perkembangan klaster. Tenaga kerja baru dipekerjakan pada daerah ketika peluang kerja bertambah. Mitra strategis diperluas dalam rangka pengembangan ekonomi.
MONITORING DAN EVALUASI TAHAP 4 MONITORING DAN EVALUASI
PETA PANDUAN KIID KABUPATEN NGAWI Lokasi Pengembangan : Kecamatan Pitu, Kecamatan Ngrambe, Kecamatan Mantingan
PENUTUP
CATATAN KHUSUS : KLASTER DENGAN TIPE GEOGRAFIS Rancangan kelembagaan dapat disesuaikan dengan karakteristik setempat (tailor made); Manfaatkan lembaga-lembaga yang ada (optimalisasi); Kelengkapan komponen-komponen dasar dipenuhi: SC, FP, koordinator/fasilitator, kelompok kerja, anggota; Fasilitas layanan bersama (common service facilities, CSF).
CSFs in MANAGING CLUSTERS
Terima kasih