CABANG LINGUISTIK FONOLOGI MORFOLOGI SEMANTIK PRAGMATIK SINTAKSIS
SEMANTIK DAN PRAGMATIK Semantik memelajari makna secara internal, sedangkan Pragmatik memelajari makna secara eksternal. Contoh 1 1. Prestasi kerjanya yang bagus membuat ia dapat diangkat untuk masa jabatan yang kedua. 2. Presiden itu sedang menuruni tangga pesawat.
Contoh 2 Ayah : “Bagaimana ujian matematikamu Contoh 2 Ayah : “Bagaimana ujian matematikamu?” Anton : “Wah, hanya dapat 45, Pak. Ayah : “Bagus, besok jangan belajar. Nonton terus saja. Contoh 3 Awas prsidennya datang!
SEMANTIK DAN PRAGMATIK Agmatik terikat SEMANTIK DAN PRAGMATIK Semantik (makna bebas konteks) Pragmatik (terikat konteks)
Hubungan Pragmatik dengan Bidang Ilmu Bahasa yang Lain Linguistik struktural, khususnya sintaksis, bergerak di wilayah bahasa, sedangkan pragmatik bergerak di wilayah tutur. Bahkan tiap-tiap individu penutur memiliki khasanah ragam tutur atau gaya tutur yang bermacam-macam untuk berbagai maksud dan tujuan; misalnya, untuk berkirim surat secara pribadi, untuk berpidato, berbicara dengan anggota keluarga, dengan pejabat, dan sebagainya. Dalam ragam tutur itulah dirasakan dekatnya hubungan antara sosiolinguistik dan pragmatik. Kedekatan hubungan itu juga dapat dilihat dalam hubungannya dengan budaya pengguna bahasa.
Penutur dan kawan tutur Konteks tuturan Penulis dan pembaca, pembicara dan pendegar, usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban dan sebagainya. Konteks fisik dan konteks sosial (latar belakang bengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan kawan tutur)
3. Tujuan tuturan Tuturan yang diutarakan memiliki maksud dan tujuan. Bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama/sebaliknya. Ex: Pagi, Selamat Pagi, Met Pagi (menyapa, mengecek siapa yang tidak hadir)
4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas 5 4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas 5. Tuturan sebagai produk tindak verbal Tindak tutur merupakan tindakan juga. Tindakannya yang berperan. Ex: mencubit Bentuk dari tindak tutur
STRUKTUR PERCAKAPAN Dalam interaksi sosial terdapat suatu percakapan yang mengandung sebuah informasi Percakapan mengandung struktur pembicaraan Interaksi sosial (situasi dimana terjadi suatu komunikasi Percakapan adalah bentuk kegiatan yang paling mendasar Pola dasar struktur pembicaraan “saya bicara-anda bicara-saya bicara-anda bicara”
ENTITAS /PENGGAMBARAN PENGGUNAAN BAHASA DALAM PERCAKAPAN ISI PERCAKAPAN TOPIK PEMBICARAAN ENTITAS /PENGGAMBARAN PENGGUNAAN BAHASA DALAM PERCAKAPAN
Aspek isi: topik pembicaraan dan penyampaian topik dalam percakapan. Aspek formal: hal-hal bagaimana percakapan itu bekerja, aturan-aturan yang dipatuhi, dan bagaimana mekanisme dalam memeroleh kesempatan bicara atau giliran bicara (turn-taking). Giliran bicara (turn-taking)
Pengambilan giliran berdasarkan konvesi Jenis-jenis Taking the floor (waktu penutur kedua mengambil alih giliran berbicara dari penutur sebelumnya dan juga sebaliknaya) 1. Starting-up (mengawali pembicaraan): dilakukan dengan keragu-raguan, atau ujaran yang jelas. 2. Taking over (mengambil alih giliran berbicara (dapat diawali dengan konjungsi).
3. Interupsi: mengambil alih giliran berbicara, karena penutur yang akan mengambil alih giliran bicara merasa bahwa pesan yang perlu disampaikan oleh penutur sebelumnya sudah cukup sehingga giliran bicara diambil alih oleh penutur selanjutnya.
Overlap: kedua penutur mencoba berbicara pada saat yang sama Overlap: kedua penutur mencoba berbicara pada saat yang sama. Backchannel: respon dari pendengar berupa gerakan tubuh Pasangan Ajasensi: jenis tuturan oleh penutur yang membutuhkan jenis tuturan dari penutur yang lain.
A: “Siapa namamu. ” B: “Rika. ” A:” Masih kuliah atau sudah kerja A: “Siapa namamu?” B: “Rika.” A:” Masih kuliah atau sudah kerja?” B: “Masih kuliah.” C: “Apakah besok pagi aku bisa mengantarkan kamu ke kampus?” D: “Memangnya ada kuliah pagi?” C: “Iya.” D:” Oke.” (urutan sisipan/penundaan)
PREFERENSI Pilihan, kecenderungan, kesukaan = PREFERENSI PREFERENSI: tindakan sosial yang disukai dan tindakan sosial yang tidak disukai. A: “Mau makan?” B: “ Mau?” A: “Datanglah untuk sekadar minum kopi.” B: “Oh…saya mau tapi Anda tahu kan saya harus menyelesaikan ini. Anda mengerti?
Presuposisi Persangkaan Perkiraan Pranggapan
Rumah Toni bentuknya unik dan menarik. Selimut berbahan sutra sangat hangat Kalimat 1dapat dinyatakan benar atau salahnya bila Toni memiliki rumah, namun jika berkebalikan dengan kenyataan yang ada (Toni tidak memiliki rumah) kalimat tersebut tidak dapat ditentukan kebenarannya. Begitu juga dengan kalimat yang kedua.
3. A: “Lapar ya. ” B : “ Makan di kantin depan yuk 3. A: “Lapar ya.” B : “ Makan di kantin depan yuk.” Si penutur A bisa menduga tanggapan yang akan diberikan si B. 4. A: “Sudah malam lho.” B: “ Baik kalau gitu saya pamit pulang dulu.” Tuturan tersebut dapat dianalisis dengan melihat setting (budaya) tertentu yang sama-sama dipahami oleh A dan B terkait dengan kesantunan berbahasa.
Kesimpulan Presuposisi: menduga sebelum sang penutur mengujarkan sesuatu, penutur sudah memiliki dugaan sebelumnya tentang respon kawan bicara atau hal yang dibicarakan
Implikatur Di dalam pertuturan yang sesungguhnya, penutur dan lawan tutur dapat melakukan komunikasi secara lancar, karena mereka memiliki kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkannya. Jadi di antara penutur dan kawan tutur terdapat semacam kontrak percakapan tidak tertulis, bahwa hal-hal yang dipertuturkannya itu saling dimengerti.
A: “Polisi itu menghampiri kita.” B: “Tenang semua suratku lengkap kok.” Tuturan A bagian dari tuturan B. Tuturan A muncul akibat inferensi yang didasari oleh latar belakang pengetahuan tentang aturan berlalu lintas.
Entailment Hubungan antara tuturan dan maksudnya bersifat mutlak. Pak Seno memang sudah haji. Pada akhirnya manusia akan mati. 3. Leonardo sudah beranjak dewasa.
Setiap peserta percakapan Prinsip Kerja Sama Maksim Kuantitas Setiap peserta percakapan Memberikan informasi Yang diperlukan saja
Tetangga saya hamil. Tetangga saya yang perempuan hamil Orang hamil pasti perempuan sehingga dalam dalam tuturan cukup menggunakan kalimat “Tetangga saya hamil” Tetangga saya hamil. Tetangga saya yang perempuan hamil
Maksim Kualitas (Penutur maupun mitra tutur tidak mengatakan yang dianggap tidak benar, kontribusi percakapan didukung bukti yang memadai) Penutur Memberikan informasi Secara benar
Guru : “Coba kamu Luqman, apa ibu kota Bali Guru : “Coba kamu Luqman, apa ibu kota Bali?” Luqman : “ Surabaya Pak guru.” Guru : “Bagus, kalau begitu ibu kota Jawa Timur Denpasar ya?” Percakapan tersebut melanggar Maksim Kualitas. Jawaban guru yang menyatakan ibu kota Jawa Timur, Denpasar bukan Surabaya tidak mengindahkan maksim kualitas, ini diutarakan sebagai reaksi terhadap jawaban Luqman yang salah. Kata “bagus” digunakan bukan untuk memuji tetapi “mengejek”.
Maksim Relevansi Setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Anak : “ Pak ada tabrakan motor lawan truk di pertigaan depan.” Bapak: “Siapa yang menang?” (tidak selayaknya mempersamakan kecelakaan dengan sebuah pertandingan)
Percakapan tersebut sekilas tidak berhubungan, tetapi bila dicermati hubungan implikasionalnya dapat diterangkan Ibu: “Luna ada telepon untuk kamu.” Luna: “Saya lagi di kamar mandi Bu.” Aril: “Pukul berapa sekarang Bu?” Ibu: “ Tukang koran kok belum lewat.”
Maksim Pelaksanaan Mengharuskan peserta tutur bertutur secara jelas, tidak kabur. Ibu: “ Ada tamu, pintunya dibuka dulu.” Anak: “ Iya Bu.” (percakapan tersebut jelas) Kakak :” Buruan diangkat!” Adik: Sebentar kak belum mateng.” (belum jelas)