NAMA : R.SURAHUTOMO AZIZ PRADANA KELAS : 1 D3 IT B NRP : 2103151061 BAB 15 HAKIKAT MANUSIA NAMA : R.SURAHUTOMO AZIZ PRADANA KELAS : 1 D3 IT B NRP : 2103151061
A. Arti Hakekat Manusia Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar- benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Dikalangan tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya, karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia. Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah. Jadi hakekat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT.
Hakekat Manusia Menurut Pandangan Umum Pembicaraan manusia dapat ditinjau dalam berbagai perspektif, misalnya perspektif filasafat, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan spiritualitas Islam atau tasawuf, antara lain : Dalam perspektif filsafat. Disimpulkan bahwa manusia merupakan hewan yang berpikir karena memiliki nalar intelektual. Dengan nalar intelektual itulah manusia dapat berpikir, menganalisis, memperkirakan, meyimpulkan, membandingkan, dan sebagainya. Nalar intelektual ini pula yang membuat manusia dapat membedakan antara yang baik dan yang jelek, antara yang salah dan yang benar.
Wujud dan Potensi Manusia. Wujud Manusia. menurut penganut aliran Materialisme yaitu Julien de La Mettrie bahwa esensi manusia semata-mata bersifat badani, esensi manusia adalah tubuh atau fisiknya. Sebab itu, segala hal yang bersifat kejiwaan, spiritual atau rohaniah dipandangnya hanya sebagai resonansi dari berfungsinya badan atau organ tubuh. Tubuhlah yang mempengaruhi jiwa. Contoh: Jika ada organ tubuh luka muncullah rasa sakit. Pandangan hubungan antara badan dan jiwa seperti itu dikenal sebagai Epiphenomenalisme (J.D. Butler, 1968). Bertentangan dengan gagasan Julien de La Metrie, menurut Plato salah seorang penganut aliran Idealisme -bahwa esensi manusia bersifat kejiwaan/spiritual/rohaniah. Memang Plato tidak mengingkari adanya aspek badan, namun menurut dia jiwa mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada badan.
Dalam Perspektif Ekonomi. Dalam perspektif ekonomi, manusia adalah makhluk ekonomi, yang dalam kehidupannya tidak dapat lepas dari persoalan-persoalan ekonomi. Komunikasi interpersonal untuk memenuhi hajat-hajat ekonomi atau kebutuhan-kebutuhan hidup sangat menghiasi kehidupan mereka.
Dalam Perspektif Sosiologi. Manusia adalah makhluk social yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah lepas dari manusia lainnya. Bahkan, pola hidup bersama yang saling membutuhkan dan saling ketergantungan menjadi hal yang dinafikkan dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Dalam Perspektif Antropologi. Manusia adalah makhluk antropologis yang mengalami perubahan dan evolusi. Ia senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan yang dinamis
Dalam Perspektif Psikologi. Manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa. Jiwa merupakan hal yang esensisal dari diri manusia dan kemanusiaannya. Dengan jiwa inilah, manusia dapat berkehendak, berpikir, dan berkemauan
Tujuan penciptaan manusia 1. Mengilmui Tentang Allah Allah Ta’ala berfirman “Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: 12). Allah menceritakan bahwa penciptaan langit dan bumi, agar manusia mengetahui tentang ke Maha Kuasaan Allah Ta’ala, bahwa Allah lah pemilik jagad raya ini dengan ilmu Allah yang sempurna. Tidak ada satu pun yang terluput dari ilmu dan pengawasan Allah, karena ilmu Allah meliputi segala sesuatu
2. Untuk Beribadah Kepada Allah Semata Allah Ta’ala berfirman “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56). Ayat di atas jelas menyebutkan tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah, hanya menyembah Allah semata. Ayat ini mengisyaratkan pentingnya tauhid, karena tauhid adalah bentuk ibadah yang paling agung, mengesakan Allah dalam ibadah. Ayat ini juga mengisyaratkan pentingnya beramal, setelah tujuan pertama manusia diciptakan adalah agar berilmu. Maka buah dari ilmu adalah beramal. Tidaklah ilmu dicari dan dipelajari kecuali untuk diamalkan. Sebagaimana pohon, tidaklah ditanam kecuali untuk mendapatkan buahnya. Karena ilmu adalah buah dari amal.
15 Sifat Manusia Berikut sifat-sifatnya : Pertama, manusia itu lemah. “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah” (Q.S. Annisa; 28) Kedua, manusia itu gampang terperdaya “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah” (Q.S Al-Infithar : 6) Ketiga, manusia itu lalai. “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” (Q.S At-takaatsur 1) Keempat, manusia itu penakut. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S Al-Baqarah 155) Kelima, manusia itu bersedih hati. “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin , siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (Q.S Al Baqarah: 62) Keenam, manusia itu tergesa-gesa. "Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (Al-Isra’ 11) Ketujuh, manusia itu suka membantah. “Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.” (Q.S. an-Nahl 4)
Kedelapan, manusia itu suka berlebih-lebihan Kedelapan, manusia itu suka berlebih-lebihan. “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (Q.S Yunus : 12) Kesembilan, manusia itu pelupa. “Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.” (Q.S Az-Zumar : 8 )
Kesepuluh, manusia itu suka berkeluh-kesah Kesepuluh, manusia itu suka berkeluh-kesah. “Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah” (Q.S Al Ma’arij : 20) “Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” (Q.S Al-Fushshilat : 20) “Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa” (al-Isra’ 83) Kesebelas, manusia itu kikir. “Katakanlah: “Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya.” Dan adalah manusia itu sangat kikir.” (Q.S. Al-Isra’ : 100)
Keduabelas, manusia itu suka kufur nikmat Keduabelas, manusia itu suka kufur nikmat. Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah). (Q.S. Az-Zukhruf : 15) sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, (Q.S. al-’Aadiyaat : 6) Ketigabelas, manusia itu zalim dan bodoh. “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, ” (Q.S al-Ahzab : 72) Keempatbelas, manusia itu suka menuruti prasangkanya. “Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Q.S Yunus 36) Kelimabelas, manusia itu suka berangan-angan. “Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab: “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu- ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah;dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu.” (Q.S al Hadid 72)
Tanggung Jawab Manusia Dan Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekwensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda.
MEMBANGUN HARGA DIRI MANUSIA 1.Membangun harga diri pada manusia Manusia mempunyai harga diri karena manusia adalah · Makhluk yang dimuliakan · Mempunyai keutamaan · Sebagai manusia pilihan · Manusia yang diberi amanat
2. Membangun harga diri seorang muslim Adapun seorang muslim dapat disebut mempunyai harga diri jika ia mempunyai · Iman, yaitu dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. · Islam, yaitu agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. · Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya. · Ikhlas, yaitu beribadah semata-mata kepada Allah, tawakal kepada Allah, mencintai Allah dan rasulnya, takut terhadap azab Allah, mengharap rahmat Allah, bertawakal kepadanya dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri kenikmatan yang diberikan kepadanya. · Ishlah, yaitu usaha untuk memperbaiki hubungandiantara manusia yang bersengketa (perdamaian). · Taqwa, secara umum berarti takut yaitu perkara yang banyak melibatkan amalan hati.
3. Membangun harga diri sebagai umat islam Umat islam dapat disebut mempunyai harga diri jika ia memiliki aspek-aspek dibawah ini, yaitu : · Iman (percaya) · Shiddiq (jujur) · Tsiqoh (kuat) · Wala’ (dekat) · Taat (tunduk) · Iltizam (tekad) · Harokah (gerakan) · Quwwat (kuat)
SEKIAN DAN TERIMA KASIH