MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR Oleh : Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Disampaikan pada: Seminar Nasional “Penyakit Tidak Menular dan Penyakit akibat gaya hidup di Indonesia”
SISTEMATIKA I. PENDAHULUAN II. MASALAH PTM DI INDONESIA II. KEBIJAKAN PENGENDALIAN PTM SISTEMATIKA
PENDAHULUAN
Tiga Pilar Sustainable Development ECONOMY ENVIRONMENT Jobs Assets Investment Wealth Creation Climate Water Natural Resources Biodiversity Sustainable Economy Sustainable Development Social Equity Healthy Environment Saya memandang perlu untuk menyinggung sedikit tentang pembangunan berkelanjutan atau Sustainable development. Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Ketiga dimensi tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan berkelanjutan. Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di suatu negara, diperlukan komponen penduduk yang berkualitas, dalam arti penduduk yang sehat, produktif dan berdaya saing. Karena dari penduduk berkualitas itulah memungkinkan untuk bisa mengolah dan mengelola potensi sumber daya alam dengan baik, tepat, efisien, dan maksimal, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga harapannya terjadi keseimbangan dan keserasian antara jumlah penduduk dengan kapasitas dari daya dukung alam dan daya tampung lingkungan Health & Safety Skilled Workforce Supporting Communities SOCIETY
5P : PEOPLE, PLANET, PEACE, PROSPERITY & PARTNERSHIP KELANJUTAN MDGs 2000 2015 2030 PENEKANAN SDGs: 5P : PEOPLE, PLANET, PEACE, PROSPERITY & PARTNERSHIP Meningkatnya kesadaran isu kesehatan Meningkatnya alokasi anggaran kesehatan Menyatunya arah pembangunan kesehatan Integrasi monitoring & evaluasi untuk isu-isu prioritas
KESESUAIAN NAWACITA DENGAN SDGs Goal 17, 16, 10, 3 All goals Goal 1-11 All goals Goal 4, 2, 3, 6 Saudara-saudara, Sesungguhnya kebijakan penyelenggaraan pembangunan di Indonesia tidak semata- mata mengikuti agenda global agar kita disebut “compliance”. Kebijakan kita tidak di drive oleh keinginan masyarakat global. Namun dari fakta yang ada, agenda-agenda global seperti MDGs dan SDGs tersebut sejalan dengan permasalahan yang yang dihadapi bangsa kita. Lihatlah bagaimana Nawa Cita yang dicanangkan oleh Presiden kita itu juga mempunyai relevansi dengan agenda global 2030. Sebagai contoh: lihat pada cita ke 5, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui program Indonesia Pintar wajib belajar 12 tahun, program Indonesia Sehat untuk peningkatan layanan kesehatan masyarakat, serta Indonesia Kerja dan Indonesia sejahtera dengan mendorong program pemilikan tanah seluas sembilan juta hektar. Hal ini relevan dengan agenda no 4 (quality Education), no 2 (no hunger), no 3 (good health) dan no 6 (clean water and sanitation) Goal 1-10 Goal 1,2,3,4,5,8,9,12 Goal 3,4,11 Goal 17, 16, 10, 5
II. MASALAH PTM DI INDONESIA
PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA 1971 PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA BERTAMBAH Mencapai 305 juta di 2035 Proporsi remaja besar Proporsi lanjut usia naik 1980 MASUK PADA ERA DIGITAL DAN TEKNOLOGI Usia produktif (BONUS DEMOGRAFI) adalah Kelompok ‘rentan’ 2010 Upaya mewujudkan target dalam pembangunan manusia secara menyeluruh harus memperhitungkan struktur demografi bangsa kita. Pada dekade 1970-an kita memiliki struktur demografi yang berbeda dengan tahun 2010 yang saat ini terdiri dari kelompok usia produktif yang relatif besar. Ini merupakan tantangan sekaligus juga peluang, bagaimana kita dapat mengarahkan kelompok usia ini menjadi generasi yang benar-benar produktif dan tidak menjadi beban bangsa TANTANGAN Ketahanan Pangan dan Energi Penyediaan lapangan kerja. Pergeseran pola penyakit dan komposisi penduduk Pelestarian Lingkungan
peluang Indonesia menjadi BONUS DEMOGRAFI 2030 mayoritas penduduk USIA PRODUKTIF menentukan peluang Indonesia menjadi NEGARA MAJU Diproyeksikan bahwa pada tahun 2020-2035, Indonesia akan berada pada komposisi penduduk dengan gambaran bonus demografi. Pada saat itu, puncak proporsi penduduk usia kerja atau mayoritas penduduk adalah usia produktif, sehingga kualitas generasi di masa tersebut akan menentukan peluang Indonesia menjadi negara maju. Usia kerja yang produktif dapat dicapai dengan pembekalan pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai, dan motivasi kerja yang tinggi, disertai DERAJAT KESEHATAN yang tinggi pula.
TRANSISI EPIDEMIOLOGI Kematian akibat penyakit tdk menular semakin meningkat Tren ini kemungkinan akan berlanjut seiring dgn perubahan perilaku hidup (pola makan dgn gizi tdk seimbang, kurang aktifitas fisik, merokok, dll) Penyebab Utama dari Beban Penyakit, 1990-2015 1990 2000 2010 2015 Saudara-saudara, Beban penyakit telah berubah selama dua dasawarsa terakhir, perubahan terjadi berupa pergeseran dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular telah menjadi penyebab utama kematian di Indonesia, dengan perkiraan sekitar 60% sebagai penyebab kematian. Peningkatan prevalansi penyakit tidak menular berhubungan erat dengan peningkatan perilaku tidak sehat masyarakat seperti asupan makan yang tidak berimbang, aktifitas fisik yang kurang, merokok dan konsumsi minuman berakohol. Sumber : Double Burden of Diseases & WHO NCD Country Profiles (2014) Keterangan: Pengukuran beban penyakit dgn Disability-adjusted Life Years (DALYs) hilangnya hidup dlm tahun akibat kesakitan & kematian prematur
PERUBAHAN BEBAN PENYAKIT Tahun 1990: penyakit menular (ISPA, TB, Diare, dll) menjadi penyebab kematian & kesakitan terbesar Sejak Tahun 2010: PTM menjadi penyebab terbesar kematian & kecacatan (stroke, kecelakaan, jantung, kanker, diabetes) Tanpa upaya kuat, tren peningkatan PTM ke depan masih terjadi Peringkat Tahun 1990 Tahun 2010 Tahun 2015 1 ISPA Stroke 2 Tuberkulosis Kecelakaan Lalin 3 Diare Jantung Iskemik 4 Kanker 5 Diabetes Melitus 6 Komplikasi Kelahiran 7 Anemia Gizi Besi Low Back Pain 8 Malaria 9 Depresi 13 12 Asfiksia dan Trauma Kelahiran 16 26 10 Penyakit Paru Obstruksi Kronis Slide ini menunjukkan perubahan beban penyakit dari tahun 1990-2010 dan 2015. Tahun 1990: penyakit menular (ISPA, TB, Diare, dll) menjadi penyebab kematian dan kesakitan terbesar Sejak Tahun 2010: Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab terbesar kematian dan kecacatan (stroke, kecelakaan lalu lintas, jantung, kanker, diabetes) Tanpa upaya kuat, tren peningkatan PTM ke depan masih terjadi Sumber data: Global burden of diseases (2010) dan Health Sector Review (2014)
Trend penyebab kematian saat ini didominasi oleh PTM SEPULUH PENYEBAB KEMATIAN UTAMA (SEMUA UMUR) Sample Registration System (SRS) Indonesia, 2014 No Penyebab Kematian % 1 Stroke (I60 - I69) 21.1 2 Penyakit Jantung Koroner (I20 – I25) 12.9 3 Diabetes mellitus dengan komplikasi (E10 – E14) 6.7 4 Tuberkulosis Paru (A15 – A16) 5.7 5 Hipertensi dengan komplikasi (I11 – I13) 5.3 6 Penyakit Paru Obstruksi Kronis (J40-J47) 4.9 7 Penyakit Hati (K70 – K76) 2.7 8 Kecelakaan lalu lintas (V01– V99) 2.6 9 Pneumonia (J12 – J18) 2.1 10 Diare dan penyakit infeksi saluran pencernaan lain (A09) 1.9 Penyebab kematian akibat PTM di Indonesia utama tahun 2014 adalah stroke, penyakit jantung dan DM Trend penyebab kematian saat ini didominasi oleh PTM Trend penyebab kematian saat ini didominasi oleh PTM Penyebab kematian akibat PTM utama tahun 2014 adalah stroke, penyakit jantung dan DM
BEBAN EKONOMI AKIBAT PENYAKIT TIDAK MENULAR Januari – Juni 2014 Penyakit Biaya Rawat Jalan (Rp) Biaya Rawat Inap (Rp) Semua Penyakit 3,45 triliun 12,66 triliun Penyakit Katastropik 1,03 triliun 4,24 triliun Beban Katastropik 30% 33,50% Penyakit Katastropik Beban Biaya Rawat Inap Ʃ Kasus 1 Jantung 1,82 triliun 232.010 2 Stroke 794,08 miliar 172.303 3 Ginjal 750 miliar 138.779 4 Diabetes 313,64 miliar 70.584 5 Kanker 313,09 miliar 56.033 6 Talasemia 174,85 miliar 53.948 7 Hemofilia 71,25 miliar 12.170 Data oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menyatakan bahwa pada enam bulan pertama pelaksanaan dana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), penyakit kardiovaskuler, stroke, gagal ginjal, diabetes dan kanker - menduduki peringkat teratas klaim biaya rawat inap di antara penyakit-penyakit katastropik lainnya. Singkatnya, tanpa upaya gizi yang berarti, masalah gizi dapat terus meningkat, menekan daya saing bangsa dan memperlambat laju ekonomi nasional. 5 penyakit dengan beban biaya rawat inap tertinggi adalah Penyakit Tidak Menular. Tanpa intervensi yang berarti, beban pengeluaran kesehatan di Indonesia diproyeksi dapat terus meningkat.
BEBAN GANDA PERMASALAHAN GIZI: MENYEBABKAN PENINGKATAN PTM Menghambat kemampuan kognitif (inteligensia) & motorik anak Meningkatkan risiko PTM pada masa dewasa Indonesia termasuk dlm 17 negara di dunia dgn 3 masalah gizi (Global Nutrition Report, 2014) 37,2% (8,92 juta) Balita Pendek 12,1% Balita Kurus 11,9% Kegemukan pada Balita 28,9% Kegemukan pada Penduduk>18th Faktor risiko PTM
Sumber: P2JK, Kemenkes RI Pembiayaan jaminan kesehatan nasional tahun 2015 menunjukkan sebanyak 1,3 juta orang atau 0,8% peserta JKN mendapat pelayanan untuk penyakit Katastropik. Sebanyak 13,6 triliun rupiah atau 23,9 % biaya pelayanan kesehatan tahun 2015 dihabiskan untuk pembiayaan penyakit katastropik, yang terdiri: Penyakit Jantung (11,59 %), Gagal Ginjal Kronik (4,71 %), Kanker (4,03 %), Stroke (1,95%), Thalasemia (0,73%), Cirosis Hepatitis (0,42%), Leukemia (0,3%), Haemofilia (0,16%). Total biaya yang dihabiskan untuk penyakit Katastropik sebesar 13,6 Triliun rupiah dengan biaya rawat inap sebesar 9,6 triliun rupiah dan rawat jalan sebesar 4 triliun rupiah. Penyakit Katastropik yang paling besar menghabiskan biaya pada kasus rawat inap adalah Penyakit jantung sebesar 5,39 triliun rupiah diikuti kanker sebesar 1,5 Triliun Rupiah, dan Stroke sebesar 983 miliar rupiah. Sedangkan yang paling besar menghabiskan biaya pada kasus rawat jalan adalah penyakit gagal ginjal sebesar 1,8 triliun rupiah dan penyakit jantung sebesar 1,22 Triliun Rupiah. Sumber: P2JK, Kemenkes RI
Sumber: P2JK, Kemenkes RI Tren kasus maupun biaya pelayanan katastropik tahun 2014-2015 menunjukkan bahwa penyakit jantung merupakan kasus dan pembiayaan terbanyak dalam pelayanan katastropik diikuti gagal ginjal, kanker dan stroke. Sumber: P2JK, Kemenkes RI
PREVALENSI HIPERTENSI DI INDONESIA Umur ≥ 18 Tahun Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada umur diatas 18 tahun sebesar 25.8% dan tertinggi di provinsi Bangka Belitung (30.9) diikuti Kalimantan selatan (30.8%), Kalimantan timur (29.6) dan Jawa barat (29.4%) Riskesdas 2013
PREVALENSI HIPERTENSI MENURUT KARAKTERISTIK (RISKESDAS 2013) Prevalensi Hipertensi berdasarkan karakteristik dapat dilihat bahwa hipertensi tertinggi pada umur diatas 75 tahun (63.8%), terbanyak pada jenis kelamin perempuan (28.8), bertempat tinggal di perkotaan (26.1%) dan terbesar pada kelompok kuintil indeks kepemilikan menengah atas (27.2%)
PREVALENSI STROKE DI INDONESIA Umur ≥ 15 Tahun Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis nakes dan gejala pada umur diatas 15 tahun sebesar (12.1‰) tertinggi di provinsi Sulawesi Selatan (17.9‰) diikuti DI Yogyakarta (16.9‰), Sulawesi Tengah (16.6‰) dan Jawa timur (16‰) Riskesdas 2013
PREVALENSI STROKE DI INDONESIA MENURUT KARAKTERISTIK Prevalensi Stroke berdasarkan karakteristik dapat dilihat bahwa tertinggi pada umur diatas 75 tahun (67‰), terbanyak pada jenis kelamin perempuan (12.1‰), ), bertempat tinggal di perkotaan (12.7‰) dan terbesar pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terbawah (13.1‰) (RISKESDAS 2013)
PREVALENSI PENYAKIT JANTUNG KORONER DI INDONESIA Prevalensi Penyakit Jantung Koroner berdasarkan diagnosis dokter atau gejala di Indonesia pada umur diatas 15 tahun sebesar 1.5% dan tertinggi di provinsi NTT (4.4%) diikuti Sulawesi Tengah (3.8%), Sulawesi selatan (2.9.%) dan Sulawesi barat (2.6%) Riskesdas 2013
PREVALENSI PENYAKIT JANTUNG KORONER DI INDONESIA MENURUT KARAKTERISTIK Prevalensi Penyakit Jantung Koroner berdasarkan karakteristik dapat dilihat bahwa tertinggi pada umur 65-74 tahun (3.6%), terbanyak pada jenis kelamin perempuan (1.6%), bertempat tinggal di perdesaan (1.6%) dan terbesar pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terbawah (2.1%) (RISKESDAS 2013)
PREVALENSI DIABETES MELITUS DI INDONESIA Umur ≥ 15 Tahun Prevalensi Diabetes Melitus berdasarkan diagnosis dokter atau gejala di Indonesia pada umur diatas 15 tahun sebesar 2.1% dan tertinggi di provinsi Sulawesi Tengah (3.7%) diikuti Sulawesi Utara (3.6%), Sulawesi selatan (3.4%) dan NTT (3.3%)
PREVALENSI DM MENURUT KARAKTERISTIK (RISKESDAS 2013) Prevalensi Penyakit DM berdasarkan karakteristik dapat dilihat bahwa tertinggi pada umur 55-64 tahun (5.5%), terbanyak pada jenis kelamin perempuan (2.3%), bertempat tinggal di perkotaan (2.5%) dan terbesar pada kelompok kuintil indeks kepemilikan teratas (3%)
FAKTOR RISIKO PERILAKU PENYEBAB TERJADINYA PTM YG HARUS DIPERBAIKI (26,1%) Penduduk kurang aktifitas fisik** (36,3%) penduduk usia>15 thn yg merokok** Perempuan usia>10 thn (1,9%) (93,5%) Penduduk>10 thn kurang konsumsi buah & sayur** (4,6%) Penduduk>10 thn minum minuman beralkohol* Sumber: *Riskesdas 2007 & **Riskesdas 2013
PROPORSI KEBIASAAN MEROKOK DI INDONESIA UMUR ≥ 10 TAHUN Proporsi kebiasaan merokok di Indonesia pada umur diatas 10 tahun sebesar 24.3% dan tertinggi di provinsi Kepulauan Riau (27.2%) diikuti Bengkulu (27.1%), Jawa Barat (27.1%) dan NTB (26.8%)
PROPORSI KEBIASAAN MEROKOK DI INDONESIA MENURUT KARAKTERISTIK Proporsi kebiasaan merokok berdasarkan karakteristik dapat dilihat bahwa tertinggi pada umur 30-34 tahun (33.4%), terbanyak pada jenis kelamin laki-laki (47.5%), bertempat tinggal di perdesaan (25.5%) dan terbesar pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terbawah (27.3%)
PROPORSI KURANG AKTIFITAS FISIK DI INDONESIA UMUR ≥ 10 TAHUN Proporsi kurang aktivitas fisik di Indonesia pada umur diatas 10 tahun sebesar 24.3% dan tertinggi di provinsi DKI Jakarta (44.2%) diikuti Papua (38.9%), Papua Barat (37.8%) dan Sulawesi Tenggara (37.2%)
PROPORSI KURANG AKTIVITAS FISIK MENURUT KARAKTERISTIK Proporsi kurang aktivitas berdasarkan karakteristik dapat dilihat bahwa tertinggi pada umur diatas 65 tahun (37.4%), terbanyak pada jenis kelamin perempuan (26.1%), bertempat tinggal di perkotaan (26.1%) dan terbesar pada kelompok kuintil indeks kepemilikan menengah ke atas (25%)
PROPORSI KURANG KONSUMSI SAYUR-BUAH UMUR ≥ 10 TAHUN Proporsi kurang konsumsi sayur dan buah di Indonesia pada umur diatas 10 tahun tidak ada terjadi perubahan yang berarti antara tahun 2007 dan tahun 2013. Perubahan yang paling terlihat ada di Provinsi Gorontalo dari 83.5 % menjadi 92.5 % (Riskesdas 2013)
Kecenderungan Proporsi Makanan Berisiko Penduduk ≥10 tahun, 2007 -2013 Proporsi kecenderungan makan berisiko di Indonesia pada umur diatas 10 tahun tidak ada terjadi perubahan yang berarti antara tahun 2007 dan tahun 2013. Perubahan yang paling terlihat adanya penurunan konsumsi makanan berisiko yang manis. Sumber: Riskesdas 2013
Sumber : Studi Diet Total 2014 (Litbangkes) Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi pesan Permenkes No 30 Tahun 2013 menurut kelompok umur Dari tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumsi gula, garam dan lemak pada semua kelompok umur di masyarakat melebihi anjuran pesan kesehatan dalam permenkes 30 tahun 2013 (perubahan PMK Nomor 63 tahun 2015), yaitu “Konsumsi Gula lebih dari 50 gram, Natrium lebih dari 2000 miligram, atau Lemak total lebih dari 67 gram per orang per hari berisiko hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung”. Sumber : Studi Diet Total 2014 (Litbangkes)
III. KEBIJAKAN PENGENDALIAN PTM
ARAH PEMBANGUNAN KESEHATAN (2005-2024) RPJMN I 2005-2009 RPJMN II 2010-2014 RPJMN III 2015-2019 RPJMN IV 2020-2024 Universal Coverage Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan Upaya Kuratif Promotif dan Preventif Sebagai upaya mencapai komitmen global serta peningkatan kualitas SDM kedepan, arah pembangunan kesehatan Indonesia dari tahun 2005 – 2024 didorong ke arah upaya promotif dan preventif, serta peningkatan universal health coverage menuju masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Untuk PTM promotif dan preventif dilaksanakan untuk mengubah perilaku dan deteksi dini FR PTM Upaya promotif dan preventif, serta peningkatan universal health coverage menuju masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Dalam pengendalian PTM Upaya Promotif dan Preventif dilaksanakan untuk mengubah perilaku masyarakat dan deteksi dini F R PTM
CONTINUUM OF CARE Kesehatan reproduksi Posyandu Lansia Peningkatan Kualitas Hidup Mandiri Perlambatan Proses Degeneratif KB bagi PUS PKRT Deteksi PM dan PTM Kesehatan OR dan kerja Brain Healty Life Style Kesehatan reproduksi Konseling gizi HIV/AIDS dan NAPZA Tablet Fe Konseling Kespro PKRT UKS Imunisasi anak sekolah Penjaringan anak usia sekolah PMT IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS SDIDTK Imunisasi Gizi Kolaborasi PAUD, BKB, dan Posyandu Deteksi dan Simulasi kognitif ASI eksklusif Imunisasi dasar lengkap Pemberian makan Timbang Vit A MTBS P4K Buku KIA ANC terpadu Kelas Ibu APN RTK Kemitraan Bidan Dukun KB PP PONED/ PONEK Kes. reproduksi Konseling gizi HIV/AIDS dan NAPZA Tablet Fe Konseling Kespro PKRT
OPERASIONAL PARADIGMA SEHAT GERAKAN MASYARAKAT SEHAT OPERASIONAL PARADIGMA SEHAT 1. PREVENSI PRIMER PROMOSI KESEHATAN (Health Promotion) Perlindungan Spesifik (Specific Protection) 2. PREVENSI SEKUNDER Early Diagnosis & Prompted Treatment 3. PREVENSI TERTIER Disability Limitation Rehabilitation
PROGRAM INDONESIA SEHAT RENSTRA 2015-2019 Pilar 1. Paradigma Sehat Program Promotif – preventif sebagai landasan pembangunan kesehatan Pemberdayaan masyarakat Keterlibatan lintas sektor Pilar 2. Penguatan Yankes Peningkatan Akses terutama pd FKTP Optimalisasi Sistem Rujukan Peningkatan Mutu Pilar 3. JKN Benefit Sistem pembiayaan: asuransi – azas gotong royong Kendali Mutu & Kendali Biaya Sasaran: PBI & Non PBI Tanda kepesertaan KIS DTPK KELUARGA SEHAT Penerapan pendekatan continuum of care Intervensi berbasis resiko kesehatan (health risk)
PROGRAM KESEHATAN PRIORITAS Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) KESEHATAN IBU: Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) Menurunkan Prevalensi Balita Pendek (STUNTING) KESEHATAN ANAK: Mempertahankan Prevalensi HIV-AIDS <0,5 Menurunkan Prevalensi Tuberkulosis Menurunkan Prevalensi Malaria PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR: Menurunkan Prevalensi Hipertensi Mempertahankan Prevalensi Obesitas Pada 15,4 Menurunkan Prevalensi Diabetes Menurunkan Prevalensi Kanker Meningkatkan Kesehatan Jiwa PENGENDALIAN PENYAKIT TDK MENULAR
PENDEKATAN KELUARGA Puskesmas PEMBERDAYAAN MASYARAKAT: Posyandu, Posbindu PTM, PAUD, Poskestren, UKS, UKK, dll Keluarga Keluarga Keluarga Keluarga Keluarga
Intervensi penanggulangan ptm Meningkatkan kualitas layanan primer dikaitkan dgn JKN Pro-aktif menjangkau sasaran (UKK, UKBM), yg menderita PTM diminta mjd peserta JKN Menanggulangi faktor risiko melalui pemicuan tokoh masyarakat atau kader PUSKESMAS 1 2 3 1/3 2/3 Agents of Change Faktor Risiko (MASYARAKAT)
PENINGKATAN GAYA HIDUP SEHAT PERILAKU “CERDIK” Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet Sehat dengan gizi seimbang, Istirahat yang cukup Kelola stress IMPLEMENTASI PERILAKU CERDIK MELALUI POSBINDU PTM
MENINGKATKAN KESADARAN BAGI PENDERITA PTM UNTUK “PATUH” PESAN ”PERILAKU SEHAT” PADA MASYARAKAT DENGAN PTM P Periksa Kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter Atasi Penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur Tetap diet sehat dengan gizi seimbang, Upayakan beraktivitas fisik dengan aman, Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya A T U H
REKOMENDASI Untuk mencapai target Pencegahan dan Pengendalian PTM diperlukan penguatan upaya sebagai berikut : Menemukan upaya promotif, preventif, dan kuratif serta rehabilitatif yang efektif dan efisien berdasarkan evidence based Metode pembiayaan yang efektif Pro-aktif ke keluarga harus dilakukan untuk menemukan 2/3 penderita PTM (hipertensi, diabetes mellitus) yg belum sadar bahwa mereka menderita PTM tsb.
Terima Kasih