SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA Materi Kuliah SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA Disusun Oleh: Husni Mubarat, M.Sn PRODI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS ILMU PEMERINTAHAN DAN BUDAYA UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG
Pengertian Kebudayaan Kebudayaan=cultuur (bahasa Belanda)=culture (bahasa Ingris), berasal dari perkataan latin “Colore”yangberarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah dan mengubah alam. Dilihat dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari “Budhi”yang berarti budi atau akal.
Menurut salah satu ahli Antroologi E. B Menurut salah satu ahli Antroologi E.B. Tylor dalam buku yang berjudul “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Widagdho dkk, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Kebudayaan dapat dirinci menjadi Kebudayaan material (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan manusia, misalnya: alat-alat perlengkapan hidup. Kebudayaan dapat dirinci menjadi Kebudayaan non material (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat diraba, misalnya: religi, bahasa, dan ilmu pengetahuan. Sumber: Djoko Widagdo, dkk. Ilmu Budaya Dasar. 1991: 18-21
Unsur-unsur Kebudayaan Koentjaraningrat membagi unsur universal kebudayaan menjadi 7, yaitu: Sistem religi dan upacara keagamaan, Sistem organisasi kemasyarakatan, Sistem pengetahuan, Bahasa, Kesenian, Sistem mata pencaharian hidup, Sistem teknologi dan peralatan
Wujud Kebudayaan Koentjaraningrat berpendapat kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud: Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma peraturan dan sebagainya. Kebudayaan ide ini dapat disebut adat tata kelakuan, atau adat, atau adat-istiadat dalam bentuk jamak. Kebudayaan ide berfungsi sebagai tata-kelakuan yang mengatur, mengendali dan memberi arah kepada kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, disebut juga dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lain, yang dari detik ke detik sampai dari tahun ke tahun, selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat-istiadat. Sistem sosial ini bersifat konkret, dapat didokumentasi dan diobservasi. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil dari karya manusia, disebut sebagai kebudayaan fisik.
Merupakan kompleksitas hasil fisik dari aktivitas atau perbuatan, dan semua hasil karya manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret, dapat diraba, didokumentasikan. Ketiga wujud kebudayaan tersebut, dalam kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Ide dan adat-istiadat mengatur dan memberi arah kepada perbuatan dan karya manusia. Sebaliknya, kebudayaan fisik itu membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga mempengaruhi pola-pola perbuatan manusia dan bahkan mempengaruhi cara berfikir manusia. Sumber: Koentjaraningrat,Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. 1994: 1-7
Definisi Pra-Sejarah dan Sejarah Secara etimologi Prasejarah adalah bagian ilmu sejarah tentang zaman ketika manusia hidup dalam kebudayaan yang belum mengenal tulisan/ manusia jutaan tahun lalu. Maka dapa tiartikan bahwa, Prasejarah manusia adalah masa di mana perilaku dan anatomi manusia pertama kali muncul, sampai adanya catatan sejarah yang kemudian diikuti dengan penemuan aksara. Perlu di jadikan suatu catatan bahwa berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Sumber: www.gurusejarah.com › Pra Aksara
Definisi Sejarah Kata sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun, artinya pohon. Sebuah pohon terdiri dari akar, dahan, ranting dan daun sehingga sejarah diartikan sebagai asal usul , riwayat dan silsilah yang menyerupai sebuah pohon, dalam bahasa Arab ilmu yang mempelajari kisah masa lalu di kenal dengan istilah Tarikh . Di Eropa, sejarah dikenal dengan istilah history (Inggris) , histoire (Perancis), storia (Italia), semuanyan berasal dari bahasa Yunani yaitu historia yang artinya orang pandai sementara dalam bahasa Belanda sejarah disebut dengan Geschiedenis (terjadi) , dalam bahasa jerman
disebut geschichate (sesuatu yang terjadi) disebut geschichate (sesuatu yang terjadi). Dengan demikian sejarah dapat diartikan sebagai kejadian masa lampau dari kehidupan manusia. Akan tetapi tidak semua kejadian masa lampau dapat masuk ke dalam ruang lingkup sejarah. Yang masuk ke dalam sejarah adalah kejadian-kejadian yang mempunyai pengaruh besar pada masanya dan masa-masa berikutnya. Sejarah sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Empiris: Diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan berdasarkan fakta- fakta sejarah yang ada
2. Mempunyai Obyek: sama seperti disiplin ilmu yang lain, sejarah juga mempunyai obyek. 3. Obyek Material: Manusia 4. Obyek Formal: Aktivitas manusia yang pernah terjadi dalam suatu rentang waktu di masa lampau. 5. Teori: Kaidah-kaidah pokok sebagai suatu ilmu 6. Metode: Sejarah mempunyai cara tersendiri dalam penelitiannya maupun penulisannya. Sejarah Sebagai Seni: dalam penulisan sejarah (historiografi) seorang sejarawan memerlukan beberapa pemahaman seperti, layaknya seorang seniman, sebagai seni adalah sejarah yang
Sejarah yang disajikan secara naratif dan imajinatif dengan menonjolkan unsur-unsur cerita, kisah atau peran tetapi tetap berpijak pada fakta-fakta yang ada. Konsep Dalam Ilmu Sejarah Meliputi: 1. Waktu (Time) 2. Ruang (Space) 3. Ruang (Space) 4. Perubahan (Change) 5. Kesinambungan (Continuity)
Presfektif waktu dalam sejarah adalah waktu lampau yang terus berkesinambungan , dimana waktu dilihat sebagai sebuah garis linier (lurus) . dengan demikian sejarah di lihat sebagai sebuah sebuah proses yang terus berjalan dari masa lampau – masakini-masa yang akan datang . sejarah merupakan prinsip sebab akibat antara fakta yang satu dengan yang lainnya, antara peristiwa yang satu dengan lainnya merupakan sebuah rangkaian yang tidak terpisah-pisah , peristiwa sejarah yang satu di akibatkan atau disebabkan oleh peristiwa sejarah yang lain. Sumber: www.gurusejarah.com › Pra Aksara
Kebudayaan Pada Masa Pra-Sejarah Zaman Batu Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman Batu diperiodesasi menjadi 4 zaman: 1. Zaman Batu Tua (Paleolitikum) 2. Zaman Batu Tengah (Mesolitikum) 3. Zaman Batu Muda (Neolitikum) 4. Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Zaman Batu Tua (Palaeolitikum) Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Awal Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini: Kebudayaan Ngandong (berhubungan dengan Flakes & peralatan dari tulang Kebudayaan Pacitan (berhubungan dengan kapak genggam dengan varian-variannya seperti kapak perimbas & kapak penetak.
Alat-Alat Zaman Batu Tua (Palaeolitikum) 1 Kapak Genggam
Kapak Genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan Kapak Genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini disebut “copper”(alat penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai. Cara menggunakannya dengan cara digenggam. Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai tajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam. Kapa genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.
2 Kapak Perimbas
Kapak Perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang, dan sebagai senjata. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Suka Bumi (Jawa Barat), Lahat (Sumatera Selatan). Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, sehingga Ralp Von Koenigswald disebut Kebudayaan Pacitan.
3 Alat-alat dari Tulang Binatang/ Tanduk Rusa
Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil dari kebudayaan Ngandong Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil dari kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat-alat dari tulang ini berupa alat penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini juga sebagai untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga digunakan sebagai alat untuk menombak ikan.
3 Flakes (Serpihan)
Alat-alat kecil yang terbuat dari batu Calchedon, yang dapat digunakan untuk mengupas makanan, Flakes termasuk kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menombak ikan, mengorek ubi dan buah-buahan.
Ciri-ciri kehidupan pada Palaeolithikum Berdasarkan Kebudayaan: Hidup dekat sumber air (mencukupi kebutuhan minum & karena di dekat sumber air ada banyak hewan & tumbuhan yang bisa dimakan), Belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang dimiliki belum dapat digunakan untuk menggemburkan tanah), Masyarakatnya belum memiliki rasa estetika (disimpulkan dari kapak genggam yang bentuknya tidak beraturan & bertekstur kasar), Memperoleh makanan dengan cara berburu (hewan) dan mengumpulkan makanan (buah-buahan & umbi-umbian),
Hidup nomaden (jika sumber makanan yang ada di daerah tempat tinggal habis, maka masyarakatnya harus pindah ke tempat baru yang memiliki sumber makanan), Sudah mengenal api (bedasarkan studi perbandingan dengan Zaman Palaeolithikum di China, di mana ditemukan fosil kayu yang ujungnya bekas terbakar di dalam sebuah gua), Hidup berkelompok (untuk melindungi diri dari serangan hewan buas).
2. Zaman Batu Tengah (Mesolitikum) Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini: Kebudayaan Kjokkenmoddinger Kebudayaan Abris Sous Roche
Kebudayaan Kjokkenmoddinger Dalam kaitannya dengan budaya manusia, kjokkenmoddinger merupakan timbunan kulit siput & kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan. Di antara timbunan kulit siput & kerang tersebut ditemukan juga perkakas sejenis kapak genggam yaitu kapak Sumatra/Pebble & batu pipisan. Kebudayaan Abris Sous Roche Yang berarti gua-gua yang pernah dijadikan tempat tinggal, berupa gua-gua yang diduga pernah dihuni oleh manusia. Dugaan ini muncul dari perkakas seperti ujung panah, flakke, batu penggilingan, alat dari tulang & tanduk rusa; yang tertinggal di dalam gua.
Ciri-ciri kehidupan pada masa mesolitikum Berdasarkan Kebudayaan: Sudah mengenal rasa estetika (dilihat dari peralatannya seperti kapak Sumatra, yang bentuknya sudah lebih beraturan dengan tekstur yang lebih halus dibandingkan kapak gengggam pada Zaman Paleolithikum), Masih belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang ada pada zaman itu masih belum bisa digunakan untuk menggemburkan tanah), manusia pada zaman itu mulai tingggal menetap (untuk sementara waktu, ketika makanan habis, maka harus berpindah tempat, seperti pada zaman Palaeolithikum) di tepi pantai, Peralatan yang ditemukan dari Abris Sous Roche memberi informasi bahwa manusia juga menjadikan gua sebagai tempat tinggal.
Sudah mengenal rasa estetika (dilihat dari peralatannya seperti kapak Sumatra, yang bentuknya sudah lebih beraturan dengan tekstur yang lebih halus dibandingkan kapak gengggam pada Zaman Paleolithikum), Masih belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang ada pada zaman itu masih belum bisa digunakan untuk menggemburkan tanah), manusia pada zaman itu mulai tingggal menetap (untuk sementara waktu, ketika makanan habis, maka harus berpindah tempat, seperti pada zaman Palaeolithikum) di tepi pantai.
2. Zaman Batu Muda (Neolithikum) Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain: 1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, 2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa. 3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa, 4. Pakaian dari kulit kayu, 5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda).