Pertemuan 4. MEMAHAMI KONSELING KELUARGA

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Oleh: Prof.Dr.Mungin Eddy Wibowo, M.Pd Universitas Negeri Semarang
Advertisements

BUDAYA PERUSAHAAN DAN ETIKA
Oleh: Kulsum Nur Hayati
PERANAN GURU DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Perkembangan sosial pada anak-anak tengah
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KIP / K
KONSEP-KONSEP DASAR TEORI KEPRIBADIAN
Isyu-isyu penting dalam teori Kepribadian.
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK TINGKAH LAKU MENYIMPANG PADA REMAJA
Keterampilan Dasar Mengajar
GANGGUAN KONSEP DIRI Pengertian Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan keyakinan yang diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam.
KONSEP PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH MENENGAH
Materi Pertemuan 12 Psikologi Anak Berbakat Olivia Tjandra W., M. Si., Psi.
PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA
BAB 6 Menganalisis Pasar Konsumen
Om swastyastu.
Pembentukan Sikap Dan Tingkah Laku
Home Home Kelompok 3 Fitri Suci Maharsih Nurkhasanah Yoana Natalia E
PENDEKATAN PERSON CENTER
DIRI, KONSEP DIRI, dan PENYESUIAN DIRI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen
Kurikulum Berbasis Kompetensi
PRINSIP–PRINSIP Perkembangan
KESUKARAN BELAJAR PART III
Psikologi Anak Berbakat Olivia Tjandra W., M. Si., Psi
Konseling keluarga & perkawinan
GEJALA KENAKALAN REMAJA
HANDOUT 5 Frieda A. Tonglo, S. Psi, M.Ed
KONSELING KELOMPOK.
Dasar-Dasar Dukungan Psikososial
BIMBINGAN PSIKO-EDUKATIF DI SEKOLAH DASAR
PEMAHAMAN KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
1. Mengenal karakteristik peserta didik
Perkembangan Sosioemosional masa kanak-kanak akhir (Usia Sekolah)
PEMECAHAN MASALAH SISWA
KETRAMPILAN INTERPERSONAL
TEORI BELAJAR Teori Keterampilan Proses Oleh : Iswadi, M. Pd.
BAB 7 Menganalisis Pasar Konsumen
KETRAMPILAN INTERPERSONAL
BIMBINGAN KONSELING Sy LULU ASSAGAF, S.Psi.
Latar Belakang LATAR BELAKANG BK di sekolah bertujuan agar siswa dapat menemukan pribadi,mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan,agar siswa mempunyai.
Standar Pelayanan Pekerjaan Sosial di bidang kesehatan.
Tania Clara Dewanti BK/B
BIMBINGAN KONSELING.
BLOK I PROSES BELAJAR & HUMANIORA
LAYANAN PEMINATAN DENGAN BIMBINGAN KELOMPOK
BIAS BUDAYA DAN AGAMA DALAM “KLAB”
Latarbelakang Permasalahan BK secara Psikologis PERTEMUAN -6
Aplikasi Teori-teori Konseling
SISTEM PEMBINAAN PROFESIONAL
JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN KONSELING (LAYANAN ORIENTASI)
A. PENGERTIAN BIMBINGAN
Pembimbing: dr. Dina Fitriningsih,SpKJ, MARS
Pengasuhan Anak Usia Sekolah Dasar PERTEMUAN 8
PROPOSAL PENELITIAN SEMINAR BK AGUS MUHAMMAD IQRO
JENIS LAYANAN DAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Kepuasan Kerja, dan Stress
TEORI BELAJAR Teori Keterampilan Proses Oleh : Iswadi, M. Pd.
Pengertian dan Unsur-Unsur Pendidikan Oleh: Kelompok 3 Heri Setiawan(11) Iin Alviana(13) Evan Putro A.W.(02)
POLA 17 (+) BK Ber Keluarga Keber -Agamaan Tampilan Kepustakaan
KONSEP DASAR KEPERAWATAN II
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen
Oleh: Prof.Dr.Mungin Eddy Wibowo, M.Pd Universitas Negeri Semarang
KEPRIBADIAN, KONSEP & CITRA DIRI
Pelatihan Dasar Konsultan
KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K) Tri Yunita FD STr. Keb.
Perbedaan konseling dengan nasehat. Konseling Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan.
KET. INTER-INTRA PERSONAL
Peranan Kepala Sekolah dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling (BK)
KET. INTER-INTRA PERSONAL
Transcript presentasi:

Pertemuan 4. MEMAHAMI KONSELING KELUARGA A. Latar Belakang Konseling Keluarga 1. Perubahan Kehidupan Keluarga Berakhirnya PD II terjadilah perubahan dalam sosio-kultural di masyarakat AS. Pengaruh tersebut menggejala terhadap keluarga dan anggota-anggotanya. Veteran-veteran perang berjuta orang kembali ke rumah tangga da masyarakat. Mereka ada yang kembali bersekolah dan banyak yang memasuki jenjang perkawinan. Terjadilah ledakan kelahiran bayi (baby boom)

Perubahan sosio-kultural terlihat dengan munculnya keadaan baru: Adanya lembaga-lembaga badan hukum Perlu masalah keahlian dan efisiensi Citra tenatng peran individu dalam masyarakat Identitas seksual Mobilitas sosial, yang kesemuanya dapat berdampak yang lebih luas terhadap eksistensi keluarga dan anggotanya. Sehubungan dengan hal tersebut, keluarga mendapat tantangan dan tekanan dari luar dan dalam dirinya sedangkan keluarga itu harus tetap bertahan (survival)

Perubahan masyarakat berintikan perubahan keluarga. Kemajuan di segala bidang terutama ilmu dan teknologi terasa pula dampaknya terhadap keluarga di Indonesia, terutama di kota-kota. Kehidupan kota yang penuh persaingan membawa perubahan pada kehidupan keluarga. Kehidupan keluarga yang tadinya akrab, hidup damai berubah menjadi kurang perhatian, renggang, tegang dan sering cemas Keadaan orang tua yang demikian menyebabkan hilangnya perhatian dan kasih sayang terhadap anaknya. Hal ini memberi dampak negatif terhadap perilaku anak, seperti: Tidak betah di rumah walaupun keadaannya serba mewah. Keadaan psikis anak semakin parah karena kedua orang tua megalami gangguan emosional, karena persaingan hidup yang keras serta kebutuhan ekonomi semakin tinggi

Mirip dengan keadaan di kota-kota, keluarga di desa juga mengalami perubahan karena terjadinya kemajuan disegala bidang, komunikasi dan transportasi Budaya kota memasuki alam pedesaaan yang damai dan tenteram, seperti koran, TV, film-film barat bahkan pornografi dan kekerasan Orang tua desa yang minim pendidikan beranggapan bahwa apa yang mengalir ke desa dari kota adalah kemajuan yang harus diikuti Akan tetapi sebagian besar orang tua merasakan bahwa “kemajuan” tersebut merupakan penyimpngan terhadap norma agama dan adat setempat.

2. Keluarga Pecah (Broken Home) Yang dimaksud kasus keluarga pecah (broken home) dapat dilihat dari dua aspek: Keluarga terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu kepala keluarga itu meninggal dunia atau telah bercerai Orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak di rumah dan atau tidk memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi. Misalnya; orang tua sering bertengakr sehingga keluarga itu tidak sehat secara psikiologis

3. Kasus Siswa di Sekolah Bersumber dari keadaan keluarganya, misalnya keluarga krisis. Jika ternyata memang kasus ini berkaitan erat dengan asalah keluarga, maka guru pembimbing (GP) akan berusaha melakukan kunjungan rumah (home visit). Melakukan kegiatan home visit bukanlah perkara mudah. Hal ini disebabkan oleh: Orang tua kurang menerima kehadiran guru pembimbing (GP), karena dianggap ikut campur dengan urusan keluarga, orang tua merasa malu dan risih. Pelayanan bimbingan dan konseling (BK) di sekolah masih berjalan secara tradisional, yakni hanya memberi nasehat, kurang melayani perkembangan siswa, guru banyak bicara, mamarahi dan memaksa siswa, dan biasanya siswa diam dan takut dengan panggilan guru BP.

Padahal masalah-masalah tersebut termasuk tugas guru dan wali kelas. Sebagai contoh kegiatan “konseling” tradisional di sekolah adalah yang dilakukan guru pembimbing secara paksa seperti polisi menginterogasi pencuri. Siswa yang melanggar disiplin semuanya ke BK (terlambat, bolos, tidak lengkap seragam, dsb) Padahal masalah-masalah tersebut termasuk tugas guru dan wali kelas. Bebarapa sifat Guru BK atau konselor Mempunyai sifat kepribadian yang mudah memahami siswa Menerima siswa secara apa adanya Jujur pada diri sendiri (genuineness) Menghargai siswa atau klien apa adanya tanpa syarat (unconditional positive regard)

Pendekatan konseling (teoritis) berarti pendekatan ilmiah berdasarkan teori-teori besar yang telah ada dan berdasarkan penelitian lapangan dengan mempertimbangkan faktor-faktor perilaku manusia, sosial-budaya dan agama. Penunjang wawasan konselor adalah ilmu perilaku (psikologi), ilmu pendidikan (pedagogik), ilmu konseling dan sosial-budaya dan agama. Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling

4. Konseling Keluarga dan Sekolah Banyak kasus siswa yang bresumber dari iklim kehidupan keluarga yang tidak sehat. Hasiul penelitian memberikan bukti bahwa kondisi psiko-higiene siswa sebesar 11% (r= 0,33) signifikan pada tingkat kepercayaan 0,01 (Sofyan S. Willis, 1985:123). Data tersebut di atas memberikan arah kepada kita bahwa keadaan kondisi psiko-higiene siswa dipengaruhi oleh faktor keluarga dan lain-lainnya sebesar 89%.

Keluarga dan sekolah merupakan dua sistem yang amat penting di dalam kehidupan anak dan remaja. Setelah anak memasuki sekolah, maka sekolah tidak hanya mengembangkan keterampilan kognitif, akan tetapi juga mempengaruhi perkembangan perilaku emosional dan sosial. Apabila konselor keluarga mendapat kasus yang berkaitan dengan masalah sekolah, maka konselor harus mampu mengidentifikasi masalah-masalah kasus dan variabel yang berkaitan dengan keadaaan fisik anak, interaksinya dalam keluarga yang menyebabkan timbulnya masalah atau kondisi sekolah yang menyebabkan terjadinya masalah. Karena itu seorang konselor keluarga harus mengetahui sistem sekolah dan dinamika kehidupan keluarga supaya dapat mengatasi kasus secara adekuat (tepat).

Pemikiran Kembali Peranan Konselor Keluarga di Sekolah Selama ini konselor di sekolah kebanyakan menangani masalah murid secara individual, jaranag yang mengaitkan dengan kehidupan sistem keluarga. Akibatnya konselor suka menunggu , kapankah ada kesadaran murid untuk meminta bantuan kepada kosnelor? Karena itu konselor sekolah menempatkan posisinya yang unik antara keluarga dan sekolah. Dengan berpikir sistematik konselor berpikir bahwa gejala perilaku yang tampak adalah hasil interaksi individu dengan lingkungannya

Pandangan Terhadap Teori Sistem suatu sistem keluarga dan sekolah adalah struktur yang terorganisasi. Masing-masing merupakan sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung. Karena sistem mempunyai kebutuhan dasar untuk beradaptasi mempertahankan hidup, maka dia melakukan tindakan dan perbuatan tertentu. Apabila dalam sistem keluarga terdapat gangguan pada salah seorang anggotanya, maka seluruh sistem akan terganggu. Di sekolah ada murid, guru dan karyawan. Semuanya adalah anggota komponen sistem dan dapat terganggu jika sistem terganggu. Jika sistem terganggu, maka anggota akan terganggu pula.

Sistem Sekolah dan Keluarga Sistem sekolah dan keluarga amat mempengaruhi perilaku anak dan remaja. Peran utama dipegang oleh guru dan orang tua . Ada erbedaan gaya sistem keluarga dan sekolah. Di keluarga suasana serba terbuka, keputusan diambil dengan musyawarah Di sekolah anak harus berjuang menyesuaikan diri dengan situasi sistem sekolah dan terhadap harapan-harapan guru. Menurut teori sistem, individu tidak mempunyai kepribadian atau sifat-sifat yang siap terhadap lingkungannya. Akan tetapi selalu terjadi proses penyesuaian diri antara perilaku dengan reaksi terhadapnya dalam konteks lingkungan.

Jenis-jenis Masalah Menurut pakar konseling keluarga, ada 4 masalah pokok yang dihadapi anak dalam meyesuaikan diri di keluarga dan sekolah: Ketakseimbangan sistem; anak menghadapi sistem nilai yang berbeda antara keluarga dan sekolah. Gangguan perkembangan; masalah ini muncul karena keluarga dan sekolah tak mampu menyelesaikan terhadap perkembangan anak. Gangguan yang bukan pada krisis perkembangan (nondevelopment); Misalnya krisis keluarga, perceraian, sikap guru yang keluarganya kacau, atau soal-soal pribadi guru. Krisis lingkungan; krisis ini berada di luar diri anak, baik di keluarga maupun sekolah.

Peranan Konselor Keluarga Konsultasi yang dilakukan konselor keluarga bersifat edukatif ataupun remedial. Konsultasi edukatif lebih menekankan pada proses perkembangan dan pendidikan anak ke arah kedewasaan Sedangkan konsultasi remedial lebih menekankan pada usaha membangun perubahan perilaku, sehingga anak terlepas dari kesulitan dalam penyesuaian diri di keluarga atau di sekolah.

KELUARGA KONSELOR SEKOLAH Ayah Kepsek Ibu Guru Saudara Murid-murid ANAK Bagan 1. Skema hubungan keluarga dan sekolah dalam kaitannya dengan anak dan konselor

Penilaian terhadap pengaruh Sistem Keluarga dan Sekolah Proses penilaian data/informasi paling sedikit satu sesi terjadi kunjungan semua anggota keluarga. Adapun informasi yang perlu dikumpulkan adalah: Bagaimanakah setiap anggota keluarga memandang kedudukannya di dalam keluarga Apakah setiap anggota keluarga yakin memiliki kontribusi yang unik terhadap keluarga Apakah setiap anggota keluarga percaya bahwa dia bisa menjadi masalah dalam keluarga Setiap anggota keluarga percaya bahwa dialah yang menyebabkan munculnya masalah keluarga Apakah setiap orang yakin bahwa dia mau mau mengubah kondisi sistem keluarganya

Apakah mereka yakin mempunyai kekuatan untuk berubah Bagaimana anggota yang bermasalah mempengaruhi seluruh sistem keluarga Sudah berapa lama masalah itu terjadi dan adakah cara yang telah dilakukan untuk mengatasi hal itu Mengapa keluarga datang untuk meminta bantuan pada saat yang penting ini Apakah ada cara-cara yang telah dilakukan anggota keluarga dalam menanggulangi masalah tersebut pada masa lalu.

Teknik-teknik Pengumpulan Data Wawancara, mengajukan pertanyaan dan mendengarkan dengan responsif Teknik menggambar, klien disuruh menggambar sesuatu, kemudian memperlihatkan gejala-gejala emosional di dalam gambar itu Family sculpting, semua anggota keluarga dia sementara klien sedang berbicara atau mengemukakan persepsinya tentang hubungan dalam keluarga Memberi tugas, mengkin tugas rumah yang harus dilakukan klien dapat membantu penyesuaian diri di dalam keluarga Tujuan pengumpulan data atau penilaiannya adalah untuk mengikat anggota keluarga dalam treatment dan menilik kembali masalah anak (sebagai masalah keluarga juga di dalam sistem)

Tujuan Observasi Kelas Untuk melihat dari dekat bagaimana anak berinteraksi dengan teman-temannya dan dengan guru. Di samping itu konselor juga memperoleh informasi dari personel sekolah; Persepsi personel sekolah terhadap masalah anak Mengenal seseorang di sekolah yang menyebabkan masalah anak makin berkembang Bentuk dan lamanya masalah Kekuatan dan kelemahan anak Usaha yang telah dilakukan untuk mengangani masalah itu Pendekatan-pendekatn yang berbeda Hasil yang tampak dari usaha itu Kekuatan dan modal sekolah yang mungkin dapat digunakan untuk mambnatu anak.

Tindak Lanjut Pengumpulan Data Keluarga dan Sekolah Setelah data keluarga dan sekolah dianggap memadai maka konselor berusaha untuk mengadakan konferensi dengan keluarga dan dihadiri oleh personel sekolah, lembaga terkait dan anak. Tujuan konferensi ini adalah; Memperoleh umpan balik agar kelompok memahami masalah anak dan pandangan sistem terpadu dan membentuk kerjasama yang saling membantu pemecahan masalah anak. Membantu menjembatani jurang pemisah antara sistem-sistem dengan memperbaiki pola-pola komunikasi dan pemecahan masalah anak.

Tujuan Konseling Keluarga Konselor keluarga harus memilih tujuan-tujuan yang mungkin dapat dikerjakan, dapat diatur mampu mengurangi masalah anak, dan menentukan bagaimana sistem keluarga berjalan, maka onselor menentukan strategi yang sesuai dengan tujuan agar sistem keluarga berfungsi dengan baik. Tujuan-tujuan ditetapkan berupa jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

Intervensi Intervensi berfokus pada ; Anak Hubungan anak dengan guru Hubungan anak dengan teman-temannya Hubungan anak-guru-kepala sekolah, dsb Beberapa strategi yang baik untuk semua masalah; Kerjasama dengan semua pihak Konperensi periodik Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam mendidik anak sesuai dengan konsep-konsep pendidikan Dorongan partisipasi anak dalam program khusus Program-program dalam kebutuhan khusus

B. Pengertian Konseling Keluarga Family Counseling atau konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komuniukasi keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan mambantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.

Penanganan konseling keluarga dapat berjalan baik di negara asalnya (AS), karena kondisi sosial budaya yang mendukung disamping tingkat pendidikan masyarakat yang relatif baik Di Indonesia konseling keluarga baru mulai mendapat pengertian dari masyarakat terutama sejak pesatnya perkembangan kota dan industrialisasi yang cenderung menimbulkan stress keluarga , antara lain disebabkan menggebunya anggota keluarga memnuhi kebutuhan ekonomi.

Budaya masih menjadi kendala pada pelaksanaan konseling keluarga. Orang Indonesia masih malu mengungkapkan masalah keluarga di depan orang lain. Untuk mengatasi hal ini ada 2 aternatif pendekatan; Menangani anak atau siswa yang masalahnya berkaitan dengan sistem keluarga secara individual di sekolah Melakukan kunjungan rumah secara bijaksana dan berusaha menghadirkan orang tua dalam komperesi kasus siswa

Secara skematis proses konseling alternative dapat dilukiskan sebagai berikut; Kasus (anak) (-) Keluarga (+) konselor Kasus (anak) (+) Keluarga (-)

Kesulitan konselor dalam menangani keluarga sebagai sistem di lapangan; Keluarga (orang tua) merasa bahwa urusan anak (perilakunya) adalah urusan orang tua dan orang tua berhak atas anaknya, karena mereka yang membiayai Terasa gengsi, keluarga akan turun kalau sampai konselor sekolah menangani urusan keluarga Kesukaran dalam teknik konseling yang sesuai dengan kasus keluarga Hambatan dalam pribadi konselor sendiri, terutama konselor pemula, Perez (1979:29) menyimpulkan hambatan tersebut adalah; a) ketakstabilan emosional, b) konselor memiliki sistem nilai tertentu untuk meniulai klien, c) konselor masih belum begitu menguasai teori dan tekniknya

1. Rumusan Definisi Konseling Keluarga Dalam bukunya Perez (1979: 25), pengertian konseling keluarga (family therapy) “family therapy is an interactive process which seeks to aid the family in regaining a homeostatic balance with which all the members are comfortable. In pursuing this objective the family therapist operates under certain basic assumptions.” Konseling keluarga adalah usaha membantu individu anggota keluarga untuk mengaktualisasikan potensinya atau mengantisipasi masalah yang dialaminya, melalui sistem kehidupan keluarga dan mengusahakan agar terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri individu yang akan memberi dampak positif pula terhadap anggota keluarga lainnya.

2. Tujuan Konseling Keluarga Tujuan Umum Konseling Keluarga Membantu anggota-anggota keluarga belajar dan menghargai secara emosional bahwa dinamika keluarga adalah kait-mengait di antara anggota keluarga Untuk membantu anggota keluarga agar menyadari tentang fakta, jika satu anggota keluarga bermasalah, maka akan mempengaruhi kepada persepsi, ekspektasi dan interaksi anggota lainnya. Agar tercapaiu keseimbangan yang akan membuat pertumbuhan dan peningkatan setiap anggota Untuk mengembangkan penghargaan penuh sebagai pengaruh dari hubungan parental.

Tujuan-tujuan Khusus Konseling Keluarga Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota keluarga terhadap cara-cara yang istimewa (idiocyncratic ways) atau keunggulan anggota lainnya. Mengembangkan toleransi terhadap anggota keluarga yang mengalami frustasi/kecewa, konflik dan rasa sedih karena faktor sistem keluarga Mengembangkan motif dan potensi setiap anggota keluarga dengan cara memberi semangat Mengembangkan keberhasilan persepsi diri orang tua secara realistik dan sesuai dengan anggota lainnya

3. Perkembangan Orientasi Konseling Keluarga Family counseling atau konseling keluarga disebut juga terapi keluarga (family therapy) pada masa lalu awal abad ke-20 sampai tahun 60-an memperlihatkan orientasi klinis atau terapeutik. Saat itu kegiatan konseling didominasi oleh para dokter, khususnya dokter kandungan dan psikiatri (psikiater) Sejak tahun 60-an itu pula muncul saingan para dokter yakni para sosiolog dan educasionis yang berorientasi pada sistem keluarga Mereka melihat masalah keluarga bukanlah masalah individual akan tetapi masalah sistem keluarga.