Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Hernia Nukleus Pulpolus By: Lilis Maghfuroh, S.Kep.Ns.M.Kes. STIKES Muhammadiyah Lamongan
Definisi HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik) (Harsono, 1996)
Pathway Trauma dan stess fisik Ruptur diksus Aliran darah ke diksus berkurang, respon beban yg berat, ligamentum longitudinalis post menyempit lempeng tulang rawan & korpus vertebrae yg berdekatan misahan Nukleus pulposus keluar melalui serabut2 anulus yang robek Gangguan rasa nyaman (nyeri) Tindakan operasi Cemas Jepitan syaraf spinal
Kerusakan jalur simpatetik desending Raeksi peradangan Blok syaraf parasimpatis Edema pembengkakan Kehilangan kontrol tonus vasomotor persyarafan simpatis ke jantung Kelumpuhan otot pernafasan Terputusnya jarungan saraf di medula spinalis Penekanan saraf dan pembuluh darah Paralisis & paralegi pola napas tak efektif Reflek spinal Penurunan fungsi jaringan Mengaktifkan sistem saraf simpatis Kerusakan mobilitas fisisk Kelemahan fisik Konstriksi pembuluh darah Ketidak mampuan perawatan diri (ADL) Resiko infark miokard
ASKEP Pengkajian 1. Identitas HNP terjadi pada umur pertengahan (30 – 50 tahun), kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda berat) 2. Riwayat kesehatan Keluhan Utama : Biasanya pasien mmengeluh nyeri pada punggung bawah. P : trauma (mengangkat atau mendorong benda berat). Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri. R : Nyeri terasa pada punggung bagian bawah S : Nyeri terasa pada posisi duduk dan nyeri menjalar hinga ekstermitas bawah, dengan skala nyeri 3-5. T : Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, makin lama makin nyeri.
Riwayat penyakit sekarang Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri pada punggung bagian bawah ditengah tengah antara bokong dan betis belakang tumit dan telapak kaki. Kekuatan otot menurun, paraparesif falsif, parastesia. Riwayat penyakit dahulu Tanyakan pada klien apakah pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis). Hipertensi, cedera tulang belakang, DM, penyakit jantung.
Riwayat penyakit keluarga Mengkaji adanya anggota keluarga yang mengalami hipertensi dan DM 3. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : Lemah, Kesadaran composmetis TTV TD : hipotensi <100/80 mmHg (dewasa : 120/80 mmHg) Nadi : bradikardi < 60 x/menit (dewasa : 60 – 100 x/menit) Suhu : 36,5-37,5 c RR : 16-20x/menit
Pemeriksaan Head To Toe Kepala Dan Leher Inspeksi : Tidak ditemukan adanya kelainan pada daerah kepala hingga leher, mungkin ditemukan ekspresi wajah yang menandakan keluhan nyeri. Palpasi : Tidak ditemukan adanya kelainan pada kepala dan leher klien Thorax (Paru – Jantung) Inspeksi : Pada pemeriksaan pulmonal bisa terdapat apnea. Palpasi : Dada simetris, tidak ada retraksi otot napas. Perkusi : Bunyi paru sonor dan bunyi jantung redup atau pekak. Auskultasi : Tidak didapatkan bunyi napas tambahan. Sedangkan pemeriksaan jantung mungkin didapatkan peningkatan denyut jantung yang tidak begitu berarti
Abdomen Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada tanda kelainan lainnya. Palpasi : Konsistensi lembek, suhu hangat, palpasi hepatosplenomegani negatif, palpasi lien negatif, palpasi ginjal negatif. Perkusi : Tidak ada tanda acites, perkusi sonor. Auskultasi : BU 5 – 12 kali per menit, terdengar bising aorta Anus Dan Genetalia Pemeriksaan anus dan genetalia tidak diperlukan pada penyakit ini.
Ekstremitas Atas Inspeksi : Tidak ada lesi, censedung tidak ada kelainan. Palpasi : Kemungkinan didapatkan kelemahan pada Biseps. Reflek biseps berkurang atau hilang Bawah Inspeksi : Mungkin didapatkan adanya kelaemahan hingga dapat menyebabkan kaki lunglai (foot drop) kesulitan dorsi fleksi kaki dan atau jempol kaki, kesulitan berjalan dengan tumit, melemahnya fleksi plantar, abduksi jari kaki dan kesulitan berjalan jinjit. Palpasi : Parestesia tungkai lateral, bagian distal kaki, diantara jari kaki pertama dan kedua, pertengahan betis dan aspek lateral kaki, termasuk jari kaki ke empat dan kelima. Penurunan refleks lutut dan pergelangan kaki, refleks pergelangan kaki mungkin berkurang atau hilang. Kekutan otot 2
ROS (reviem of system) B1 (Breathing) Tidak menganggu sistem pernapasan, : tidak sesak napas, tidak mengalami batuk, frekuensi pernapasan normal, suaran lapang paru sonor B2 (Blood) Hipotensi : berkaitan dengan gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh system persarafan otonom.
B3 (Brain) Di dapatkan perubahan gaya berjalan, Parestesia, Pengkajian tingkat kesadaran : Tingkat kesadran klien biasanya compos metis Pengkajian fungsi serebral. Status mental : Biasanya setatus mental klien mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status kongnitif, status persepsi, dan penurunan memoty.
Pemeriksaan saraf cranial I-IX : Saraf I (olfaktorius) : biasanya tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan Saraf 2 (optikus) : tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal Saraf 3 (okulomtoris), 4(choclearis), 6 (abdusens) : biasanya tidak mengalami gangguan mengangkat kelopak mata, pupil isokor. Saraf 5 (trigeminus) dan 7 (facialis) : Umumnya tidak ada paralisis pada otot wajah dan reflex kornea biasnya tidak ada kelainan. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris. Saraf 8 (vestibulococlearis) : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi Saraf 9 (glossofaringeal) dan Saraf 10 (vagus) : kemampuan menelan baik Saraf 11 (accesorius) : tidak ada atropi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Saraf 12 (hipoglosus) : lidah simetris indra pengecapan normal.
B4 (Bladder) Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan akibat penurunan perfusi pada ginjal B5 (Bowel) Nafsu makan menurun, mual muntah, konstipasi. B6 (Bone) Adanya kesulitan untuk beraktifitas dan menggerakkan badan karena adanya nyeri, kelemahan, kehilangan sensori, serta mudah lelah
Pola fungsi Aktifitas/Istirahat Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu menganggkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama. Penurunan rentan gerak dari ekstermitas pada salah satu bagian tubuh. Tidak mampu melakukan aktifitas yang biasanya di lakukan Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkenak. Gangguan pada berjalan. Eliminasi Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontinensia/retensi urin.
Integritas Ego Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietasmasalah pekerjaan, financial keluarga. Tanda : Tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat. Neurosensori Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki Tanda : Penurunan reflex tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri (sensori).
Nyeri/Kenyamanan Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokkan badan, mengangkat, defekasi, mengangkat kaki atau fleksi pada leher : nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya apisode nyeri yang lebih berat secara intermiten, nyeri yang menjalar kekaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan, kaku pada leher (servikal). Keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan. Tanda : Sikap ; dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, Nyeri pada palpasi.
Next... Keamanan Gejala : Adanya riwayat masalah “punggung” yang baru saja terjadi
Diagnosa yang sering muncul Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis Cemas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan paralisis dan paralegi Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan fisik umum
Rencana Keperawatan 1. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak penjepitan saraf pada radiks intervertebralis Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang. Kriteria Hasil : K : pasien mengerti bagaimana cara mengatasi nyeri dan mengerti tentang penyebabnya A : klien mengatakan nyeri berkurang P : pasien mampu melaksanakan teknik distraksi dan relaksasi P : skala nyeri berkurang 0 – 2, lokasi nyeri minimal, wajah tidak menyeringai
INTERVENSI RASIONAL Identifikasi klien dalam membantu menghilangkan rasa nyerinya Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri dan kefektifan tindakan penghilangan nyeri. Berikan informasi tentang penyebab dan cara mengatasinya Informasi mengurangi ansietas yang berhubungan dengan sesuatu yang diperkirakan. Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif dan nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi. Tindakan ini memungkinkan klien untuk mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri. Terapi analgetik Terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan peredam nyeri.
2. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan rasa cemas klien akan berkurang/hilang. Kriteria hasil : K : klien mengerti tentang prosedur operasi yang akan dilakukan A : klien mengatakan merasa tenang dan tidak cemas lagi P: klien nampak lebih rilek dan tidak cemas P : tidak tegang , wajah klien nampak rileks, respon klien namppak tersenyum,
INTERVENSI RASIONAL Diskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi gerak untuk mempertahankan harapan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari Berikan informasi mengenai klien yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien danmenjalani operasi Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien Berikan support sistem (perawat, keluarga atau teman dekat dan pendekatan spiritual) Reinforcement terhadap potensi dan sumber yang dimiliki berhubungan dengan penyakit, perawatan dan tindakan Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya. Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien. Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.
Thanks....