Alfian Nur Rosyid MD, Pulmonologist, FAPSR

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Peserta mengerti tahap-tahap pada ADC
Advertisements

KIMIA UNSUR-UNSUR TRANSISI
PERTEMUAN 3 Algoritma & Pemrograman
Penyelidikan Operasi 1. Konsep Optimisasi.
KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
Penyusunan Data Baseline dan Perhitungan Capaian Kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DIREKTORAT.
BALTHAZAR KREUTA, SE, M.SI
PENGEMBANGAN KARIR DOSEN Disarikan dari berbagai sumber oleh:
Identitas, persamaan dan pertidaksamaan trigonometri
ANGGOTA KELOMPOK WISNU WIDHU ( ) WILDAN ANUGERAH ( )
METODE PENDUGAAN ALTERNATIF
Dosen Pengampu: Muhammad Zidny Naf’an, M.Kom
GERAK SUGIYO, SPd.M.Kom.
Uji Hipotesis Luthfina Ariyani.
SOSIALISASI PEKAN IMUNISASI NASIONAL (PIN) POLIO 2016
PENGEMBANGAN BUTIR SOAL
Uji mana yang terbaik?.
Analisis Regresi linear berganda
PEERSIAPAN DAN PENERAPAN ISO/IEC 17025:2005 OLEH: YAYAN SETIAWAN
E Penilaian Proses dan Hasil Belajar
b. Kematian (mortalitas)
Ilmu Komputasi BAGUS ADHI KUSUMA
Uji Hipotesis dengan SPSS
OVERVIEW PERUBAHAN PSAK EFFEKTIF 2015
Pengolahan Citra Berwarna
Teori Produksi & Teori Biaya Produksi
Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
PERSIAPAN UN MATEMATIKA
Kriptografi.
1 Bab Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi.
Ekonomi untuk SMA/MA kelas XI Oleh: Alam S..
ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL DALAM PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR
Dosen: Atina Ahdika, S.Si., M.Si.
Anggaran biaya konversi
Junaidi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi
Pemodelan dan Analisis
Bab 4 Multivibrator By : M. Ramdhani.
Analisis Regresi – (Lanjutan)
Perkembangan teknologi masa kini dalam kaitannya dengan logika fazi
DISTRIBUSI PELUANG KONTINU
FETAL PHASE Embryolgy II
Yusuf Enril Fathurrohman
3D Viewing & Projection.
Sampling Pekerjaan.
Gerbang Logika Dwi Indra Oktoviandy (A )
SUGIYO Fisika II UDINUS 2014
D10K-6C01 Pengolahan Citra PCD-04 Algoritma Pengolahan Citra 1
Perpajakan di Indonesia
Bab 2 Kinerja Perusahaan dan Analisis Laporan Keuangan
Penyusunan Anggaran Bahan Baku
MOMENTUM, IMPULS, HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM DAN TUMBUKAN
Theory of Computation 3. Math Fundamental 2: Graph, String, Logic
Strategi Tata Letak.
Theory of Computation 2. Math Fundamental 1: Set, Sequence, Function
METODE PENELITIAN.
(Skewness dan kurtosis)
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dasar-dasar piranti photonik
Klasifikasi Dokumen Teks Berbahasa Indonesia
Mekflu_1 Rangkaian Pipa.
Digital to Analog Conversion dan Rekonstruksi Sinyal Tujuan Belajar 1
SEKSI NERACA WILAYAH DAN ANALISIS BPS KABUPATEN TEMANGGUNG
ASPEK KEPEGAWAIAN DALAM PENILAIAN ANGKA KREDIT
RANGKAIAN DIODA TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2015/2016
Ruang Euclides dan Ruang Vektor 1.
Bab Anuitas Aritmetrik dan Geometrik
Penyelidikan Operasi Pemrograman Dinamik Deterministik.
Kesetimbangan Fase dalam sistem sederhana (Aturan fase)
ANALISIS STRUKTUR MODAL
Transcript presentasi:

Alfian Nur Rosyid MD, Pulmonologist, FAPSR Pneumotoraks Alfian Nur Rosyid MD, Pulmonologist, FAPSR Pulmonology and Respiratory Medicine Airlangga University Hospital

Daftar Isi Pendahuluan Epidemiologi Definisi & Pembagian Gejala Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Tatalaksana

Pendahuluan Pneumotoraks = terisinya rongga pleura dengan udara. Kasus lebih banyak laki-laki dibandingkan wanita. Mortalitas bervariasi, pneumotoraks ventil >> Tuberkulosis, pneumonia, PPOK  penyebab pneumotoraks spontan sekunder Terapi  Dekompresi (Roberts et al., 2014) (Alsagaff and Pradjoko, 2010; Slobodan, Marko and Bojan, 2015)

Epidemiologi Insiden /100.000 = 18-28 laki-laki dan 1,2-6 perempuan Data Inggris / 100.000 penduduk: Morbiditas = 16,7 laki-laki dan 5,8 perempuan. Mortalitas = 1,26 (1991) dan 0,62 (1995). Mortalitas PSS lebih tinggi dibandingkan kasus PSP Pneumotoraks ventil = 5% trauma dan 1-3% pasien ICU, mortalitas lebih tinggi 38x (MacDuff, Arnold and Harvey, 2010) (Alsagaff and Pradjoko, 2010) (Roberts et al., 2014)

Definisi Pneumotoraks  udara didalam rongga pleura Pembagian : Penyebab Lokasi Derajat kolaps Jenis fistelnya (Alsagaff and Pradjoko, 2010)

Pembagian Pneumotoraks Penyebab Artifisial Traumatik Spontan Primer Sekunder Lokasi Parietalis Medialis Basalis Luas Totalis Parsialis Fistel Terbuka Tertutup Ventil

Pembagian Pneumotoraks 1. Penyebabnya (3) yaitu 1.1 Artifisial  disengaja untuk diagnosis / terapi, misalnya: lokasi tumor, stop hemoptoe, proteksi radioterapi. 1.2 Traumatik  jejas dinding dada tumpul / tajam. Pneumotoraks Iatrogenik akibat prosedur medis (Alsagaff and Pradjoko, 2010)

Pembagian Pneumotoraks 1. Penyebab  1.2 Traumatik Pneumotoraks Traumatik Iatrogenik Tindakan Intervensi Ventilasi Tekanan Positif Non Iatrogenik Trauma tajam Trauma Tumpul

Pembagian Pneumotoraks 1. Penyebabnya (3) yaitu 1.3 Spontan  Pneumotoraks spontan primer (PSP): tidak diketahui penyebabnya Pneumotoraks spontan sekunder (PSS): ada penyakit dasar sebagai penyebab Pneumotoraks katamenial: saat menstruasi. (Alsagaff and Pradjoko, 2010) (Jackson and Louie, 2012)

Pembagian Pneumotoraks 2. Penyebabnya (3) yaitu 1.3 Spontan  b. PSS Kelompok Penyebab Peyakit Paru Obstruktif PPOK, Asma Penyakit paru Interstitial Fibrosis paru idiopatik, Pneumonitis interstitial non spesifik, Limfangioliomiomatosis, Sarcoidosis, Pneumonitis radiasi atau fibrosis Infeksi Pneumonitis carinii Pneumonia, Tuberkulosis, Coccidioidomikosis, Pneumonia bakterial akut (misal Stafilokokus) Keganasan Kanker paru primer, Metastase paru (terutama sarkoma), Komplikasi kemoterapi Penyakit jaringan ikat Artritis rematik, Ankilosing spondilitis, Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos, Polimiositis / Deramtomiositis, Skleroderma Lainnya Pneumotoraks Katamenial, Infark Paru, Proteinosis Alveolar Paru, Penyakit von Recklinghausen, Granulomatosis Wagener (Noppen, 2010) (Rodrigo et al., 2015)

Pembagian Pneumotoraks 3. Luas kolaps (2) yaitu Totalis Parsialis Sumber: google.com

Pembagian Pneumotoraks 3. Luas kolaps (2) yaitu Mengukur luas kolaps % pneumotoraks =100 1− 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑝𝑎𝑟𝑢 𝑘𝑜𝑙𝑎𝑝𝑠 3 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 ℎ𝑒𝑚𝑖𝑡𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 3 (Rodrigo et al., 2015).

Pembagian Pneumotoraks 3. Luas kolaps (2) yaitu Mengukur luas kolaps 30 cm A b 12 cm % pneumotoraks = (A x B) – (a x b) x 100% (A x B) 20 cm a Ringan  : <20 % Sedang  : 20 – 60 % Berat  : >60 % % pneumotoraks = (30 x 15) – (20 x 12) x 100% = 51 % (30 x 15) B 15 cm

Pembagian Pneumotoraks 4. Fistel (3) yaitu Pneumothorax Closed pneumothorax Open Tension

Gejala Keluhan Utama 95%: Nyeri dada  pleuritik, akut dan terlokalisir sisi sakit Sesak napas  tergantung luas kolaps Penyerta lain : batuk, batuk darah, sesak bila berbaring. Sindroma Horner (kadang) Beberapa pasien tidak bergejala atau hanya lemah badan (Jain, Gosavi and Jain, 2008) (Rodrigo et al., 2015)

Pemeriksaan Fisik takikardi (nadi >140x/menit), hipotensi, sianosis, deviasi trakea ke sisi sehat Inspeksi Palpasi  gerak napas yang tertinggal, fremitus raba menghilang Perkusi  hipersonor Auskultasi  suara napas yang menghilang atau berkurang (Rodrigo et al., 2015)

Pemeriksaan Penunjang Foto Rongsen Dada Kondisi klinis dan pemeriksaan fisik cukup menjadi dasar penegakan diagnosis pneumotoraks ventil (Roberts et al., 2014)

Pemeriksaan Penunjang CT Scan Toraks USG Toraks Normal Pneumotoraks Gold Standar (Kline et al., 2013)

Tatalaksana Prinsip tatalaksana pneumotoraks adalah mengeluarkan udara dari rongga pleura mengembangkan paru kolaps menutup kebocoran mencegah pneumotoraks berulang. (K. Jackson and E. Louie, 2012) (Rodrigo et al., 2015).

Tatalaksana Pemilihan jenis terapi pneumotoraks dipengaruhi: klinis pasien penyebab pneumotoraks penyakit penyerta riwayat pneumotoraks sebelumnya risiko berulang pengalaman dokter yang menangani pasien (K. Jackson and E. Louie, 2012; Rodrigo et al., 2015). (K. Jackson and E. Louie, 2012) (Rodrigo et al., 2015).

Tatalaksana Tipe Pneumotoraks Tujuan tatalaksana Tatalaksana yang disarankan Pneumotoraks tension Memperbaiki disfungsi pernapasan akut Aspirasi untuk diagnosis dan dilanjutkan pemasangan selang dada Pneumotoraks bilateral Selang dada minimal satu sisi pneumotoraks Pneumotoraks dengan penyakit paru yang berat Selang dada atau aspirasi berulang Pneumotoraks dengan kecurigaan kebocoran udara Mencegah disfungsi pernapasan akut Pneumotoraks dengan kolaps paru total Pneumotoraks simptomatis Mencegah disfungsi pernapasan akut dan memperbaiki gejala Aspirasi berulang lebih disukai dari pemasangan selang dada Diharapkan tidak ada kebocoran udara Menjaga tidak terjadinya kebocoran udara Observasi

Tatalaksana Terapi Observasi Bila <20% Dekompresi Jarum Kontraventil Aspirasi Jarum Infus Selang Dada + WSD Operasi Torakoskopi Torakotomi

jarum / abbocath kontraventil Jarum atau abbocath ditusukkan pada dinding dada pada sela iga sampai menembus pleura parietalis dan masuk ke dalam rongga pleura. Ujung jarum atau abbocath dibiarkan terbuka Lokasi kontraventil  sela iga kedua midklavikula depan / sela iga empat atau lima garis aksila anterior

triangle of safety

Aspirasi dengan selang infus Jarum / abbocath yang telah ditusukkan ke dalam rongga pleura disambungkan ke selang infus. Pipa plastik penetes dipotong dan dimasukkan ke dalam botol berisi air sedalam kurang lebih 2 cm Tingkat keberhasilan tindakan ini berbeda tiap orang.

Pemasangan Selang dada (Chest Tube) Dibuat insisi kulit di sela iga keempat pada garis aksila tengah atau belakang atau sela iga kedua di garis klavikula tengah. Selang dada steril dimasukkan ke dalam rongga pleura dengan perantara trokar atau pean / klem penjepit. Ujung selang dada tersebut disambungkan ke botol WSD

Thorax Drain

Botol WSD Selang dalam botol WSD berada di bawah air sedalam 2 cm. Hal ini untuk mempermudah gelembung udara keluar dari rongga pleura ke luar dan tidak dapat kembali lagi ke dalam rongga pleura.

pompa continous suction Pada kondisi pneumotoraks tidak dapat mengembang atau terjadi emfisema subkutis, dapat dilakukan penyambungan botol WSD dengan pompa continous suction dengan tekanan negatif 10-40 cm H2O. Penghisapan dilakukan agar udara dalam rongga pleura segera dapat dikeluarkan

Terimakasih