KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
ICTERUS (HIPERBILIRUBIN)
Advertisements

Ketuban Pecah Terlalu Dini
PENJELASAN DEFINISI OPERASIONAL PROGRAM KIA
SEORANG ANAK LELAKI DENGAN KETERLAMBATAN MOTORIK KASAR
Bab 7 Gizi Buruk.
Nama : dr. Fitri Hartanto, SpA(K)
Bab 3 Masalah Neonatus – Bayi berat lahir rendah
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
Bab 5 Diare.
Bab 6 Demam.
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI RUMAH SAKIT Sekilas tentang Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit dan Metode Pelatihan.
DIABETES MELLITUS DYAH UMIYARNI P, SKM, M.Si.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI
ENCEPHALITIS.
Kejang Pada Neonatus Dr. Alifiani Hikmah Putranti SpAK
Penyakit-penyakit pada Ibu Hamil
SELF ASSESSMENT PEMBERIAN ANTIBIOTIK
Kasus Kematian 13 Januari 2013
Migrain.
RUJUKAN DAN TRANSPORTASI BAYI BARU LAHIR
INFEKSI NEONATAL Tim Poned UKK PERINATOLOGI IDAI.
ASUHAN BAYI BARU LAHIR dan NEONATUS di komunitas
Noordiati, SST., MPH NEONATUS RISIKO TINGGI 1. Pokok Bahasan 1. BBLR 2. Asfiksia Neonatorum 3. Ikterus 4. Perdarahan Tali Pusat 5. Kejang 2.
PROGRAM KIA Kesehatan Ibu dan Anak.
TETANUS OLEH : DEWI RINI ASTUTI ZEGA, SST
KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI
INFEKSI PADA NEONATUS.
ASFIKSIA Oleh : dr. Irma Susanti.
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan.
STANDAR ASUHAN KEHAMILAN OLEH:ANISA SYOLIHIN NIM:140046
Asuhan Neonatus,Bayi,Balita dan Pra Sekolah
Ninis Indriani,M.Kep., Ns.Sp.Kep.An
MALARIA.
DETEKSI DINI KOMPLIKASI DAN PENYAKIT MASA PERSALINAN
Neurobehavior II Stephanie D. A.
MELAKSANAKAN KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI
MEMAHAMI PEMBERIAN IMUNISASI PASIF PADA BAYI, BALITA & ANAK
ASUHAN NEONATUS,BAYI,BALITA,DAN PRA SEKOLAH
Kelompok 5.
KEJANG DEMAM Rahma Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNTAD
ASUHAN BAYI BARU LAHIR BERMASALAH
INFEKSI NEONATAL.
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN Riana Aini, Amd.Keb.
ASUHAN BAYI BARU LAHIR BERMASALAH
PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
Perawatan bayi baru lahir
Asuhan keperawatan hipoglikemia
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN.
ENCEPHALITIS.
SEPSIS NEONATORUM.
SYOK OBSTETRIK KELOMPOK 7.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
Gangguan pada sistem pencernaan
KESEHATAN REPRODUKSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DISUSUN OLEH :
Baiq Reski Setiagarini
DIABETES MELLITUS DYAH UMIYARNI P, SKM, M.Si.
Penatalaksanaan Diare Berdasarkan MTBS
Dr. Renny H Bagus, SpA Dr. Abdul Rohim, SpA Dr. Retno Hernik MA, SpA TIM PONED – PONEK PAPUA.
NEONATUS RESIKO TINGGI DAN PELAKSANAANNYA
GIZI BURUK.
Tindak Lanjut Asuhan Nifas di Rumah
TINJAUAN MEDIS PUASA TERHADAP BEBERAPA PENYAKIT
KONSEP RUANG PERINATOLOGI RSUD AL IHSAN KSM ILMU KESEHATAN ANAK RSUD AL IHSAN PEMPROV JABAR.
Kehamilan di sertai penyakit rubella dan hepatitis
CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM
Transcript presentasi:

KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR Tim Poned UKK PERINATOLOGI IDAI

BATASAN Kejang perubahan tiba-tiba fungsi neurologi baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik Akibat kelebihan pancaran listrik pada otak

PRINSIP DASAR Kejang keadaan emergensi/ tanda bahaya, mengakibatkan hipoksia otak, yang menimbulkan kematian/ gejala sisa. Termasuk spasme, gangguan kesadaran . Kejang dapat diakibatkan oleh asfiksia neonatorum, hipoglikemia, tanda meningitis atau masalah susunan saraf. Kejang satu tanda atau gejala pada BBL Apapun penyebab kejang harus segera dikelola dengan baik Dapat diantisipasi dengan tindakan promotip atau preventip Secara klinis kejang pada bayi diklasifikasikan klonik,tonik, mioklonik, ” subtle ”

TUJUAN TUJUAN UMUM Meningkatnya kemampuan peserta tentang penyebab kejang, dampak kejang pada bayi baru lahir serta manajemen kejang dengan baik TUJUAN KHUSUS Menjelaskan beberapa penyebab kejang pada neonatus Menjelaskan terapi kejang pada neonatus Melakukan praktek menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang berlanjut. Melakukan cara memotong kejang dengan baik Mampu melakukan pemasangan jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta tunjangan nutrisi adekuat

Langkah promotip atau preventip : Mencegah persalinan prematur Mencegah asfiksia neonatorum Mencegah infeksi Mencegah hipoglikemi

Diagnostik Anamnesis, mengetahui faktor predisposisi. Pemeriksaan Fisis, Kejang Spasme

DIAGNOSIS BANDING Hipoglikemia Tetanus neonatorum Anamnesis: Ibu DM Pemeriksaan: kejang, tremor, letargi atau tidak sadar; bayi kecil (berat lahir < 2500 g atau umur kehamilan < 37 minggu); Bayi sangat besar (berat lahir > 4000 g) Tetanus neonatorum Anamnesis: Ibu tidak diimunisasi tetanus toksoid, malas minum, timbul pada hari ke 3-14, lingkungan kurang higienis, Pengolesan bahan tidak steril pada tali pusat Pemeriksaan: spasme

DIAGNOSIS BANDING (lanj’tn) Curiga Meningitis Anamnesis: hari ke 2 atau lebih Pemeriksaan fisis: kejang, tidak sadar Ubun-ubun besar membonjol, Letargi Tanda-tanda sepsis Asfiksi/ trauma lahir Anamnesis: riwayat resusitasi, timbul pada hari ke 1- ke 4, persalinan dengan penyulit (misal partus lama atau gawat janin) Kejang, tidak sadar, layuh/letargi, gangguan napas, suhu abnormal, mengantuk/ aktivitas menurun Iritabel atau rewel

DIAGNOSIS BANDING (lanj’tn) Perdarahan Intrakranial: Anamnesis: timbul hari ke 1-7, bayi mendadak memburuk/ pucat Pemeriksaan fisis: kejang, tidak sadar, bayi kecil (berat lahir < 2500 g atau umur kehamilan < 37 minggu), gangguan napas berat. Ensefalopati bilirubin: Anamnesis: -ikterus hebat hari ke 2 tidak diobati, ensefalopati timbul hari ke 3 – 7. Pemeriksaan fisis: kejang spastis, opistotonus

MANAJEMEN UMUM Bebaskan jalan napas dan Oksigenasi Medikamentosa untuk memotong kejang Memasang jalur infus intra vena Pengobatan sesuai penyebab.

Medikamentosa Fenobarbital 20 mg/kg berat badan intra vena dalam waktu 5 menit jika kejang tidak berhenti dapat diulang dengan dosis 10 mg/kg berat badan sebanyak 2 kali dengan selang waktu 30 menit. Jika tidak tersedia jalur intravena, dan atau tidak tersedia sediaan obat intravena, maka dapat diberikan intramuskuler Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kg berat badan intravena dalam larutan garam fisiologis dengan kecepatan 1mg/kgberat badan / menit.

Pengobatan rumatan Fenobarbital 3-5 mg/ kg BB /hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara intravena atau per oral, sampai bebas kejang 7 hari. Fenitoin 4-8 mg/kg/ hari intravena atau per oral. Dosis terbagi dua atau tiga.

Pemeriksaan penunjang Untuk mencari penyebab kejang Laboratorium: Darah Rutin Pengecatan Gram Kadar Glukosa darah dengan dekstrostik. Pada kecurigaan infeksi (meningitis) Pemeriksaan darah ditemukan adanya lekositosis (>h 25.000/ mm3) atau lekopenia (< 5000/mm3) dan trombositopenia (< 150.000/mm3) Gangguan metabolik Hipoglikemi (glukosa darah < 45 mg/gl,

MANAJEMEN SPESIFIK Meningitis, pemberian antibiotika. Gangguan metabolik, pemberian cairan infus, cara pemberian minum Ensefalopati hiperbilirubin Hipoksia, jaga patensi jalan nafas dan oksigenisasi. Tetanus/ spasme

Meningitis Antibiotika awal diberikan Ampisilin dan Gentamisin, bila organisme tidak dapat ditemukan dan bayi tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam, ganti Ampisilin dan beri Sefotaksim disamping tetap beri Gentamisin. Antibiotika diberikan sampai 14 hari setelah ada perbaikan

Tabel Dosis antibiotika Ampisilin IV 100 mg/kg setiap 12 jam 100 mg/kg setiap 8jam Sefotaksim 50 mg/kg setiap 12 jam 50 mg/kg setiap 6 jam Gentamisin IV, IM < 2 kg 4mg/kg sekali sehari 3.5mg/kg sekali sehari  2 kg 5mg/kg sekali sehari

Gangguan metabolik Kejang Metabolik ------ sulit ditegakkan karena terbatasnya fasilitas dan kemampuan pemeriksaan penunjang di Puskesmas Gejala klinis tidak khas untuk beberapa kejang metabolik, mis. hiponatremia, hipernatremia dan hipomagnesimia. Manajemen umum diperlukan untuk kejang metabolik ini, dan segera dirujuk Bila tersedia fasilitas pemeriksaan kadar glukosa darah, lakukan manajemen hipoglikemia (Lihat manajemen Hipoglikemia) Dugaan diagnosis kejang disebabkan oleh hipokalsemia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis berupa karpopedal spasme dan riwayat hipoksia atau asfiksia. Untuk kasus ini diberi: Kalsium glukonas 10%, 1-2 ml/kg berat badan dengan aquadest sama banyak secara intravena dalam 5 menit. Dapat diulang setelah 10 menit jika tidak ada respon klinis.

Terapi Suportif Menjaga patensi jalan napas Oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang berlanjut. Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta tunjangan nutrisi adekuat Mengurangi rangsang suara, cahaya maupun tindakan invasif untuk menghindari bangkitan kejang pada penderita tetanus, Dietetik : pasang pipa nasogastrik dan beri ASI peras diantara spasme. Mulai dengan jumlah setengah kebutuhan perhari dan pelan-pelan dinaikkan jumlah ASI yang diberikan sehingga tercapai jumlah yang diperlukan

Spasme/ tetanus Beri Diazepam 10mg/kg/hari dengan drip selama 24 jam atau bolus IV tiap 3 jam, maksimum 40 mg/ kg/hari Bila frekuensi napas kurang 30 kali per menit, hentikan pemberian obat meskipun bayi masih mengalami spasme. Bila tali pusat merah dan membengkak, mengeluarkan pus atau berbau busuk, obati untuk infeksi tali pusat. Beri bayi: Human Tetanus immunoglobin 500 U IM, bila tersedia, atau beri padanannya, antitoksin tetanus 5,000 IU IM.toksoid tetanus IM pada tempat yg berbeda dg tempat pemberian antitoksin Benzyl Penicillin G 100,000 IU/kg BB IV atau IM dua kali sehari selama tujuh hari ( Bila tidak tersedia dapat diberi Penisilin Prokain )

Spasme/ tetanus (lanjutan) Anjurkan ibunya untuk mendapat toksoid tetanus 0.5 ml (untuk melindunginya dan bayi yg dikandung berikutnya) dan kembali bulan depan untuk pemberian dosis ke dua. Hindari rangsang yang berlebihan Perhatikan asupan minuman, kalau perlu dengan ASI peras dengan menggunakan pipa lambung

Kasus : Perdarah subdural Trauma SSP Hidrosefalus. Perlu tindakan bedah, Rujuk

Terimakasih