TEORI DAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
(Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)
Advertisements

ILMU PENETAHUAN SOSIAL KELAS X11 SMK 2 JAMBI
KI kd/indikator materi pustaka
MULTIKULTURALISME MULTIKULTURALISME MULTIKULTURALISME
Pendidikan Kewarganegaraan
 Dua strategi utama namun sangat kontras telah dikembangkan berbagai negara untuk membangun wacana multikultur 1. Pendekatan Interkulturalism  interaksi.
RAS DAN ETNIS Mutia Rahmi Pratiwi Pengantar Sosiologi.
MULTIKULTURALISME DALAM PENDIDIKAN
Epistemologi Nasionalisme
PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE
Kajian Budaya berdasarkan penelitian Stuart Hall
SEJARAH & PENDEKATAN ILMU POLITIK LENI ANGGRAENI, S.PD., M.PD.
MENGELOLA PERBEDAAN “MENUMBUHKAN POTENSI SETIAP KARYAWAN”
SEJARAH PERKEMBANGAN IPS
(2)KARAKTERISTIK IPS SD
 Dalam berbagai situasi dilema, kita harus memilih berdaarkan niat, aksi, cara, konsekuensi, tujuan, situasi dan latar belakang budaya.  Pada pengambilan.
Sastra Korea dapat dibagi menjadi :
SAINS DI SEKOLAH DASAR IMANUEL SAIRO AWANG PRODI PGSD
FILOSOFI PENDIDIKAN KEAKSARAAN
KONSEPSI KEWARGANEGARAAN
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN
PEMIKIRAN TOKOH – TOKOH DALAM ILMU SOSIAL
SELAMAT DATANG MAHASISWA BARU UNJ 2016
Kejujuran berarti integritas dalam segala hal
Masalah-masalah dalam Pendidikan Multikultural
LANDASAN KURIKULUM DEDE ROSYADA.
PERTEMUAN 4 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
AGAMA DALAM PERUBAHAN SOSIAL
Sistem Pers.
Hukum perbandingan pidana
MASYARAKAT MULTIKULTURAL
STRUKTUR SOSIAL & INTERAKSI SOSIAL
KOMPETENSI V PERTEMUAN MINGGU VI
KOMPETENSI !V V PERTEMUAN MINGGU VI
Konsep Diri Menentukan Identitas Individu
KONFIGURASI SISTEM GLOBAL
Antropologi.
1. Mengenal karakteristik peserta didik
Pendekatan seni budaya
3. Kebijakan Pemerintah dalam bidang keagamaan
KOMUNIKASI DAN BUDAYA Reni Dyanasari 2016.
Pendekatan seni budaya
Hukum Kelembagaan Ekonomi Publik
DEMOKRASI DALAM KONSEP POLITIK LOKAL
Epistemologi Pendidikan
ILMU ALAMIAH DASAR MANAJEMEN
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KOMPETENSI INTI (KI) KOMPETENSI DASAR (KD) PPT
Perubahan Sosial Modrenisasi.
Dinamika Pembangunan Desa
Pendekatan seni budaya
HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK
MEDIA PEMBELAJARAN By: Durinda Puspasari.
Feminisme Oleh kelompok 12: Agata Safira
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA
Pancasila adalah ideologi Bangsa Indonesia.
Masyarakat Multikultural
IDENTITAS NASIONAL MASYARAKAT MADANI
Kaitan Antara Komunikasi dan Kebudayaan
Hukum Kelembagaan Ekonomi Publik
Pendekatan seni budaya
Penggunaan Dimensi Belajar
Akuntansi Keperilakuan dalam Retrospek dan Prospek
Meningkatkan Pemahaman Wawasan Multikultural Siswa Sekolah Dasar ( A new Role for Elementary School) Oleh : IRMAWANTY NIM :
Hukum Kelembagaan Ekonomi Publik
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR IIS DEWI LESTARI, M.Pd
ETIKA KOMUNIKASI JURNALISTIK
HUBUNGAN SOSIAL ANTAR KELOMPOK ETNIK
Pendidikan Multikultur
GLOBALISASI DAN PERUBAHAN KOMUNITAS LOKAL Materi Sosiologi Kelas XII Bab 2. (Kurikulum Revisi 2016) Bagian 3.
1.ADHISTI FEBY ANGGRAENY 2.CAHYANINGTYAS IRNA AUGUSTYN 3.EVA LISWIANINGRUM 4.IFA AFIANTI 5.LI’ANAH KELOMPOK 6.
Transcript presentasi:

TEORI DAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL Unit 2

Teori Pendidikan Multikultural Para pakar memiliki pandangan yang berbeda tentang konsep dan teori multikultural. 1. Horace Kallen Jika budaya suatu bangsa memiliki banyak segi, nilai-nilai dll.; budaya itu dapat disebut pluralisme budaya (cultural pluralism). Pluralisme budaya secara operasional menghargai berbagai tingkat perbedaaan, tetapi masih dalam batas-batas menjaga persatuan nasional.

Kallen: masing-masing kelompok etnis dan budaya itu penting dalam memberikan kontribusi unik untuk menambah variasi dan kekayaan budaya Amerika Serikat. Di antara budaya yang bervariasi itu terdapat budaya yang dominan. Tanya: Adakah budaya yang nampak dominan di negeri ini? Jawa, Bali, Tionghoa atau yang lainnya? Dasarnya apa?

Penghargaan atau pengakuan terhadap budaya yang dominan dari Horace Kallen oleh kelompok yang lain dipandang bukan merupakan bagian dari teori multikultural. Lihat pembahasan teori dari Banks mengenai kelompok Afrosentris yang antipati terhadap keberadaan kelompok dominan ini. (http://en.allexperts.com/e/h/ho/horace_kallen.htm)

2. James A. Banks Kalau Horace Kallen perintis teori multikultur, maka James A. Banks dikenal sebagai perintis Pendidikan Multikultur. Pendidikan lebih mengarah pada mengajari bagaimana berpikir daripada apa yang dipikirkan. Siswa perlu diajar untuk memiliki interpretasi sendiri tentang peristiwa masa lalu, yang mungkin penafsirannya berbeda dan bertentangan dengan penafsiran orang lain.

Misalnya, mengapa sampai terjadi perang Diponegoro pada tahun 1825 – 1830? Apakah karena Belanda yang membangun jalan melintasi makam Tegalrejo, Yogya yang disakralkan? Atau oleh Belanda dianggap sebagai suatu pemberontakan politik? Atau kita pandang sebagai perjuangan seorang putra daerah untuk membebaskan diri dari penjajahan bangsa asing?

Di dalam The Canon Debate, Knowledge Construction, and Multicultural Education, Banks mengidentifikasi tiga kelompok cendekiawan yang berbeda dalam menyoroti keberadaan kelompok-kelompok budaya di Amerika Serikat: 1. Tradisionalis Barat, kelompok pluralisme budaya dari Horace Kallen, meyakini bahwa budaya yang dominan dari peradaban Barat yaitu kelompok White, Anglo Saxon dan Protestan.

Mereka berada dalam posisi terancam karena mengesampingkan kelompok feminis, minoritas dan reformasi multikultural. Tradisionalis Barat masih sedikit memberi perhatian pada pengajaran tentang keanekaragaman atau multikulturalisme. Jika peradaban Barat hanya mengajarkan sejarah dan budaya kelompok dominan, apakah tidak akan mengecilkan pentingnya kelompok budaya lain yang turut serta dalam pembentukan Amerika Serikat?

Bagaimanakah kondisi di Indonesia dengan adanya transmigrasi dari Jawa ke pulau-pulau lain? 2. Kelompok Afrosentris, yaitu mereka yang menolak kebudayaan Barat secara berlebihan. Mereka meyakini bahwa sejarah dan budaya orang Afrika seharusnya menjadi sentral dalam kurikulum untuk memotivasi siswa Afrika Amerika dalam belajar.

Tanya: Bagaimana dengan kelompok orang Spanyol yang juga yakin bahwa sejarah dan budaya Spanyol seharusnya menjadi sentral dari kurikulum, atau kelompok Perancis yang ada di daerah Lousiana? 3. Kelompok Multikulturalis, yang percaya bahwa pendidikan harus memperhatikan pengalaman orang kulit berwarna dan wanita.

Kelompok ini sekarang sedang memperjuangkan posisinya di tengah dominasi kelompok yang sudah mapan. (http://www.cwrl.utexas.edu/~daniel/hyper-writingrguments/moskal/ thesolu.html) 3. Bill Martin Dalam bukunya Multiculturalism: Consumerist or Transformational?, Bill Martin menulis:

Jika multikulturalisme menjadi tempat bernaung berbagai kelompok yang berbeda, maka harus menjadi 'pertemuan' dari berbagai kelompok (Martin, 1998: 128). Martin menganggap multikultural sebagai upaya transformasi yang memungkinkan adanya komunikasi tentang berbagai segi pandangan yang berbeda.

4. Martin J. Beck Matustik Semua segi dalam pembicaraan budaya saat ini mengarah pada pemikiran kembali norma Barat (the western canon) yang mengakui bahwa dunia multikultural adalah benar-benar nyata adanya " (Matustík, 1998).

Teori multikulturalisme mengarah kepada liberalisasi pendidikan dan politik Plato. Ia yakin bahwa kita harus menciptakan pencerahan multikultural baru (a new multicultural enlightenment), yaitu "multikulturalisme lokal yang saling berkaitan secara global sebagai lawan dari monokultur nasional" (Matustík, 1998).

5. Judith M. Green Multikulturalisme bukan hanya ada di AS, negara lain pun harus mengakomodasi berbagai kelompok kecil dari budaya yang berbeda. Kelompok-kelompok ini biasanya bersikap toleran terhadap keistimewaan budaya dominan.

Amerika memberi tempat perlindungan bagi minoritas dan memungkinkan mereka melakukan kebudayaannya. Melalui kerjasama, kelompok memperoleh kekuatan dan kekuasaan, membawa perubahan seperti peningkatan upah dan keamanan kerja bagi wanita dan minoritas (Hispanis, Afrika dan Amerika Asli).

Pendidikan dipandang sebagai agen perubahan yang efektif, baik secara personal maupun sosial, sehingga Amerika meraih kesuksesan terbesar dalam transformasi. Amerika sejak kelahirannya memiliki masyarakat multikultural di mana berbagai budaya telah bersatu lewat perjuangan, interaksi, dan kerjasama (Green, 1998).

Pendekatan terhadap Pendidikan Multikultural Perintis Pendidikan Multikultural berasal dari Amerika Serikat yang sudah lama mendalami dan mengembangkannya. Kurikulum Berpusat pada Paham Budaya Utama/Dominan

Amerika Serikat terbentuk dari berbagai kelompok ras, etnis, agama, dan budaya yang berbeda. Sebagian besar kurikulum sekolah, buku teks, lebih berfokus pada kelompok White Anglo-Saxon Protestants (Banks, 1993: 195). Kurikulum berfokus pada aliran utama (budaya dominan) Amerika dan mengabaikan pengalaman, budaya dan sejarah dari kelompok etnis, ras, budaya dan agama yang lain.

James A. Banks berpendapat bahwa kurikulum yang berpusat pada aliran utama (mainstream-centric curriculum) ini dapat menjadi sarana yang memperkuat rasisme dan etnosentrisme, yang diabadikan di sebagian besar sekolah dan masyarakat Amerika.

Kurikulum berpusat pada aliran utama memiliki konsekuensi negatif terhadap siswa dari aliran utama, karena dapat memperkokoh rasa superioritas yang keliru (false sense of superiority), memberi konsepsi yang salah tentang kelompok ras dan etnis lainnya, dan tidak memberi kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, perspektif, dan kerangka pikir melalui pengalaman budaya dari kelompok lain.

Kurikulum yang berpusat pada aliran utama juga mengabaikan kesempatan siswa Amerika aliran utama untuk melihat kebudayaan mereka dari sudut pandang budaya lain. Kurikulum berpusat aliran utama berpengaruh secara negatif terhadap siswa kulit berwarna, seperti orang Afrika-Amerika, Hispanis, dan Asia-Amerika.

Beberapa siswa kulit berwarna diasingkan di sekolah tempat dia belajar karena mereka mengalami konflik budaya dan diskontinuitas yang disebabkan perbedaan budaya antara sekolah dengan masyarakat mereka. Sekolah dapat membantu untuk menjadi penengah antara budaya rumah dan sekolah dari siswa kulit berwarna melalui kurikulum yang menggambarkan budaya dari kelompok dan komunitas etnis mereka.

Sesudah melihat perspektif bangsa Amerika, sekarang silakan Anda mencoba membandingkannya dengan kondisi di Indonesia.

Upaya Menyusun Kurikulum Multikultural Sejak gerakan hak-hak sipil tahun 1960-an, para pendidik sedang mencoba mengintegrasikan kurikulum sekolah dengan materi etnis dan mengubah kurikulum yang berpusat pada aliran utama (main stream). Sulit merumuskan tujuan sekolah karena adanya berbagai pertimbangan yang kompleks, terutama dari ideologi Kaum Asimilasionis.

Perlawanan ideologis (ideological resistance) merupakan faktor utama yang memperlambat perkembangan multikultural, termasuk perlawanan politis (political resistance) terhadap kurikulum multikultural. Mengapa? Mereka berpandangan bahwa kemunculan kurikulum multikultural bisa dianggap sebagai kekuatan baru yang membahayakan eksistensi dari kelompok yang menjadi aliran utama.

Kurikulum yang berpusat pada aliran utama berusaha mempertahankan status quo, sedangkan multikulturalisme dianggap akan membenarkan dan mempromosikan perubahan sosial dan rekonstruksi sosial. Jadi ada tiga posisi utama yang dapat diidentifikasi dalam perdebatan ini, yaitu Tradisionalis Barat, Afrosentris, dan Multikulturalis.

Faktor lain yang memperlambat pelembagaan kurikulum multikultural mencakup rendahnya tingkat pengetahuan tentang budaya etnis dari sebagian besar pendidik, dan beratnya beban pelajaran. Tahap-tahap Integrasi Materi Multikultural ke dalam Kurikulum Ada empat pendekatan yang mengintegrasikan materi etnis dan multikultural ke dalam kurikulum:

Pendekatan kontribusi (the contributions approach). Paling luas dipakai dalam fase pertama dari gerakan kebangkitan etnis (ethnic revival movement). Juga sering digunakan jika sekolah mencoba mengintegrasikan materi etnis dan multikultural ke dalam kurikulum aliran utama.

Ciri pendekatan kontribusi: memasukkan pahlawan etnis dan benda-benda budaya yang khas ke dalam kurikulum, yang dipilih dengan menggunakan kriteria budaya aliaran utama. Elemen budaya yang khas seperti makanan, tari, musik dan benda kelompok etnis dipelajari, namun hanya sedikit memberi perhatian pada makna dan pentingnya budaya khas itu bagi komunitas etnis.

Karakteristik penting dari Pendekatan Kontribusi: kurikulum aliran utama dalam struktur dasar, tujuan, dan karakteristiknya tidak berubah. hanya mencakup pengetahuan dasar mengenai masyarakat AS, dan pengetahuan tentang pahlawan etnis (aliran utama), peranan, dan kontribusinya terhadap masyarakat dan budaya AS.

Pendekatan kepahlawanan dan hari libur nasional adalah varian dari pendekatan kontribusi, misalnya Cinco de Mayo, HUT Martin Luther King, dan Minggu Sejarah Afrika Amerika.

2. Pendekatan Aditif (Additive Approach) Pendekatan ini mengintegrasikan materi etnis dalam kurikulum dengan penambahan materi, konsep, tema dan perspektif tanpa mengubah struktur, tujuan dan karateristik dasarnya. Penambahannya bisa berupa buku, unit, atau bidang dalam kurikulum tanpa mengubah isinya, misalnya The Color Purple tentang abad duapuluh, Miss Jane Patman tentang era 1960an, atau Perang Dunia II di kelas sejarah Amerika Serikat.

Pendekatan aditif dilakukan dengan memasukkan materi etnis ke dalam kurikulum tanpa restrukturisasi, dan dapat menjadi fase awal dalam upaya reformasi untuk menyusun kurikulum baru. Kelemahannya terletak pada peristiwa, konsep, isu, dan masalah yang diseleksi dengan menggunakan kriteria dan perspektif Eurosentris dan aliran utama.

Pendekatan aditif gagal membantu siswa melihat masyarakat dari perspektif budaya dan etnis yang berbeda dan memahami hubungan sejarah dan budaya dari kelompok etnis, ras, budaya, dan religi yang berbeda. Menambahkan materi etnis ke dalam kurikulum secara sporadis dapat menyebabkan masalah pedagogis, kesulitan bagi guru, kebingungan siswa, dan kontroversi dalam masyarakat.

3. Pendekatan Transformasi (transformation approach) Tidak seperti pada pendekatan pertama dan kedua, dalam pendekatan transformasi ada perubahan dalam tujuan, struktur, dan asumsi dasar dari kurikulum. Kurikulum ini menumbuhkan kompetensi siswa dalam melihat konsep, isu, tema dan problem dari beberapa perspektif dan sudut pandang etnis.

Kurikulum esensial yang terdapat dalam reformasi kurikulum multikultural meliputi berbagai perspektif, kerangka pikir, dan materi dari berbagai kelompok yang dapat memperluas pemahaman siswa akan sifat, perkembangan, dan kompleksitas masyarakat AS.

Jika mempelajari sejarah, bahasa, musik, seni, sains, dan matematika, penekanan seharusnya bukan pada cara-cara di mana berbagai kelompok etnis dan budaya itu telah berkontribusi pada aliran utama budaya dan masyarakat AS, tetapi bagaimana budaya dan masyarakat AS muncul dari sintesis dan interaksi elemen-elemen budaya yang berbeda yang berasal dari berbagai kelompok budaya, ras, etnis, dan agama yang akhirnya membentuk masyarakat Amerika

Konsepsi akulturasi ganda (multiple acculturation conception) dari masyarakat dan budaya AS mengarah pada perspektif bahwa peristiwa etnis, sastra, musik, dan seni menjadi bagian integral yang membentuk budaya AS secara umum.

4. Pendekatan Aksi Sosial (Social Action approach) Mencakup semua elemen dari pendekatan transformasi, dengan menambahkan komponen yang mempersyaratkan siswa membuat keputusan dan melakukan aksi yang berkaitan dengan konsep, isu, atau masalah yang dipelajari dalam suatu unit.

Tujuan utama dari pendekatan ini adalah mendidik siswa untuk memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, melakukan kritik dan perubahan sosial, serta ketrampilan dalam membuat keputusan untuk mengadakan aksi sosial . Dalam pendekatan ini, pengajar menjadi agen perubahan sosial (agents of social change) yang meningkatkan nilai-nilai demokratis pada siswa.

AKHIR UNIT 2