Intelligence Quotient & Prestasi Belajar Sowanya Ardi Prahara, MA. Fakultas Psikologi UMBY 2014
Intelligence Quotient (IQ) Salah satu cara yang sering digunakan untuk menyatakan tinggi rendahnya tingkat inteligensi mengkonversi skor tes inteligensi ke dalam tabel Norma. Angka normatif hasil tes inteligensi dinyatakan dalam bentuk rasio (Quotient) dan dinamakan Intelligence Quotient (IQ). Inteligensi dengan IQ merupakan dua hal yang berbeda. Inteligensi merupakan kemampuan umum yg menyangkut aktivitas mental tertentu.
Cont... Sedangkan, IQ adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Jadi IQ hanya menunjukkan sedikit indikasi taraf kecerdasan seseorang, tidak keseluruhan. Tidak semua Tes Inteligensi menghasilkan angka IQ, karena IQ bukan satu2nya cara menyatakan tingkat inteligensi. Misal: Tes RPM (CPM, APM & SPM) berupa tingkatan atau taraf kecerdasan, lalu dikategorikan ke dalam taraf kecerdasan.
Sejarah IQ Tahun 1912, William Stern memperkenalkan pertama kalinya istilah Intelligence Quotion. Istilah IQ pertama kali digunakan secara resmi oleh Lewis Madison Terman, ketika menerbitkan revisi Binet tahun 1916. Pertama kali secara resmi, IQ dihitung berdasarkan hasil tes inteligensi Binet. Dengan membandingkan skor tes dengan usia kronologisnya. Dengan rumus : IQ = (MA/CA) x 100
Mental Age Usia mental merupakan norma pembanding, yaitu norma performansi pada kelompok usia tertentu. Misalkan : kelompok Anak usia 8 tahun mampu mengerjakan 24 soal, 24 soal dijadikan norma utk anak usia 8 th, dan disebut usia mental 8 tahun. Bila anak mampu menngerjakan 24 soal memiliki usia mental 8 tahun, sekalipun usia kronologisnya 7 ataupun 10 tahun.
Cronological Age Usia kroologis adalah usia anak sejak dilahirkan yg dinyatakan dalam satuan bulan atau tahun. Jadi, anak usia 8 th dpt menjawab 24 soal usia mentalnya 8 th. IQ = (8/8) x 100 = 100 Jadi, anak dg usia mental yg sama dg usia kronologisnya, IQ yg didapatkan 100 berinteligensi normal. Bila usia mental lebih tinggi dr usia kronologis di atas normal. Sebaliknya, berinteligensi di bawah normal.
Keterbatasan Rasio MA/CA Gagasan pokok dalam perumusan rasio MA/CA adalah perbandingan relatif usia ental dan kronologis. Seorang berinteligensi normal diharapkan pd usia 5 th akan mencapai usia mental 5 tahun, dst. Karena itulah batasan pengertian inteligensi normal. Pada kenyataanya hubungan linier tidak ada. setelah memasuki remaja akhir, usia mental sso tidak bnk berubah cenderung menurun. Usia kronologis dari waktu ke waktu bertambah terus. Dengan demikian jika dilakukan perbandingan maka angka IQ diperoleh semakin kecil Perhitungan IQ dg MA/CA tidak diteruskan lg.
Perumusan IQ-Deviasi Dg ada keterbatasan tersebut, David Wechsler memperkenalkan konsep perhitungan IQ yg disebut IQ-Deviasi. Dlm statistik angka yg dinyatakan dlm deviasi standar disebut skor standar. Skor standar = m + s [(X-M)/sx] m = mean skor standar yg diinginkan S = deviasi standar yg diinginkan X = skor mentah yg akan dikonversi M = mean distribusi skor mentah yg diperoleh
Distribusi IQ & Klasifikasi Inteligensi IQ yg diperoleh dari hasil tes, digunakan sebagai dasar melakukan klasifikasi tingkat inteligensi. Dalam suatu populasi besar, distribusi skor IQ akan mengikuti model sebaran normal yg berbentuk lonceng simetris dg mean berada di tengah, Angka kecil ada di sblh kiri dan angka besar berada si sebelah kanan.
Gambar distribusi normal
Cont... Gambaran distribusi IQ tersebut diharapkan akan berlaku pula pada populasi subjek lain yg bukan kelompok khusus atau pilihan tidak homogen. Shg jarang ditemui orang dg inteligensi sangat rendah ataupu sangat tinggi. Mereka masuk ke dalam individu berinteligensi tidak normal.
Perkembangan mental & Kesetabilan IQ Terdapat dua metode dalam mempelajari perkembangan kemampuan mental, yaitu: Studi Longitudinal Perekaman dan pencatatan yg dilakukan sepanjang kehidupan/ periode kehidupan seseorang pada subjek tertentu saja. Oleh karena itu hanya dapat menggunakan subjek sedikit. Studi Cross Sectional Perekaman dan pencatatan hanya dilakukan pada kelompok subjek yg mewakili periode-periode kehidupan yg berbeda. Hasil studi disimpulkan sebagai keseluruhan periode kehidupan terkait.
Cont... Perubahan IQ mengandung arti perubahan kemampuan mental, begitu juga sebaliknya. Stabilitas pertumbuhan mental memang menunjuk kepada konstansi IQ. Pertumbuhan kemampuan mental dipengaruhi oleh lingkungan yang baik maupun yg buruk. Pertumbuhan dan perkembangan mental tidak berlangsung seumur hidup. Pertumbuhan mental mulai dg pesat di awal usia belasan tahun dan puncaknya sekitar 20an.
Cont... Wechsler menduga puncak perkembangan kemampuan mental pada usia 20an. Harvard Growth Study menunjukkan peningkatan intelektual dapat terjadi hingga usia 30 tahun. Dengan catatan tes inteligensi bersifat pengukuran hasil belajar dan hasil interaksi dg lingkungan, maka performansi intelektual tidak akan berhenti tumbuh pada usia belasan. misalnya : org yg berpendidikan cukup & terlibat dlm aktivitas tg memerlukan kerja intelektual akan berada pd tingkat performansi intelektual tinggi.
Kesimpulan Pertumbuhan kemampuan mental yg maksimal terjadi hingga menjelang usia 20an. Perkembangan semakin melambat untuk selanjutnya tidak memperlihatkan perkembangan yg berarti. Komponen mental tergantung pada pengalaman dan pendidikan. Adanya perbedaan angka IQ yg dilaksanakan dlm waktu yg berbeda tidak selalu menjadi bukti adanya perubahan intelektual, apabila perbedaan yg terjadi tidak cukup besar.
Inteligensi & Prestasi Belajar
Prestasi dlm Belajar Orang berinteligensi tinggi biasa diharapkan dapat memperoleh prestasi belajar tinggi. Inteligensi merupakan ability to learn (kemampuan untuk belajar). Begitu sebaliknya, kemudahan belajar disebabkan oleh tingkat inteligensi yg tinggi. Pengertian umum, belajar adalah perubahan perilaku yg diakibatkan pengalaman atau hasil interaksi individu dengan lingkunganya. Pengertian khusus, belajar perolehan pengetahuan dan kecakapan baru. Pengertian prestasi/ keberhasilan belajar dapat dilihat dr bentuk indikatornya seperti nilai rapor, indeks prestasi studi, agka kelulusan, dll.
Sarana & perlengkapan belajar Internal Eksternal Fisik Psikologis Fisik Sosial Panca indra Kondisi fisik umum Dukungan sosial Pengaruh budaya Non-Kognitif Minat Motivasi Var kepriadian Kognitif Bakat Inteligensi (umum) Tempat belajar Sarana & perlengkapan belajar Materi belajar Kondisi link belajar
Cont... Keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yg bersumber dari dalam (internal) maupun dr luar (eksternal). Dari gambar tersebut inteligensi hanya merupakan salah satu faktor yg ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Interaksi antar faktor tersebut yg menjadi determinan/ penentu hasil akhir proses belajar individu. Anggapan yg salah bahwa hasil tes IQ yg rendah merupakan vonis akhir, individu yg bersangkutan tidak mungkin mencapai prestasi yg baik. Hal tersebut tidak saja dapat mengurangi self-esteem (harga diri), tapi dpt menghancurkan motivasi untuk belajar, awal dari segala kegagalan.
Implikasi Pendidikan Anak yg memiliki inteligensi abnormal, baik sangat tinggi (superior) maupun sangat rendah (inferior) sama-sama menimbulkan permasalahan dalam dunia pendidikan. Perlunya perlakuan khusus terhadap anak didik yg tergolong memiliki tingkat inteligensi tidak biasa. Misal : anak low/ tinggi memerlukan pendampingan pembelajaran sesuai dg kemampuan mereka. Tidak bijaksana memperlakukan sama anak anak yg memiliki potensi berbeda.
Cont... Anak slow learner akan merasakan siksaan disekolah maupun di rumah karena ketidakmampuannya. Akan merasa rendah diri, sampai menarik diri dari pergaulan dan merasa tidak pernah sejajajr dengan temannya. Anak superior akan merasa pelajaran yg diterima terlalu mudah. Melihat teman-temannya bodoh. Rasa kebosanan dikelas timbul dari kurangnya tantangan trouble maker/ withdrowl, serta tidak berkembang potensinya.
Cont... Perhatian khusus thd proses belajar anak berbakat belum banyak diberikan. Hal tersebut disebabkan : Masalah identifikasi terhadap anak berbakat Belum adanya guru yg kompeten Ketidak tahuan orang tua dan masyarakat mengenai hal tesbt. Sekolahan di Indonesia blum dirancang menampung perbedaan individual. Banyak guru berasumsi bahwa semua murid sama.