PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
Advertisements

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)
Oleh : Tanti Novianti, MSi
Syahirul Alim Fungsi Linnear Penerapan dalam Ekonomi
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR
Keseimbangan ekonomi dua sektor
KONSUMSI & INVESTASI Samuelson Ch. 22
KONSUMSI DAN TABUNGAN Y = C + S KONSUMSI
BAB 6 HUBUNGAN LINEAR Kuliah ke 4.
Mengukur Aktivitas Ekonomi
KONSUMSI DAN TABUNGAN Y = C + S KONSUMSI
12/23/08 MULTIPLIER MODEL.
KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL (PEREKONOMIAN TERTUTUP)
CONSUMPTION & INVESTMENT
Keseimbangan ekonomi dua sektor
Tabungan dan Investasi dalam perhitungan Pendapatan Nasional
FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN.
Aplikasi fungsi linier
Keseimbangan Ekonomi 2 Sektor
KESEIMBANGAN PASAR UANG DAN PASAR BARANG (IS-LM)
Keseimbangan Ekonomi 2 Sektor
EKONOMIKA 2 Berbagai Pengertian dalam Ekonomi Makro
Pertemuan 5 Pemikiran Makro Ekonomi Keynes
MODEL PEREKONOMIAN DUA SEKTOR
DETERMINAN GNP PENGANTAR TEORI EKONOMI
KESEIMBANGAN EKONOMI DUA SEKTOR
Perekonomian Dua Sektor
Pendapatan Nasional dan Pendapatan Disposibel
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR
PENDAPATAN NASIONAL Fauziyah, S.E., M.Si..
PERTEMUAN 11 APA YANG MENENTUKAN PENDAPATAN NASIONAL.
JL. RAYA PUNCAK CISARUA - BOGOR
BAB 9 KONSUMSI DAN INVESTASI
Konsumsi, tabungan, dan investasi
KONSUMSI DAN INVESTASI
KONSUMSI DAN INVESTASI
Dr.H. MUSTIKA LUKMAN ARIEF, SE.,MM.
Teori Ekonomi Klasik dan Keynes
CONSUMPTION & INVESTMENT
BAB 4 Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor
DISKUSI Apa yang dimaksud dengan keseimbangan pendapatan nasional, break event point, MPC dan MPS ??? Jelaskan dampak masuknya pemerintah dalam perekonomian.
Keseimbangan di Pasar Barang
KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL
Pendapatan Nasional Keseimbangan
H. MUSTIKA LUKMAN ARIEF, SE.,MBA.,MM
MEMAHAMI KONSUMSI DAN INVESTASI
KONSUMSI, TABUNGAN DAN INVESTASI
KONSUMSI, TABUNGAN DAN INVESTASI
Rikky Herdiyansyah SP., MSc
KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL (PEREKONOMIAN TERTUTUP)
PENERAPAN FUNGSI LINIER DALAM EKONOMI & BISNIS
CONSUMPTION & INVESTMENT
BAB 4 Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor
04 Pengantar Ekonomi Makro PEREKONOMIAN DUA SEKTOR
Ir. Ginanjar Syamsuar, M.E.
Pokok Bahasan PERHITUNGAN AGREGAT PENDAPATAN NASIONAL
MATAKULIAH PENGANTAR ILMU EKONOMI TRIANI RATNAWURI,S.PD.,M.PD.
Produk dosmetik bruto ( PDB )
KESEIMBANGAN IS-LM Danang Wijayanto, SE., MM. 19/09/2018
Dr. H. MUSTIKA LUKMAN ARIEF, SE.,MM
Materi kuliah Pengantar Ekonomi Makro 3 SKS
Fungsi konsumsi dan tabungan
Keseimbangan di Pasar Barang
KESEIMBANGAN PASAR UANG DAN PASAR BARANG (IS-LM)
PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) WEEK Wilma Cordelia Izaak, S.E,. M.M.
Modul 7-8 Lanjutan Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan Matematika Ekonomi dan Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
PENENTU TINGKAT PENDAPATAN NASIONAL
MAKROEKONOMI 1 Disajikan oleh: Budianto, S.E., M.Si. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar
Transcript presentasi:

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL Terdapat empat kelompok utama pembuat keputusan yaitu rumahtangga domestik, perusahaan, pemerintah dan luarnegeri. Jumlah pengeluaran yang diinginkan mereka membentuk konsumsi yang diinginkan (C), investasi yang diinginkan (I), pembelian pemerintah yang diinginkan (G), dan ekspor neto yang diinginkan (X-M) yang keseluruhannya dinamakan pengeluaran agregat (AE = aggregate expenditure) AE = C + I + G + (X – M) C = pengeluaran konsumsi sektor rumahtangga I = pengeluaran investasi sektor perusahaan G = pengeluaran belanja sektor pemerintah (X-M) = pengeluaran neto sektor luar negeri Perhitungan pendapatan nasional mengukur pengeluaran aktual. Untuk mengembangkan teori determinasi pendapatan nasional kita mulai dengan mengembangkan model yang sangat sederhana melalui model Ekonomi Tertutup yang hanya melibatkan sektor rumah tangga dan perusahaan saja.

Konsumsi dan Tabungan Terdapat dua pilihan rumahtangga dalam menggunakan pendapatan disposabelnya: - untuk konsumsi (barang dan jasa) - untuk tabungan Konsumsi menjadi satu-satunya unsur GNP yang terbesar diantara unsur lainnya (Samuelson) Besarnya konsumsi sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan (ada korelasi positif) Angka statistik menunjukkan bahwa ada pola keteraturan umum dalam cara orang mengalokasikan uang mereka untuk pembelian makanan, pakaian dan barang-barang pokok lainnya.

Pada masyarakat berpenghasilan rendah (miskin) sebagian besar pendapatannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok Bila pendapatannya meningkat maka total konsumsinyapun meningkat pula dengan kualitas yang lebih baik. Tetapi bila pendapatan menjadi lebih tinggi lagi selain konsumsinya meningkat, ada perubahan proporsi pengeluaran, proporsi kebutuhan pokok menurun tetapi proporsi kebutuhan sekunder dan tersier meningkat. Hal ini digambarkan oleh Ernest Engel seorang ahli statistik Persia abad ke-19 melalui kurva Engel. Kurva Engel menjelaskan bahwa tingkah laku keluarga dalam pengeluaran konsumsi (pola konsumsi) berubah-ubah secara teratur bersamaan dengan perubahan pendapatan.

Ilustrasi 7.1. Kurva Engel. Pengeluaran Rumah Tangga Menunjukkan Pola yang Teratur.

Tabungan = adalah bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi, atau tabungan (S) = pendapatan (Y) = jumlah konsumsi (C). Orang kaya menabung lebih banyak dari pada orang miskin bukan saja lebih besar dalam jumlahnya tetapi juga proporsinya. Pada masyarakat berpenghasilan sangat rendah tidak bisa menabung karena pengeluaran konsumsi lebih besar dari pendapatannya. Pada keadaan demikian dikatakan bahwa ada tabungan negatif atau dissaving Pengeluaran konsumsi dapat dijelaskan dalam tiga bentuk yaitu - fungsi konsumsi, - skala (tabel) konsumsi dan - kurva konsumsi. Demikian pula dengan tabungan dapat dijelaskan dalam tiga bentuk yaitu fungsi tabungan, (tabel) dan kurva tabungan

Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan Fungsi konsumsi (linier) C = a + bY dimana: C = jumlah pengeluaran konsumsi a = besarnya konsumsi pada saat pendapatan = 0 b = hasrat konsumsi marjinal (marginal propensity to consume = MPC) Y = pendapatan disposabel Fungsi Tabungan S = - a + (1 – b) Y S = jumlah tabungan a = konsumsi pada saat pendapatan = 0 (1 – b) = hasrat menabung marjinal (marginal propensity to save = MPS). Y = pendapatan disposabel.

Pendapatan Disposabel Tabel 7.1. Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan Rumah Tangga*. Kasus Pendapatan Disposabel (Yd) Konsumsi (C) Tabungan (S) A B C D E F G H I 100 200 300 400 500 600 700 800 40 120 280 360 440 520 680 20 60 80 *) Fungsi Konsumsi C = 40 + 0,80Y Pada saat pendapatan (Yd) < 200 tabungan negatif (dissaving) Pada saat pendapatan (Yd) > 200 tabungan positif

Tabel 7.1. Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan Rumah Tangga*. Kasus Pendapatan disposabel (Yd) Konsumsi (C) Tabungan (S) A O 40 - 40 B 100 120 - 20 C 200 D 300 280 20 E 400 360 F 500 440 60 G 600 520 80 H 700 I 800 680 *) Fungsi Konsumsi C = 40 + 0,80Y Pada saat pendapatan (Yd) < 200 tabungan negatif (dissaving) Pada saat pendapatan (Yd) > 200 tabungan positif

Ada beberapa alasan mengapa masyarakat menabung, diantaranya adalah: Suatu kebiasaan berhemat untuk kesejahteraan di masa yang akan datang Untuk berjaga-jaga dari pengeluaran tidak terduga di masa yang akan datang. Menimbun kekayaan. Untuk tujuan tertentu di waktu yang akan datang. Berdasarkan fungsi konsumsi dan tabungan serta skala konsumsi dan tabungan maka dapat dibuat kurva konsumsi dan tabungan seperti pada Ilustrasi 7.2. Pada saat pendapatan <200, kurva konsumsi ada di atas garis skala berarti C > Y (terjadi dissaving). Pada saat pendapatan > 200, kurva konsumsi ada di bawah garis skala (scale line), berarti C < Y . Pada saat pendapatan = 200, kurva konsumsi berpotongan dengan garis skala, berarti Y = C (break even). Pada saat tersebut berarti S = 0 , keadaan ini digambarkan dengan berpotongannya kurva tabungan dengan garis horizontal.

Ilustrasi 7.2. Kurva Konsumsi dan Tabungan

Dari hubungan pendapatan, konsumsi dan tabungan dapat pula dikembangkan konsep hasrat konsumsi rata-rata (average propensity to consume = APC) dan konsep hasrat menabung rata-rata (average propensity to save = APS). Hasrat konsumsi rata-rata adalah perbandingan besarnya konsumsi pada tiap tingkat pendapatan. Secara matematis dapat dituliskan: APC = C / Y Hasrat menabung rata-rata adalah perbandingan besarnya tabungan pada tiap tingkat pendapatan. Secara matematis dapat dituliskan: APS = S / Y Berdasarkan uraian di atas, dijelaskan bahwa meningkatnya pendapatan disposabel akan diikuti dengan meningkatnya jumlah konsumsi. Namun seberapa besar berubahnya konsumsi yang diakibatkan oleh berubahnya pendapatan disposabel dapat dijelaskan melalui konsep hasrat konsumsi marjinal (marginal propensity to consume = MPC) dan konsep hasrat menabung marginal (marginal propensity to save = MPS). Yang dimaksud dengan hasrat konsumsi marjinal adalah besarnya tambahan konsumsi dari setiap tambahan pendapatan disposabel. Secara matematis dapat dituliskan: MPC = ∆ C / ∆ Y.

Hubungan Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan Hasrat konsumsi rata-rata (average propensity to consume = APC) Yaitu perbandingan besarnya konsumsi pada tiap tingkat pendapatan. APC = C / Y Hasrat menabung rata-rata (average propensity to save = APS). Yaitu perbandingan besarnya tabungan pada tiap tingkat pendapatan. APS = S / Y

Hubungan Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan Hasrat Konsumsi Marjinal (marginal propensity to consume = MPC) yaitu besarnya tambahan konsumsi dari setiap tambahan pendapatan disposabel. MPC = ∆ C / ∆ Y Hasrat Menabung Marginal (marginal propensity to save = MPS). Yaitu besarnya tambahan tabungan dari setiap tambahan pendapatan disposabel. MPC = ∆ S / ∆ Y

Tabel 7.2. Hasrat Konsumsi dan Tabungan Rata-rata Serta Hasrat Konsumsi dan Menabung Marjinal Yd C S APC APS MPC MPS 40 - 100 120 20 1,20 - 0,2 0,80 0,20 200 1,00 0,00 300 280 0,93 0,07 400 360 0.90 0,10 500 440 60 0,88 0,12 600 520 80 0,87 0,13 700 0,86 0,14 800 680 0,85 0,15

Ilustrasi 7.3. Bentuk fungsi konsumsi berdasarkan hubungan antara pendapatan, MPC dan APC Y Y=C C Y Y=C C (a) Kenaikan pendapatan diikuti oleh turunnya APC sedangkan MPC tetap. (b) Kenaikan pendapatan diikuti oleh turunnya APC dan MPC.

MPC dan MPS mempunyai nilai <1 dan >0 atau Ilustrasi 7.3. Bentuk fungsi konsumsi berdasarkan hubungan antara pendapatan, MPC dan APC Y Y=C C MPC + MPS = 1 MPC dan MPS mempunyai nilai <1 dan >0 atau (0 < MPC atau MPS < 1) (c) Kenaikan pendapatan diikuti oleh APC dan MPC yang tetap.

Investasi dan Keseimbangan Pendapatan Investasi adalah penambahan atas barang-barang modal yang dilakukan sektor perusahaan Pengeluaran investasi adalah komponen GDP yang paling mudah berubah dan berkaitan kuat dengan fluktuasi ekonomi. Di dalam makro ekonomi investasi memegang dua peran, yaitu : - komponen pengeluaran yang cukup besar dan berubah-ubah yang berpengaruh pada permintaan agregat dan tingkat output. - akumulasi modal (Misalnya pembelian mesin ,persediaan bahan mentah, dan pembangunan pabrik pakan serta perumahan) Investasi sebagai penghimpunan atas barang modal dibedakan atas: investasi bruto yaitu investasi yang belum memperhitungkan penyusutan investasi neto yaitu investasi yang telah dikurangi oleh nilai penyusutan

- skala (tabel) investasi dan - kurva investasi. Hubungan antara pendapatan dengan investasi dapat digambarkan dalam bentuk : - fungsi investasi, - skala (tabel) investasi dan - kurva investasi. Fungsi investasi merupakan hubungan antara tingkat pendapatan nasional dengan tingkat investasi. Yang secara matematis dapat dituliskan I = Io + aY dimana: Jumlah pengeluaran investasi I0 Jumlah investasi pada saat pendapatan = 0 a Hasrat investasi marjinal (marginal propensity to invest =MPI) yaitu ∆I /∆Y Y Pendapatan nasional Berdasarkan fungsi investasi di atas maka apabila pendapatan meningkat, maka investasi akan meningkat pula. Ada hubungan linier antara investasi dan pendapatan

Dalam hubungannya dengan pendapatan nasional,investasi dibedakan atas investasi otonom (autonomous investment) dan investasi dorongan (induced investment).   I Id Y Ilustrasi 7.4. (a) Investasi dorongan (dipengaruhi oleh pendapatan nasional I Io Y Ilustrasi 7.4. (b) Investasi otonom( tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional

Besarnya konsumsi dan tabungan  sangat tergantung pada besarnya pendapatan disposabel, Kesempatan dan besarnya investasi dipengaruhi oleh Tingkat bunga. Ramalan keadaan ekonomi di masa yang akan datang. Kemajuan teknologi. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya. Keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Pengaruh Tingkat bunga terhadap Investasi Ada hubungan negatif antara tingkat bunga dan investasi Bunga (i) i2 B i1 A I2 I1 I Ilustrasi 7.5.

Pengaruh Ramalan Ekonomi di Masa Mendatang terhadap Investasi i I I’ i0 A A’ i1 B B’ I0 I1 I0’ I1’ I Ilustrasi 7.6. Apabila ramalan ekonomi di masa mendatang baik maka investasi akan meningkat pada berbagai tingkat bunga sehingga kurva investasi akan bergeser ke kanan

■ Pengaruh Pendapatan Nasional dan Perubahannya terhadap Investasi ■ Pengaruh Kemajuan Teknologi terhadap Investasi Perbaikan teknologi  kegiatan menjadi lebih efisien. Pada setiap tingkat bunga akan ada pertambahan investasi sehingga kurva investasi akan bergeser ke kanan (Ilustrasi 7.6) ■ Pengaruh Pendapatan Nasional dan Perubahannya terhadap Investasi Apabila Y meningkat  Yd meningkat  C akan meningkat  perlu tambahan investasi. Oleh karena itu peningkatan pendapatan nasional akan meningkatkan investasi pada berbagai tingkat bunga sehingga kurva investasi akan bergeser ke kanan

■ Pengaruh Keuntungan Perusahaan terhadap Investasi Bila keuntungan tinggi  produk yang dihasilkan mempunyai prospek yang baik di pasar dan baik untuk ditingkatkan  akan mendorong meningkatnya investasi pada berbagai tingkat bunga (kurva investasi akan bergeser ke kanan) Masalah investasi baik dalam menentukan jumlahnya maupun kesempatan melakukannya tergantung pada konsep efisiensi investasi marjinal (marginal efficiency of investment = MEI). Investasi yang efisien akan memberikan laba tinggi. Oleh karena itu investor akan berharap bahwa tingkat efisiensi investasinya akan lebih besar dari pada tingkat suku bunga bank. Konsep tersebut menerangkan bahwa investasi akan dilakukan apabila MEI > tingkat bunga (i)

Masalah investasi baik dalam menentukan jumlahnya maupun kesempatan melakukannya tergantung pada konsep efisiensi investasi marjinal (marginal efficiency of investment = MEI). i Ia MEI ib I Ia IB Ilustrasi 7.7. Motivasi pokok dari investasi  keuntungan max, (waktu sekarang – akan datang) Faktor ekonomi pokok yang menentukan investasi adalah - biaya investasi (tingkat bunga), - harapan keuntungan di masa yang akan datang. Investasi akan dilakukan bila MEI > i

Pengeluaran Agregat Pengeluaran agregat adalah jumlah pengeluaran untuk konsumsi, investasi, belanja pemerintah dan ekspor neto. Dalam perekonomian sederhana (dua sektor) pengeluaran agregat AE = C + I. Fungsi pengeluaran agregat menghubungkan antara tingkat pengeluaran riil (AE) yang diinginkan dengan tingkat pendapatan riil (Y).

Pendapatan Nasional Seimbang (Ekuilibrium) Dikatakan seimbang antara pengeluaran konsumen untuk barang dan jasa dengan produsen dalam menghasilkan barang dan jasa. Kegiatan konsumen adalah membelanjakan pendapatannya dan sisanya di tabungkan ( Y = C + S). Dari sisi produsen, pendapatannya adalah barang yang dihasilkan terdiri dari barang konsumsi dan investasi (Y = C + I)  pendapatan nasional dikatakan seimbang apabila C + S = C + I atau pada saat S = I.

Penghitungan Pendapatan Nasional yang Seimbang Pendekatan Tabungan Investasi (S , I) Pendapan nasional yang seimbang akan terjadi apabila S = I. Apabila S = Y – C maka: Y – C = I Y – (a + bY) = I Y – a – bY = I Y – bY = a + I ( 1 – b ) Y = a + I maka

Penghitungan Pendapatan Nasional yang Seimbang Pendekatan Konsumsi dan Investasi (C + I) Dengan cara yang sama melalui pendekatan Y = C + I maka akan diperoleh persamaan pendapatan nasional yang seimbang yaitu pada saat dimana 1 / (1 – b) merupakan angka pelipat (koefisien multiplier) atau k. Karena b = MPC maka: k = 1 / MPS.  

Multiplier (Perlipatan) Pendapatan masyarakat (y) digunakan untuk konsumsi (C) dan tabungan (S)  Y=C+S Bila pendapatan meningkat  konsumsi meningkat pula ΔY  ΔC + ΔS dimana ΔY = ΔC + ΔS Bila konsumsi meningkat  akan ada pendapatan yang meningkat ΔC  ΔY Demikian seterusnya sampai efeknya makin lama makin kecil Multiplier adalah suatu proses yang menunjukkan berapa besar perubahan pendapatan nasional yang terjadi sebagai akibat adanya perubahan investasi. Koefisien Multiplier =

Proses multiplier akan berlangsung sempurna apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Penerima tambahan pendapatan akan membelanjakan kembali uangnya sebesar MPC nya Tambahan pendapatan yang diterima dibelanjakan hanya untuk membeli barang-barang buatan dalam negeri. Bila dibelanjakan untuk barang luar negeri maka akan terjadi kebocoran (leakage) Besarnya hasrat konsumsi masyarakat (MPC) tidak berubah.

Tabel 7.3. Proses Multiplier dalam Angka Bagaimana proses terjadinya efek multiplier yang diakibatkan oleh adanya tambahan investasi dapat dijelaskan sebagaimana tampak pada Tabel 7.3. Tabel 7.3. Proses Multiplier dalam Angka ΔI ΔY ΔC ΔS 100 (0,60) x 100 (0,60)2 x 100 (0,60)3 x 100 - (0,60)nx 100 0,60 x 100 (0,60)4 x 100 (0,60)n+1 x 100 0,40 x 100 (0,40)2 x 100 (0,40)3 x 100 (0,40)4 x 100 (0,40)n+1 x 100 Jumlah 1/(1 – 0,60) x 100 1/(1-0,60) x 0,60(100) 1/(1060)x0,40(100)

Bila efek multiplier telah terhenti maka berarti pendapatan nasional berada pada keseimbangan yang baru. Dengan demikian konsumsi dan tabungan pun ada pada keseimbangan yang baru pula. Pada tingkat keseimbangan pendapatan nasional yang baru terdapat fungsi konsumsi dan tabungan yang baru: Untuk konsumsi: C1 = Co + C C = MPC x Y maka C1 = Co + MPC x Y Untuk tabungan: S1 = So + S S = MPS x Y maka S1 = So + MPS x Y Untuk pendapatan nasional: Y1 = Yo + k. I Yo =

Proses Perlipatan (Efek Multiplier) melalui Kurva I, S S E1 I1, S1 I1 E0 Δ I I0, S0 0 Y0 Y 1 Y Ilustrasi 7.8. Keseimbangan awal = Y0 (saat S = I) Karena ada tambahan Investasi sebesar ΔI maka kurva I bergeser I  I Keseimbangan pendapatan nasional bergeser dari Y0  Y1 ; ada kenaikan Y sebesar ΔY dimana ΔY > ΔI Hal ini disebabkan ada proses perlipatan (multiplier) akibat perubahan investasi (ΔI)

Prtoses Perlipatan karena Perubahan Jumlah Tabungan (Paradoks Kehematan) I, S S1 ΔS S0 I0,S0 E0 I I1, S1 E1 0 Y1 Y0 Y Ilustrasi 7.9. Keseimbangan awal =Y0 (saat I = S0) Karena ada tambahan tabungan sebesar ΔS maka kurva S0  S1 Akibatnya keseimbangan bergeser Y0 Y1, dimana Y1 < Y0 Akibat kenaikan tabungan sebesar ΔS mengakibatkan Y turun sebesar ΔY dimana ΔY > ΔS, hal ini disebabkan adanya proses multiplier Dalam kasus ini terjadi Paradoks Kehematan

Yang Perlu Diingat dalam Perhitungan Pendapatan Nasional Pendapatan nasional seimbang bukanlah berarti pendapatan nasional yang baik Pendapatan nasional seimbang berarti tidak ada lagi efek multiplier yang berpengaruh terhadap jumlah pendapatan nasional perubahan salah satu komponen pendapatan nasional Pendapatan national dipandang baik bila pendapatan nasional tinggi, tidak ada pengangguran (underemployment) Apabila ada pengangguran berarti aktifitas produksi belum beroperasi secara optimal (fullemployment)

Pendapatan Nasional dilihat dari Potensi Produksi I, C Y=C+I C+I Def. gap E 0 YE YFN Y Ilustrasi 7.10a. Deflationary Gap I, C Y=C+I E C+I Inf. gap 0 Y FN YE Y Ilustrasi 7.10b. Inflationary Gap