Spiritualitas Ketidaksempurnaan Henry JM. Nouwen
Titik tolaknya: dinamika pembentukan spiritualitas dan spiritualitas yang dihidupi Nouwen Spiritualitas Holistik. Spiritualitas Ketidaksempurnaan.
1. Spiritualitas Holistik Spiritualitas dan Psikologi : diintegrasikan. “Nouwen mampu menyeimbangkan kesadarannya akan dinamika pemikiran manusia dengan keterbukaannya terhadap karya-karya Roh”. “Aku tersembunyi dalam Allah dan aku harus menemukan diriku sendiri dalam relasi tersebut.”
Spiritualitas dan Pelayanan Ispirasi Kitab Suci: “mencintai sesama seperti mencintai diri kita sendiri”. Cinta pada Allah dan cinta pada sesama manusia tidak dapat dipisahkan. (bdk. 1 Yoh 4:20-21) Penyatuan itu merupakan ‘perkawinan’ spiritualitas vs pelayanan.
Spiritualitas dan Teologi Bagi Nouwen teologia sebagai “bentuk doa yang tertinggi”. “Ia seorang teolog pastoral, seseorang yang menjadikan teologi menjadi nyata dan menjadi teologi yang hidup.” Ia selalu mendesak meletakkan pengetahuan kita akan Allah (teologi) pada konkrit.
Fakta tak tersangkal bahwa Spiritualitas Holistik (terintegrasi) berdampingan dengan Situasi Ketidaksempurnaan manusia. D. Spiritualitas berintegrasi dengan psikologi menjadi psikologi ketidak-sempurnaan menuju pada sebuah keutuhan. “diambil atau dipilih, diberkati, dipecah-pecah, dan dibagikan.” “hidupnya menjadi roti dan anggur spiritual, tubuh dan darah rohani, bagi sesama.”
E. Spiritualitas beritegrasi dengan pelayanan merupakan pelayanan ketidaksempurnaan menuju pada pelayanan yang penuh kuasa. Jalan Allah yang membuat diri lemah dalam Kristus untuk memenangkan manusia. Paulus: “Justru dalam ‘kelemahan’lah kuasa yang sejati, kuasa Allah, menjadi sempurna dalam pelayanan [kita].”
E. Spiritualitas berintegrasi dengan teologi menjadi teologi ketidaksempurnaan dimana persatuan dengan Allah ditempuh melalui jalan penderitaan menuju kemuliaan. Persatuan dengan Allah adalah persatuan dengan dan melalui penderitaan. Jalan salib (penderitaan-kematian) menuju pada kebangkitan (kemuliaan).
2. Spiritualitas Ketidaksempurnaan Pendekatan Terintegrasi pada pemeliharaan jiwa dan perkembangan spiritual. Pendekatan holistik. Nouwen menggabungkan antara pelayanan penyembuhan, pemeliharaan, dan pembimbingan. Peran pastor – imam – nabi: penyembuh – penunjang hidup kini – pembimbing hidup masa depan.
B. Dinamika Pelayanan Holistik Pelayan yang sejati adalah penyalur rahmat untuk membangun hospitalitas. Hospitalitas adalah pelayanan untuk menolong, melayani, memelihara, membimbing dan menyembuhkan.
Perjalanan Rohani dari Ketidaksempurnaan Nouwen menyadari kerapuhan manusia. “Mereka yang berpikir telah mencapai kesempurnaan, sesungguhnya telah tersesat. Mereka yang berpikir telah mencapai tujuan mereka, sesungguhnya telah melewatkannya.” Jelaslah, “perjalanan spiritual bagi Nouwen tidaklah pernah tentang mencapai kesempurna-an, melainkan tentang berjuang untuk hidup dalam relasi dengan Allah yang dalam dan memiliki arti, yang akan menghasilkan buah-buahnya dalam kehidupan sesama.”
Ia tidak ragu membagikan kerapuhannya, bahkan ia “menjadi cermin bagi kita semua umat Kristiani yang setiap hari gagal menjadi ‘sempurna seperti Bapa (kita) di surga sempurna adanya.’” Kehidupannya yang transparan menghasilkan buah kebenaran bahwa hanya di dalam kesadaran penuh akan keterbatasannya, mampulah seseorang menemukan persediaan kuasa dan rahmat Allah yang cukup.
Saat ULTAH ke-54, dia share: Nouwen tak pernah berhenti bergulat untuk mendapatkan kedamaian dan ketenangan jiwanya. Saat ULTAH ke-54, dia share: “Sangatlah sedikit, jika ada yang telah berubah sehubungan dengan pencarianku akan kedamaian dan keharmonisan dalam diri. Aku masih saja orang yang gelisah, gugup, intens, terdistraksi, dan impulsif, orang yang sama seperti ketika aku memulai perjalanan rohani ini.” Ia menyadari bahwa kegelisahan tersebut selalu ada, dan yang penting bahwa semua itu membawanya kembali kepada Allah, Sang Sempurna. Di tengah-tengah ketidaksempurnaannya, Nouwen justru menjadi semakin dekat pada Kesempurnaan.
Yang luka yang menyembuhkan: Capaian spiritualitas seperti itu sering disebut dengan istilah: “penyembuh yang terluka.” Pada kenyataannya, terlukanya Nouwen berfungsi sebagai saluran luas melalui mana kuasa Allah yang tak terbatas dapat diperagakan dengan bebas. “Sesungguhnyalah melalui keberadaan kita yang tidak utuh, rapuh, dan fana inilah kuasa penyembuhan Allah yang kekal dapat dilihat oleh kita”. Yang luka yang menyembuhkan: “Ia membimbing banyak orang melalui tempat-tempat gelap keraguan dan kehilangan iman. Selama melakukan hal ini bagi orang-orang lain, ia sendiri disiksa dengan sangat keras oleh pikiran-pikiran gelap dan kesakitan mental. Ia mengenal kegelisahan dan depresi, dan hanya mampu mendapatkan pelepasan sementara dari hal-hal tersebut.”
Lalu kehidupan rohani: “Sesungguhnyalah melalui keberadaan kita yang tidak utuh, rapuh, dan fana inilah kuasa penyembuhan Allah yang kekal dapat dilihat oleh kita,” demikian Nouwen menyatakan. Lalu kehidupan rohani: Merupakan kehidupan sukacita, namun juga kehidupan pengorbanan. Merupakan kehidupan yang mulia, namun juga kehidupan yang penuh penderitaan. Merupakan kehidupan damai, namun juga kehidupan pergumulan. Kehidupan rohani lebih menyerupai permainan tarik tambang. Ia mengakui: “Ada begitu banyak kontradiksi dalam diriku. … Jarak antara pemahaman dan praktek sangatlah besar.”
Nouwen bergulat terus dengan setia, dan membagikan pengalaman-pengalaman pergu-latan itu dengan bebas. “Dapatkah tekanan dihilangkan dalam sebuah kehidupan yang terintegrasi? … Hanya sedikit yang telah mencapai keutuhan ini. Aku jelas belum.” Seperti yang lain Nouwen mengalam kekeringan, kecapaian, kekosongan dan bahkan kegelapan rohani.
Saat menjadi pastor di L’Arche, Nouwen menemui malam gelap (episode hidupnya yang terburuk) berhubungan dengan putusnya persahabatannya dengan Nathan Ball. Di sinilah aku,… terkapar di tanah dan dalam kegelapan total… Seolah-olah semua yang telah memberi arti pada hidupku diambil dan aku tak dapat melihat apapun di depanku selain jurang yang tak berdasar… Aku merasa Allah telah meninggalkan aku… Kesedihan ini betul-betul melumpuhkan aku… Segalanya telah menjadi kegelapan.”
Walaupun begitu Nouwen memilih kehidupan daripada kematian. Ia mampu “menoleh kembali pada periode hidupnya tersebut dan melihatnya sebagai saat pemurnian yang intens yang membimbingnya kembali secara bertahap pada suatu kebebasan internal yang baru, suatu harapan baru, dan suatu kreativitas baru.” Nouwen setia dalam pergumulan itu. Kenang Nathan Ball, “Begitu seringnya dan dalam begitu banyak cara, Henri mengemukakan keinginannya untuk setia, setia kepada Allah, kepada dirinya sendiri, kepada tuntutan-tuntutan kasih, kepada persahabatan, dan kepada panggilan hidup yang ia pilih sebagai seorang imam.” Kenang teman-teman dekatnya, “Nouwen mungkin saja telah bergumul, namun ia tak pernah mengkompromikan keyakinannya.” “Dibimbing oleh kesadaran yang mendalam bahwa kita dipanggil untuk menjadi tanda yang hidup dari keberadaan Allah yang setia di antara kita,”
Inti keyakinan Nouwen: “meskipun kita sendiri dibebani oleh keterbatasan dan kelemahan-kelemahan kita, kita masih dapat menjadi sedemikian transparan sehingga Roh Allah, sang penasehat ilahi, dapat bersinar melalui kita dan membawa terang kepada sesama.” Ronald Rolheiser menuliskan: “Dengan membagikan pergumulan-pergumulannya sendiri, ia mengajarkan kepada kita semua, membantu kita untuk berdoa ketika kita tidak tahu bagaimana kita harus berdoa, untuk beristirahat ketika kita merasa gelisah, untuk merasa damai ketika dicobai, untuk merasa aman meskipun kita masih kuatir, untuk dilingkupi awan cahaya ketika kita masih berada dalam kegelapan, dan untuk mencintai ketika kita masih merasa tidak yakin.”
Apa yang menjadi dasar sehingga Nouwen bisa bersikap demikian, siapa yang mempengaruhi dia? Jawabnya: YESUS, YESUS-nya Nouwen.
NOUWEN Menanamkan suatu bentuk ideal dari komunitas; Bagi narsistis ia mengajarkan nilai kehidupan yang penuh kasih; Ingin bergerak ke atas (berhasil dan produktif) tapi ia memilih gerak ke bawah (kerendahan hati dan pengorbanan diri) Bagi yang terluka yang butuh pemulihan dan penyembuhan, ia menekankan nilai penting pemeliharaan dan bukan penyembuhan jiwa; Bagi generasi yang mengaku “spiritual” (cari kuasa dan kesempurnaan), ia tampilkan teologi kelemahan, ketidakberdayaan, dan ketidaksempurnaan.