Penyumbang Emisi Gas Rumah Kaca Terbesar Kehutanan dinilai sebagai sektor terbesar penyumbang pencemaran gas rumah kaca. Pemerintah pusat telah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca secara nasional sebesar 26 persen secara sukarela dan 41 persen dengan dukungan mitra internasional hingga tahun 2020. Separuh dari target 26 persen tersebut diharapkan disumbang dari sektor kehutanan. Menurut Kepala Pusat Kerjasama Luar Negeri Kementerian Kehutanan Agus Warsito, sumbangan terbesar emisi gas rumah kaca tersebut sebenarnya hanya terjadi ketika peristiwa kebakaran hutan pada tahun 1997-1998. "Kami terus melakukan rehabilitasi hutan yang rusak dengan target 1,6 juta hektar pada tahun ini. Tapi sulit dilaksanakan karena terkendala dana," kata Agus. Pada Kamis (30/9/2010), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengkoordinasi proses konsultasi untuk penyusunan s trategi nasional pengurangan emisi k arbon dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD Plus) di DIY. Penyusunan REDD Plus ini melibatkan pemangku kepentingan di tingkat nasional maupun daerah sebagai tindak lanjut dari penyempurnaan strategi nasional yang sebelumnya telah disusun Kementerian Kehutanan. Konsultasi tahap pertama untuk region Jawa di DIY digelar dua hari sejak Kamis untuk memperoleh masukan terkait profil dan penyebab laju deforestasi dan degradasi hutan serta tingkat emisi gas rumah kaca di masing-masing daerah. "Implementasi dari REDD Plus ini masih sekitar satu dua tahun lagi," tambah Staf Ahli Menteri Bidang Mitigasi dan Penanggulangan Bencana Bappenas Bemby Uripto. Agus menambahkan alokasi dana dari pemerintah sebesar Rp 5 triliun per tahun ke Kementerian Kehutanan belum mencukupi untuk target rehabilitasi hutan yang membutuhkan dana hingga puluhan triliun rupiah. Agus berharap upaya penurunan emisi gas rumah kaca juga tidak berdampak signifikan terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi. "Sektor pertambangan di wilayah kehutanan cukup memberikan sumbangsih besar ke pendapatan negara," katanya. Emisi gas rumah kaca berdampak pada naiknya temperatur bumi sehingga tinggi air laut turut meningkat. Jika dibiarkan, hal ini akan berdamp ak pada eksistensi negara Indonesia yang berbentuk kepulauan. Melalui penyusunan REDD Plus, masyarakat internasional diharapkan akan melihat tertatanya rencana pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia yang bagus sehingga bergairah membantu terutama lewat jual beli karbon.