PERTEMUAN KE – 12 M.K. TINGKAH LAKU IKAN TINGKAH LAKU IKAN TERHADAP CAHAYA ASEP HAMZAH
2
GILL NET LINGKAR, LIFT NET, PANCING PERKEMBANGAN METODE PENANGKAPAN IKAN CAHAYA JEPANG TAHUN 1900 NORWEGIA TAHUN 1930 UNI SOVIET TAHUN 1948 INDONESIA TAHUN 1950 PURSE SEINE, PAYANG, GILL NET LINGKAR, LIFT NET, PANCING
Perkembangan penggunaan jenis-jenis cahaya pemikat ikan (fishing lamp) di Indonesia Incandescent Lamp (1972 - present) Lampu listrik Mercury Lamp (1987 - present) And then, the development of fishing lamp in Indonesia can be summarized as follows In the beginning, the torch was used for attracting fish in shallow coastal waters until 1950s. And then, the use of kerosene lamp had started for the bagan fisheries. It still widely used until now. The use of electric lamps for fishing was begun in 1972 for incandescent lamp, 1987 for mercury lamp and 1992 for fluorescent lamp. For the purpose of the technology transfer from traditional non-electric lamp to electric lamp for light fishing in Indonesia, the light intensity should be compared in order to avoid the use of the excessive light intensity. Obor (Till 1950s) Petromaks (1950s - present) Fluorescent Lamp (1992 - present) 4
Pressured kerosene lamp FISHING LAMPS Pressured kerosene lamp Incandescent lamp Metal Halide lamp Halogen lamp Fluorescent lamp Mercury lamp 5
Cahaya yang optimum untuk Memikat ikan LIGHT FISHING Alat Bantu Tingkah laku Ikan Alat Tangkap Lingkungan Metode menduga kekuatan cahaya Keragaan keluaran cahaya masukan Pengamatan sebaran cahaya di bawah air dibandingkan Model Simulasi The objective of this study is to optimize the catchability of light fishing through the better understanding of the underwater light distribution with the power output arrangement of its fishing lamps. The main target for this study is the bagan fisheries in Indonesia To achieve this purpose, a series of experiments and simulations were carried out, such as: Estimation method of total lumen for fishing lamp, Light output performance of kerosene lamp, Underwater light distribution and its simulation model under the bamboo-platform, as well as the relation of catch to illuminated area and volume in the bagan fisheries. Pola Simulasi untuk sebaran cahaya di bawah air Cahaya yang optimum untuk Memikat ikan Hasil Tangkapan 7
Proses tertangkapnya ikan oleh jenis alat tangkap menyangkut sejumlah interaksi yang cukup pelik. Berkaitan dengan mekanisme alat tangkap dan dengan tingkah laku ikan. Sering dijumpai berbagai kegagalan penangkapan dikarenakan kurangnya pengetahuan yang cukup tentang tingkah laku ikan yang menjadi tujuan penangkapan Dengan memahami pengetahuan tentang tingkah laku ikan diharapkan akan diperoleh berbagai hal yang berguna, yang dapat mengoptimalkan efisiensi suatu alat tangkap
Penggunaan cahaya dalam proses penangkapan ikan sangat SIFAT IKAN : FOTOTAXIS POSITIF Penggunaan cahaya dalam proses penangkapan ikan sangat terkait dengan sifat fototaksis, Ikan-ikan akan terkumpul dalam bentuk gerombolan (schooling) dan berada pada jarak tertentu dari sumber cahaya. Pendekatan respon mata ikan terhadap iluminasi cahaya dalam proses penangkapan ikan, akan dapat diketahui tingkat ketertarikan ikan terhadap cahaya yang dapat membantu dalam keberhasilan penangkapan ikan.
RETINA MATA IKAN Retina merupakan proyeksi dari otak dan terdiri dari berbagai tipe sel yang meliputi 8 lapisan dan 2 membran. Retina ini terdapat pada salah satu lapisan pada mata ikan dengan ketebalan berkisar 90-500 µm, sedangkan lapisan sel penglihatannya mempunyai ketebalan 30-200 µm Morfologi retina mata ikan bertulang belakang (Nicol, 1989)
RETINA MATA IKAN Keterangan : 1. Inner limiting membrane 6. Outer plexiform layer 2. Nerve fiber layer 7. Outer nuclear layer 3. Ganglion cell layer 8. Outer limiting membrane 4. Inner plexiform layer 9. Cone and rod layer 5. Inner nuclear layer 10. Retinal pigment epithelium
Sel kon berhubungan dengan adanya cahaya (photopic) dan sel rod STRUKTUR DAN FUNGSI RETINA MATA IKAN Ikan bertulang keras memiliki jenis retina duplek, dimana pada retina terdapat sel rod dan sel kon. Kontraksi dan ekspansi pada sel kon dan rod sebagai respon terhadap perubahan cahaya disebut dengan retinomotor response. Terang Gelap Sel kon berhubungan dengan adanya cahaya (photopic) dan sel rod berhubungan dengan kondisi gelap (scotopic). Pada saat ada cahaya maka sel-sel kon akan bergerak ke limiting membrane dan sebaliknya dalam kondisi gelap akan digantikan oleh sel rod. Sel kon Sel rod
CONE INDEX RETINA MATA IKAN Adaptasi mata ikan dihitung dengan menggunakan Cone Index dan Pigment Index (Arimoto et al., 1988; Baskoro, 1999) A C P B CI = C/A x 100% PI = P/A x 100% CI= Cone Index, PI= Pigment Index; A= jarak dari dasar lapisan pigmen ke lapisan terluar membrane; C= jarak dari dasar lapisan pigmen ke pusat elipsoid cone; P= jarak dari dasar lapisan pigmen ke lapisan tip pigment
PROSES ADAPTASI MATA IKAN TERHADAP CAHAYA PERIKANAN TANGKAP TEKNOLOGI ALAT TANGKAP ALAT BANTU PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN SIFAT FOTOTAKSIS MATA IKAN PROSES ADAPTASI MATA IKAN TERHADAP CAHAYA RETINA MATA IKAN CONE INDEX CAHAYA LAMPU PERMUKAAN LAMPU BAWAH AIR ILUMINASI CAHAYA RESPON IKAN TERHADAP STIMULI CAHAYA TINGKAH LAKU IKAN TERHADAP CAHAYA PROSES DAN PENGEMBANGAN PENANGKAPAN IKAN
CAHAYA Nilai iluminasi (lux) akan menurun dengan semakin meningkatnva jarak dari sumber cahaya karena mengalami pemudaran Pemudaran intensitas cahaya di air terjadi secara eksponensial Pemudaran energi secara vertikal berbeda untuk setiap panjang gelombang. Pemudaran energi cahaya dirumuskan dengan hukum eksponensial (Pickard dan Emery, 1990) : I(z) = Io. e -kz I(z) = intensitas cahaya pada kedalaman z (candela) Io = intensitas radiasi yang masuk ke permukaan air k = koefisien pemudaran vertikal di dalam air z = kedalaman air (m)
Respon ikan terhadap cahaya Kemampuan ikan mendeteksi cahaya dalam air, 2x mata manusia Ikan mampu membedakan warna Bersifat phototaxis positif vs negatif + : teri, layang muda, petek Keberadaan cahaya asosiasi ikan indikasi makanan Intensitas optimum - spesifik species ikan Distribusi vertikal harian berbagai jenis ikan
Guiding barrier (sero) Hand Line (pancing ulur) TYPES OF LIGHT FISHING IN INDONESIA Purse seine Lift-net (bagan) While, the types of light fishing in Indonesia are: lift-net (called bagan in Indonesia), purse seine, encircling gillnet, guiding barrier (called sero) and hand line ( called pancing kulit air or cigi-cigi ). Among of these types, Bagan is the most popular for light fishing in Indonesia and it is also the true light fishing, due to it is never operated without attracting lamp Guiding barrier (sero) Hand Line (pancing ulur) Encircling gillnet 17
GILL NET
Bagan Raft bagan Fixed bagan One-boat bagan Two-boat bagan Floated bagan There are 2 types of bagan; one is the fixed bagan in the shallower coastal area and another one is the floated bagan And then floated bagan can be further classified into 4 types, that is: raft bagan, one-boat bagan, two-boat bagan, and engine-boat bagan Engine-boat bagan 19
METODE PENGOPERASIAN BAGAN This figure shows the general fishing method of bagan, which represented by the boat bagan The fishing operation is started by turning-on of the lamps. Then, setting of the net is begun with lowering the net. When the lamps have attracted enough amounts of the target species, so, the box-shaped net is ready to lifted. Before it is lifted, the light intensity of fishing lamps are reduced. The net is pulled and the fish school are collected from the box-shaped net by using the long-handle scoop net. This method is conducted repeatedly until the dawn came. METODE PENGOPERASIAN BAGAN 21
Jenis Lampu Pemikat di Perikanan Bagan Petromak Lampu Fluorescent Lampu Mercury Therefore, in order to compare the output performance among the different types of light sources, the simple method to estimate the total luminous flux or lumen was examined with the Rousseau diagram analysis through the illuminance measurement by Lux-meter. 22
Alat Pengukur Performa Output Lampu Sederhana
CONTOH PENGUKURAN CAHAYA DI UDARA 180° 150° cd 120° 90° 1 meter 60° 30° 0° Digital Lux Meter 5180 lm Pola sebaran luminous intensity lampu mercury (250 W, 220 V) pada Bagan Rambo CONTOH PENGUKURAN CAHAYA DI UDARA
CONTOH PENGUKURAN CAHAYA DI UDARA
Pengukuran sebaran iluminasi cahaya di bawah air bagan rakit Lampu petromak Sea surface 1 m interval, horizontally Tali & connecting cable Therefore, in order to compare the output performance among the different types of light sources, the simple method to estimate the total luminous flux or lumen was examined with the Rousseau diagram analysis through the illuminance measurement by Lux-meter. 1 m interval, vertically Underwater lux sensor Pemberat 26
CONTOH POLA SEBARAN CAHAYA DALAM AIR LAMPU PETROMAK PADA BAGAN RAKIT
Di analisis dan dibandingkan Sebaran cahaya di bawah air Digunakan untuk mengoptimumkan Catchability Performa Output Lampu Diketahui When the output performance of fishing lamp was clearly known, it would facilitate for optimizing the catchability of light fishing, by means of the power output arrangement of the light sources. Thus, the output performance of kerosene lamp should be examined and compared for controlling the distribution pattern of underwater light intensity for attracting target species. Di analisis dan dibandingkan Sebaran cahaya di bawah air 28
Pola sebaran vertikal iluminasi cahaya (lux) bagan motor 2400 watt
Pola sebaran vertikal iluminasi cahaya (lux) bagan motor 2400 watt
CONTOH POLA SEBARAN CAHAYA DALAM AIR LAMPU MERCURI 16,4 KW PADA BAGAN RAMBO (SUDIRMAN 2003)
Tidak Ya Performa output lampu Metode sederhana untuk mengestimasi total lumen Total lumen Bentuk lampu Pengukuran langsung sebaran cahaya di bawah air Model simulasi sebaran cahaya di bawah air Pola sebaran cahaya di bawah air Sesuai ? Perbaikan Tidak Ya Pengaturan pola sebaran cahaya yang optimum Jumlah Hasi Tangkapan Daya tangkap optimum Efisiensi pemakaian cahaya Rasionalisasi penggunaan lampu Optimasi transfer teknologi sumber cahaya Hemat Energi
Jenis Bahan Reflektor Lampu yang Digunakan Pada Bagan Perahu ALUMINIUM LAMP SHADE PLASTIC LAMP SHADE Jenis Bahan Reflektor Lampu yang Digunakan Pada Bagan Perahu
Aluminium Lamp Shade (kg) Plastic Lamp Shade (kg) 1 10 100 1000 Aluminium Lamp Shade (kg) Plastic Lamp Shade (kg) barracuda frigrate mackerel hairtail Indian squid striped mackerel purse eyed scad sardine scad mackerel anchovy TOTAL CATCH COMPARISON BASED ON DIFFERENT LAMP SHADE OF BOAT BAGAN DURING 8 NIGHTS OPERATION
THE UNDERWATER LIGHT INTENSITY DISTRIBUTION -14 -7 7 14 HORIZONTAL DISTANCE (m) -30 -25 -20 -15 -10 -5 D E P T H ( m ) 88.0 55.0 31.5 -14 -7 7 14 HORIZONTAL DISTANCE (m) -30 -25 -20 -15 -10 -5 D E P T H ( m ) 75.0 50.0 26.0 20.0 14.0 9.0 7.0 5.0 3.0 2.0 1.5 0.8 0.1 135.0 105.0 80.0 55.0 32.0 18.8 11.5 6.5 4.0 2.1 0.5 260.0 85.0 4.5 3.7 2.5 1.9 1.0 108.0 75.0 50.0 24.0 16.0 12.0 8.0 6.0 3.5 1.8 1.2 19.5 16.5 10.4 7.5 5.0 3.0 2.0 1.0 0.1 0.0 115.0 86.0 60.0 45.0 24.0 16.0 10.5 3.5 2.5 1.5 0.5 140.0 95.0 65.0 22.0 17.5 12.0 9.0 6.0 4.5 2.8 75.0 50.0 26.0 3.0 2.0 1.0 0.1 0.0 0.0 0.0 Unit : lux A Unit : lux B THE UNDERWATER LIGHT INTENSITY DISTRIBUTION PATTERN OF BOAT BAGAN A : BAGAN WITH ALUMINIUM LAMP SHADE B : BAGAN WITH PLASTIC LAMP SHADE
PERKEMBANGAN LIGHT FISHING DI JEPANG Alat Pancing Squid jigging Pole & line Hook & line Alat Jaring Scoop Net Stick held dip-net Purse seine
Perkembangan penggunaan jenis-jenis cahaya pemikat ikan (fishing lamp) di Jepang Wooden Torch (Till the 1900s) Acetylene and Kerosene Lamp ( the 1910s - 1930s) Incandescent Lamp ( the 1930s - at present) Mercury Lamp ( the 1950s) Fluorescent Lamp and Metal Halide Lamp (HID) ( the 1980s - at present) Halogen Lamp ( the 1970s - at present) Sources: Imamura, Y. (1972) and Inada, H. and Ogura, M. (1988)
Sejarah Singkat Perkembangan Alat Tangkap Cumi-cumi (Squid Jigging) di Jepang Simple hollow bamboo with hooks 1st Stage (before 1457) 2nd Stage (1457-1950) Tsuno, Tombo, and Sokumata 3rd Stage (1451-1955) Asarisiiki and Suzuran 6th Stage (1965-Now) Automatic jigging machine 4th Stage (1956-1957) Ichirenshiki 5th Stage (1958-1964) Hand roller jigging reel Source: Igarashi, S. (1978)
TERIMA KASIH MULYONO S. BASKORO