ASSALAMUALAIKUM WR.WB
MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME IPA DI SD
Model pembelajaran Konstruktivisme IPA SD PENGERTIAN APLIKASI DAN CONTOH Model pembelajaran Konstruktivisme IPA SD KARAKTERISTIK ALIRAN
PENGERTIAN Model pembelajaran konstruktivisme adalah model pembelajaran yang menekankan pada pengetahuan awal siswa sebagai tolok ukur dalam belajar. Dalam proses belajar mengajar guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna. Dengan kata lain, peserta didik harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing-masing.
KARAKTERISTIK Menekankan pada pengetahuan awal siwa yang diperoleh dari luar bangku sekolah Pada saat belajar ditekankan pada kegiatan minds- on dan hands-on Ada perubahan konseptual saat belajar yang menjembatani antara konsepsi awal siswa dan pengetahuan baru Siswa secara aktif membangun pengetahuannya sehingga siswa harus terlibat dalam proses pembelajaran Dalam proses pembelajaran terjadi interakksi sosial antara siswa dan antara siswa dengan guru
KONSTRUKTIVISME RADIKAL KONSTRUKTIVISME SOSIAL KONTRUKTIVISME PERSONAL PIAGET ALIRAN KONSTRUKTIVISME SOSIAL KONTRUKTIVISME PERSONAL
APLIKASI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME PRINSIP TAHAPAN APLIKASI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME IMPLIKASI CONTOH APLIKASI
PRINSIP lima prinsip-prinsip petunjuk konstruktivisme yang dapat diaplikasi di dalam kelas menurut Ernset dan Brook (1999), antara lain. Memberikan permasalahan yang relevan dengan siswa Mengorganisasi pembelajaran pada konsep-konsep utama Mencari dan menilai sudut pandang siswa Mengadaptasi kurikulum sesuai dengan kayakinan- keyakinan yang dimiliki siswa Menilai pembelajaran siswa dalam konteks pengajaran
TAHAPAN Eksplorasi Diskusi dan Penjelasan Konsep Mengungkapkan Konsepsi Awal untuk membangkitkan motivasi Eksplorasi Diskusi dan Penjelasan Konsep Pengembangan dan Aplikasi Konsep
IMPLIKASI Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, jika peserta didik tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Pada akhir proses pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya. Untuk memutuskan (menilai) keputusannya, peserta didik harus bekerja sama dengan peserta didik yang lain. Guru harus mengakui bahwa peserta didik membentuk dan menstruktur pengetahuannya berdasarkan modalitas belajar yang dimilikinya, seperti bahasa, matematika, musik dan lain-lain.
CONTOH 1. Fase Eksplorasi Diperlihatkan tanah berisi cacing dan diajukan pertanyaan: “Apa yang kau ketahui tentang cacing tanah?”. Semua jawaban siswa ditampung (ditulis dipapan tulis jika perlu). Siswa diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan yang sesungguhnya, dan diberi kesempatan untuk merumuska hal-hal yang tidak sesuai dengan jawaban mereka semula.
2. Fase Klarifikasi Guru memperkenalkan macam-macam cacing dan spesifikasinya. Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka tentang cacing tanah. Guru memberikan masalah berupa pemilihan cacing yang cocok untuk dikembangbiakkan. Siswa mendiskusikannya secara berkelompok dan merencanakan penyelidikan. Secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menguji rencananya. Siswa mencari tambahan rujukan tentang manfaat cacing tanah dulu dan sekarang.
3. Fase Aplikasi Secara berkelompok siswa melaporkan hasilnya, dilanjutkan dengan penyajian oleh wakil kelompok dalam diskusi kelas. Secara bersama-sama siswa merumuskan rekomendasi untuk para pemula yang ingin ber-“ternak cacing” tanah. Secara perorangan siswa membuat tulisan tentang perkehidupan jenis cacing tanah tertentu sesuai hasil pengamatannya.