Pendapat Tentang Sarjana

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Meningkatkan Rasa Nasionalisme di Era Globalisasi
Advertisements

S K M INFORMATIKA PELITA NUSANTARA.
Pendidikan Tinggi di Indonesia
MODUL 13 PENEMUAN MASALAH 6.1 MENCARI MASALAH Masalah yang dapat diselidiki sebenamya tak terbatas jumlahnya. Namun seorang calon senng mengalami kesulitan.
PANCASILA 4 HAKIKAT PANCASILA
Arti Revolusi Pada tanggal 27 November 1956 diadakan upacara pemberian gelar Doctor Honoris Causa kepada Bung Hatta oleh Universitas Gadjah Mada, bertempat.
• Aktivitas apa saja yg bisa disebut sebagai aktivitas pendidikan?
Hakikat PKn.
GENERALISASI KONSEP DISIPLIN ILMU SOSIAL DAN KETERHUBUNGANNYA
TEORI KEPEMIMPINAN Muh Azis Muslim.
MAHASISWA & MASA DEPAN INDONESIA
Tata Krama Pergaulan.
MK Filsafat dan Etika Kesejahteraan Sosial Arif Wibowo
Metode Pembelajaran (Ceramah, Ekspositori, Demonstrasi, Drill dan Latihan, Tanya Jawab) Kelompok 6 : Febi Putri Rahmadini Fuji Rahayu Wulandari.
Penulis dituntut untuk menjunjung tinggi posisi terhormatnya sebagai orang terpelajar, dengan jalan menjaga kebenaran hakiki, manfaat, dan makna informasi.
Membawa Orang Lapangan Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, sering kali saya bertemu dengan Bung Hatta dalam rangka tugas pekerjaan saya di Kementrian.
ETIKA PROFESI KEGURUAN
(2)KARAKTERISTIK IPS SD
HUBUNGAN ADAB DI DALAM PENDIDIKAN
Merajut Manusia dan Masyarakat Berdasarkan Pancasila
Wahyu Hidayat, M.Pd. STKIP Siliwangi Bandung 2017
Materi Pertemuan 8 Peran Pendidik dalam Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak Psikologi Anak Berbakat Olivia Tjandra W., M. Si., Psi.
Tawaran dari Bapak Koperasi
PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI
Tugas dan Peranan Guru Dalam Pembelajaran
TEORI KEPEMIMPINAN.
TEORI KEPEMIMPINAN.
PERTEMUAN 4 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
Memahami Konsep Dasar Pendidikan Karakter
Bab 9 Usaha-usaha Pengembangan Guru Sebagai Tenaga Pendidik
MAHASISWA dan indonesia
PENGANTAR SEMINAR.
ORGANISASI, KEPEMIMPINAN & PERILAKU ADMINISTRASI
Sebagai Wartawan Sebagaimana dengan Bung Karno, Bung Hatta meyakini pentingnya peranan pers. Tidak banyak orang yang mengetahui betapa ampuhnya senjata.
Taat pada Aturan Main Beberapa waktu kemudian dapatlah saya berkesempatan melihat lagi sikap disiplinnya dan kejujurannya dalam memegang prinsip-prinsip.
Dialog dalam “Seikere”
Pendidikan karakter Apakah karakter? Apakah pendidikan karakter?
Dialog Seputar KMB Segala sesuatu yang diungkapkan di atas bukan berarti bahwa Bung Hatta tidak pernah marah terhadap saya, ataupun dalam hubungan antara.
Teori-teori dalam studi Kepemimpinan
SOPAN Hormat akan atau kepada ketertiban menurut adab yang baik, merupakan bagian dari perilaku diri yang terekspresi dari kualitas moral, nurani dan juga.
disajikan oleh : Machmud SYAM
Menjadi Promotor Disertasi
Menjadi Tamu Undangan Murase
PENGERTIAN DAN HAKIKAT IPS DALAM PROGRAM PENDIDIKAN
Filosofi Wibawa Setelah pengakuan kedaulatan pada akhir tahun 1949, saya telah kembali dari gerilya ke Jakarta melanjutkan pekerjaan mengkonsolidir kedudukan.
1. Sudah tentu anda pernah SMP dan SMA !
Prolog Sang Sekretaris
ETIKA FILSAFAT DZIKRINA HIRONI, S.Psi HP /
Presented By: Lailatul Hikmah
Mustika Lukman Arief, SE, MBA, MM.
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
KEPEMIMPINAN TEORI DAN STUDI
PERAN GURU DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
H. Mustika Lukman Arief, SE, MBA, MM.
TEORI KEPEMIMPINAN Mustika Lukman Arief.
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Study Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan.
Persiapan Guru sebagai Fasilitator dalam Memberikan
SILABUS SMK NEGERI I SINGKAWANG
PENGANTAR FILSAFAT Oleh: AHMAD TAUFIQ MA. Belajar Filsafat 1. Dari Sejarah Perkembangan Pemikiran: Yunani Kuno – Filsafat Timur Abad Pertengahan Filsafat.
Metode Inkuiri Strategi yang menekankan kepada proses mencari dan menemukan. cara belajar yang bersifat mencari secara logis, kritis, dan analisis menuju.
TEORI KEPEMIMPINAN Muh Azis Muslim.
Pemikiran: Dasar Ekonomi Islam
 IQ (Intelegence Quotient) yang artinya ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang. IQ adalah istilah kecerdasan manusia dalam.
disajikan oleh : Machmud SYAM
SEORANG FIGUR PEMIMPIN MEMBENTUK JIWA DIDAN WATAK ANAK DIDIK BERPERAN DALAM MEMBENTUK DAN MEMBANGUN KEPRIBADIAN ANAK MENJADI SEORANG YANG BERUNA BAGI.
Konsep Dasar Pendidikan Mata Kuliah: Oleh: Pengantar Ilmu PendidikanMawan Eko Defriatno, S.Pd., M.T. Mata Kuliah: Oleh: Pengantar Ilmu PendidikanMawan.
SIKAP ILMIAH DAN PEMBENTUKAN KARAKTER
Surat Balasan Suatu kunjungan ke rumah Bung Hatta yang amat mengesankan ialah waktu saya datang untuk mengambil copy riwayat hidup Sjahrir yang saya minta.
KEWARGANEGARAAN Ary Handayani 1. Menggali sumber sosiologis & politis tentang pendidikan kewarganegaraan di Indonesia Membangun argumen tentang dinamika.
KP.2. Potensi Peserta Didik Tujuan pembelajaran hakekatnya adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan potensinya secara optimal, oleh karena itu.
Transcript presentasi:

Pendapat Tentang Sarjana Pernah pada suatu waktu saya mendapat kesempatan untuk membaca teks pidato Bung Hatta yang diucapkan di hadapan para alumni Universitas Indonesia pada tahun 1957. Sehubungan dengan itu saya ingin mengutip pidato tersebut, yang sampai saat ini merupakan jalan pikiran yang membimbing para mahasiswa dan sarjana yang akan terjun berperan dalam kancah kehidupan masyarakat. Antara lain kata beliau: “Tamat sekolah tinggi tidak berarti sudah volleerd (diakui terhormat). Diploma yang diberikan oleh sekolah tinggi hanya memuat pengakuan, bahwa pemilik diploma itu dianggap cukup syaratnya untuk melakukan studi sendiri dan mengadakan penyelidikan sendiri tentang berbagai masalah yang di dalam alam atau masyarakat, yang dituntutnya. Diploma itu mengandung pengakuan, bahwa si pemiliknya dapat dilepaskan ke dalam masyarakat untuk melakukan sesuatu tugas dengan bertanggung-jawab. Dan tanggung jawab seorang akademiskus adalah intelektual dan moral. Ini terbawa oleh tabiat ilmu itu sendiri, yang ujudnya mencari kebenaran dan membela kebenaran.” Maka ucapan ini terutama adalah mengembalikan fungsi kesarjanaan agar dapat berperan dalam mengelola masyarakat dengan nyata dan berguna. Bagian dari teks pidato yang lain mengatakan, Betapapun juga, universitas dipandang sebagai sumber yang tidak berkeputusan untuk melahirkan pemimpin-pemimpin dan pekerja-pekerja yang bertanggung-jawab di dalam masyarakat. Apabila di negeri-negeri yang telah maju tertanam pendapat semakin lama semakin kuat, bahwa universitas menjadi tempat pendidikan masyarakat, apalagi di negeri-negeri yang terbelakang di dalam kemajuan, seperti Indonesia kita ini. Harapan kepada universitas besar sekali. Kadang-kadang dengan melupakan pertimbangan, apakah perguruan tinggi yang masih muda itu yang tidak lengkap alatnya sekarang sudah dapat melaksanakan harapan itu. Dalam rancangan undang-undang tentang perguruan tinggi kita yang sampai sekarang belum juga dibicarakan oleh parlemen disebut bahwa tugas universitas ialah membentuk manusia susila dan demokratis yang: 1. Mempunyai keinsyafan tanggung-jawab atas kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya dan dunia ini umumnya. 2. Cakap berdiri sendiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan. 3. Cakap untuk memangku jabatan negeri atau pekerjaan masyarakat, yang memerlukan perguruan tinggi. Kemudian perguruan tinggi Indonesia harus pula dapat melakukan penyelidikan dan usaha kemajuan dalam segala lapangan ilmu pengetahuan, kebudayaan dan kehidupan kemasyarakatan. Apabila membentuk manusia susila dan demokratis yang insyaf akan tanggung-jawabnya atas kesejahteraan masyarakat nasional dan dunia seluruhnya menjadi tujuan yang terutama dari pada perguruan tinggi, maka titik berat dari pada pendidikannya terletak pada pembentukan karakter, watak. Memang, itulah menurut pendapat saya tujuan daripada universitas atau sekolah tinggi. Ilmu dapat dipelajari oleh segala orang yang cerdas dan tajam otaknya, akan tetapi manusia yang berkarakter tidak diperoleh dengan begitu saja. Pangkal segala pendidikan karakter ialah cinta akan kebenaran dan berani mengatakan salah dalam menghadapi sesuatu yang tidak benar. Pendidikan ilmiah pada perguruan tinggi dapat melaksanakan pembentukan karakter itu, karena seperti saya katakan tadi, ilmu ujudnya mencari kebenaran dan membela kebenaran. Sikap guru besar yang bertanggung jawab serta cara ia mengonggokkan soalnya dan memecahkan masalah yang terletak di dalam lingkungan ilmunya adalah satu sumbangan yang besar dalam pembentukan karakter itu. Tetapi itu saja belumlah cukup. Juga mahasiswa sendiri harus ikut serta mendidik dirinya sendiri dengan berpedoman pada cinta akan kebenaran. Ia harus melakukan senantiasa kritik dan koreksi atas dirinya sendiri. Apabila semuanya ini dilakukan dengan segala keinsyafan, maka rasa tanggung-jawab akan tertanam di dalam dadanya. Di dalam alam merdeka itulah, yang menjadi karakteristik dunia perguruan tinggi, mahasiswa menemui suasana yang baik untuk memiliki sifat-sifat yang menjadi pembawaan manusia susila dan demokratis, yaitu kebenaran, keadilan, kejujuran tali kemanusiaan. Dan, memang, manusia susila dan demokratis ini, sebagaimana yang diciptakan oleh perencanaan undang-undang perguruan tinggi kita, dapat menginsyafi tanggung jawabnya atas kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya dan dunia umumnya. Dan mereka pulalah yang akan diharapkan akan menjadi pemimpin-pemimpin yang bertanggung-jawab dalam negara dan masyarakat. Bahwa ilmu terutama menjadi tangan sarjana yang berkarakter tidak dapat disangsikan lagi. Orang yang berkarakter tahu menghargai pendapat orang lain yang berlainan dengan pendapatnya. Ia berani membela kebenaran yang telah menjadi keyakinannya terhadap siapapun juga. Ia tak segan mempertahankan pendapatnya, sekalipun bertentangan dengan pendapat umum. Tetapi ia juga berani melepaskan sesuatu keyakinan ilmiah, apabila pada waktu logika yang lebih kuat dan kenyataan yang lebih lengkap membuktikan salahnya. Hanya dengan pendirian yang kritis itu ilmu dapat dimajukan. Dalam memelihara dan memajukan ilmu, karakterlah yang terutama, bukan kecerdasan. Kurang kecerdasan dapat diisi, kurang karakter sukar memenuhinya seperti ternyata dengan berbagi bukti dalam sejarah, yang membuktikan semuanya ini. Orang yang mempunyai karakter berani bertanggung-jawab atas pendapatnya, dan berani pula menolak pertanggung-jawab tentang sesuatu yang tidak cocok dengan keyakinannya sendiri. Oleh karena itu tepat pula harapan yang tertanam di dalam jiwa rancangan undang-undang perguruan tinggi kita, bahwa sarjana Indonesia, yang dibentuk sebagai manusia susila dan demokratis, akan cakap berdiri sendiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan. Dengan mempunyai sarjana-sarjana yang seperti itu, pada suatu waktu di masa datang Indonesia tidak saja tahu menerima tetapi juga menyumbangkan pendapat dan buah pikiran ilmiah yang berarti kepada dunia luaran.” Demikian pidato Bung Hatta. Dari ucapan dan pendapat beliau ini, nyatalah bahwa untuk melahirkan seorang sarjana yang berguna bagi masyarakat, mutlak diperlukan pembentukan suatu watak kepribadian di samping menekankan kecerdasan. N. Abdurrachman, Pribadi Manusia Hatta, Seri 12, Yayasan Hatta, Juli 2002