UJI BIOLOGIS nick.astuti@yahoo.co.id EVALUASI INI DITERAPKAN LANGSUNG KEPADA TERNAK. BEBERAPA CARA YANG DIPAKAI DAN TELAH DITERAPKAN DI MASYARAKAT DAPAT DITERANGKAN BERIKUT INI : PERCOBAAN PEMBERIAN MAKANAN (FEEDING TRIAL) PATOKAN PEMBERIAN MAKANAN YANG KINI BANYAK DIGUNAKAN BERASAL DARI CARA INI DAN DIANGGAP CUKUP MURAH DAN MUDAH PELAKSANAANNYA. PERLAKUAN YANG DIBERIKAN ADALAH RANSUM YANG SERBA CUKUP KANDUNGAN ZAT MAKANANNYA KECUALI ZAT-ZAT MAKANAN YANG AKAN DIUJI
INTERPRETASI YANG DIGUNAKAN ADALAH : KONSUMSI YANG TIDAK MENGUBAH BOBOT BADAN –KEBUTUHAN HIDUP POKOK KONSUMSI DIATAS KEBUTUHAN HIDUP POKOK YANG SENILAI DENGAN PRODUK YANG DIHASILKAN-KEBUTUHAN PRODUKSI KONSUMSI DIATAS KEBUTUHAN HIDUP POKOK YANG TIDAK MENGUBAH BOBOT BADAN TERNAK YANG MERUMPUT – KEBUTUHAN AKTIFITAS MERUMPUT KELEMAHAN CARA INI ADALAH : DIPENGARUHI OLEH ISI ALAT PENCERNAAN DIPENGARUHI OLEH STATUS GIZI TERNAK PERCOBAAN BOBOT BADAN TIDAK MENGGAMBARKAN KOMPOSISI TUBUH JIKA BOBOT BADAN TERNAK TETAP TIDAK BERARTI INTEGRITAS ALAT DAN JARINGAN TUBUH DAPAT DIPERTAHANKAN
5. PENYIMPANGAN METABOLISME PADA DEFISIENSI UNSUR MINERAL TIDAK SELALU DAPAT DIUKUR SEBAGAI PERUBAHAN BOBOT BADAN. B. PERCOBAAN NERACA ZAT MAKANAN CARA INI MENDEFINISIKAN KEBUTUHAN SECARA LEBIH KHUSUS. PERBEDAANNYA DENGAN METODE A ADALAH : 1. PERLU MENGUKUR ELIMINASI ZAT MAKANAN DALAM FESES, URIN, AIR SUSU, WOL DAN TELUR, JIKA INGIN MENDAPATKAN KETEPATAN YANG LEBIH TINGGI JUGA ELIMINASI ZAT MAKANAN DARI BUNGKUS TUBUH (INTEGUMENT) 2. PERLU KANDANG METABOLISME, KANTONG TINJA UNTUK TERNAK YANG MERUMPUT.
INTERPRETASI ; 1. NERACA YANG SEIMBANG- KEBUTUHAN HIDUP POKOK 2.NERACA YANG SENILAI DENGAN PRODUK –KEBUTUHAN PRODUKSI KELEMAHAN : 1. LEBIH MAHAL 2. TIDAK DAPAT DILAKSANAKAN DALAM SKALA BESAR TANPA RESIKO MEMPERBESAR KERAGAMAN 3. KETEPATAN PENGUKURAN DIPENGARUHI OLEH KETEPATAN PENAKSIRAN EKSKRESI ZAT MAKANAN ASAL TUBUH
C. PERCOBAAN KATABOLISME PUASA KEBUTUHAN HIDUP POKOK TERNAK DALAM KEADAAN PUASA DIPENUHI DARI KATABOLISME ZAT MAKANAN CADANGAN ASAL TUBUH. CARA INI SERING DIPAKAI UNTUK MENGUKUR KEBUTUHAN AKAN ENERGI UNTUK HIDUP POKOK DARI METABOLISME BASAL (BASAL METABOLISME RATE =BMR) SERTA MENDUGA KEBUTUHAN AKAN PROTEIN DARI EKSKRESI N ASAL TUBUH (ENDOGENOUS URINARY N-EUN) PERSYARATAN YANG HARUS DIPENUHI : 1. HEWAN PERCOBAAN HARUS BERSTATUS GIZI BAIK (ENERGI-PROTEIN) 2. HEWAN DALAM KEADAAN SUHU LINGKUNGAN THERMONETRAL
3. HEWAN PERCOBAAN DALAM KEADAAN ISTIRAHAT 4. DALAM KEADAAN PUASA SELAIN ITU DIBUTUHKAN PULA ADANYA FASILITAS UNTUK MENGUKUR PERTUKARAN GAS DAN KANDANG METABOLISME SUMBER KERAGAMAN YANG MUNCUL ADALAH DARI : 1. KERAGAMAN KONDISI ISTIRAHAT; 2. KERAGAMAN STATUS GIZI; 3. KERAGAMAN STATUS ENDOKRIN (TIROKSIN DAN ADRENALIN) 4. KERAGAMAN UMUR
D. METODE KALORIMETRI 1. LANGSUNG DGN MEGUKUR PRODUKSI PANAS HEWAN PERCOBAAN PADA KEADAAN PUASA ATAU DIBERI MAKAN. CARA INI MEMBUTUHKAN KALORIMETRI HEWAN 2. TIDAK LANGSUNG PENDUGAAN PRODUKSI PANAS DGN TEPAT DAPAT DIKETAHUI DARI KONSUMSI O2 ATAU PRODUKSI CO2 , MAKA KALORIMETER TAK LANGSUNG SERING DIPAKAI. DATA RESPIRASI DAPAT DIGABUNG DENGAN NERACA ZAT-ZAT MAKANAN SEHINGGA SEMUA MASUKAN (CO2, AIR, PAKAN) DAN SEMUA KELUARAN (FESES, URIN, CO2, PRODUK) DAPAT DIUKUR.
D. TEKNIK IN VITRO, IN VIVO DAN IN SACCO TEKNIK INVIVO=SECARA BIOLOGIS TEKNIK IN VITRO DAN IN SACCO DIGUNAKAN UNTUK MENILAI EFISIENSI PENGGUNAAN ZAT-ZAT MAKANAN DENGAN JALAN MENGUKUR KOEFISEN CERNA BAHAN KERING (KCBK) DAN KOEFISIEN CERNA BAHAN ORGANIK (KCBO), NITROGEN AMONIA (N-NH3) DAN ASAM LEMAK TERBANG (VFA=ALA) DIBANDINGKAN DENGAN IN VIVO : INVITRO MEMILIKI NILAI KECERNAAN LEBIH RENDAH JIKA BO (YANG MUDAH DICERNA) DARI BAHAN PAKAN RENDAH KADARNYA SEBALIKNYA JIKA BO BAHAN PAKAN TINGGI MAKA NILAI KECERNAAN IN VITRO LEBIH TINGGI KARENA BO MENGALAMI *RATE OF FERMENTASI*
BAKTERI RUMEN (82%) MAMPU MEBENTUK AA PROTEIN TUBUHNYA DENGAN MENGGUNAKAN NH3 SEBAGAI SUMBER N BAKTERI TIDAK MEMPUNYAI SISTEM ANGKUTAN UNTUK MEMBAWA AA UTUH KE DALAM TUBUHNYA. AKIBATNYA BAKTERI TADI LEBIH SENANG MEROMBAK PROTEIN PAKAN MENJADI NH3, KEMUDIAN NH3 DIBUAT MENAJDI ASAM AMINO BARU (DE NOVO AMINO ACID) UNTUK MEMBWENTUK PROTEIN TUBUHNYA. KEADAAN TERSEBUT MENGUNTUNGKAN BAHWA SEMBARANG N PAKAN (TERMASUK UREA) OLEH BAKTERI RUMEN DAPAT DIUBAH MENJADI PROTEIN MIKROBA.
KERUGIAN YANG TIMBUL ADALAH BAKTERI TIDAK PANDANG BULU DALAM MEROMBAK PAKAN DAN TIDAK MENGENAL BATAS. PROTEIN PAKAN YANG EBRMUTU TINGGI AKAN DIDEGRADASI MENJADI NH3. PRODUKSI NH3 TERUS BERLANGSUNG SAMPAI TERNAK MENDERITA KERACUNAN NH3. KECERNAAN BAHAN ORGANIK PAKAN BERPENGARUH TERHADAP TINGGI RENDAHNYA ENERGI YANG DIHASILKAN. MAKIN TINGGI FERMENTABILITAS BO DALAM RUMEN MAKA PASOKAN ENERGI UNTUK TERNAK BERUPA ASAM LEMAK TERBANG MENINGKAT, SEBALIKNYA APABILA FERMENTABILITAS RENDAH MAKA BERKURANG ENERGINYA CONTOH BAKTERI RUMEN : BAKTERIODES SUCCINOGENES, BUTYRIVIBRIO FIBRISOLVENS, CELLULOLYTIC COCCI DSB.
DALAM RUMEN PENCERNAAN FERMENTATIF ADA DUA PROSES : 1. REAKSI PENGHASIL HIDROGEN (H2) OLEH BAKTERI FERMENTATIF MENGHASILKAN ASAM ASETAT DAN BUTIRAT PRODUKSI H2 YANG TERUS MENERUS (PEBERIAN PAKAN YANG KAYA SERAT) MENGGANGGU REAKSI OKSIDASI REDUKSI YANG MENYEBABKAN Ph RUMEN TURUN. UNTUK MENGATASINYA MAKA PROSES KEDUA YAITU : 2. REAKSI PEMAKAI H2 OLEH BAKTERI ASETOGENIK MENGHASILKAN ASAM PROPIONAT DAN GAS METAN GAS METAN TIDAK BERGUNA BAGI MIKROBIA/INDUK SEMANG TETAPI TERUS DIPRODUKSI DENGAN TUJUAN MEMBELA DIRI DARI PENURUNAN PH.
TEKNIK IN VITRO TEKNIK IN VITRO/KECERNAAN IN VITRO DILAKUKAN DENGAN METODE DUA TNGKAT/TAHAP DARI TILLEY DAN TERRY (1963) YANG DIMODIFIKASI OLEH MOORE TAHAP I MENYIAPKAN DUA ERLEMEYER KAPASITAS DUA LITER, MASING-MASING BERISI LARUTAN SALIVA MC DOUGAL YANG DICAMPUR DENGAN CAIRAN RUMEN DENGAN PERBANDINGAN 4:1. MASUKKAN DALAM WATER BATH DENGAN SUHU 39c. SETELAH SIAP DIMASUKKAN DALAM TABUNG REAKSI YANG BERISI SAMPEL 0.30 G DENGAN JALAN MENGALIRKAN CAIRAN 30 ML BERSAMAAN DENGAN GAS CO2. TABUNG REAKSI SEGERA DITUTUP KEMUDIAN MASUKKAN DALAM RAK DAN DIINKUBASIKAN DALAM WATERBATH DENGAN TEMPERATUR 39C SELAMA 48 JAM
TAHAP II TAHAP INI ADALAH PENCERNAAN ENZIMATIS DGN JALAN MENAMBAHKAN HCL 20% DAN PEPSIN 5% MASING-MASING SEBANYAK 3 DAN 1 ML, INKUBASIKAN LAGI SELAMA 48 JAM. SETELAH 48 JAM SAMPEL DALAM TABUNG REAKSI DISARING DENGAN CRUCIBLE YANG DILAPISI GLASS WOOL. RESIDU YANG DIDAPATKAN DIKERINGKAN DALAM OVEN TEMPERATUR 105c SELAMA 12 JAM UNTUK MENDAPATKAN BAHAN KERING. SELANJUTNYA DITANUR PADA SUHU 550C UNTUK MENDAPATKAN ABU GUNA MENGHITUNG KECERNAAN BAHAN ORGANIK
TEKNIK IN SACCO IN SACCO MERUPAKAN TEKNIK LAIN UNTUK MENGUKUR KECERNAAN, MEMERLUKAN TERNAK PERCOBAAN YANG RUMENNYA BERFISTULA DAN JUGA MEMERLUKAN KANTONG NILON METODE INSACCO ADALAH SUATU METODE PENDUGAAN KECERNAAN DENGAN MENGGUNAKAN KANTONG NILON YANG DIMASUKKAN DALAM RUMEN TERNAK YANG SUDAH BERFISTULA KEUNGGULAN : DAPAT MENGETAHUI/MENGGAMBARKAN KINETIK DEGRADASI PAKAN PADA INKUBASI TERTENTU, PRKTIS, MUDAH, CEPAT DAN BEBERAPA JENIS PAKAN DAPAT DITENTUKAN KECERNAAANYA SEKALIGUS
CARA KERJA : KANTONG NILON DENGAN POROSITAS 46 u DGN UKURAN 15X15 CM, JAHIT PADA TIGA SISI DENGAN KLEM SEHINGGA KANTONG MEMPUNYAI DIMENSI BAGIAN DALAM SEBESAR 6 X 11 CM KANTONG NILON DIBERI TANDA SESUAI DENGAN SAMPEL, WAKTU INKUBASI DAN REPLIKASI KEMUDIAN DIOVEN PADA SUHU 60C SELAMA 24 JAM, LALU DITIMBANG DAN DIDAPATKAN BERAT KOSONG MASING-MASING KANTONG DIISI SAMPEL SEBANYAK 3 GRAM LALU SISI KEEMPAT DITUTUP.
SETELAH SEMUA TERISI RANGKAI KANTONG SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA PADA SAAT INKUBASI PADA MASING-MASING TERNAK TERDAPAT SEMUA PERLAKUAN DENGAN ENAM KINETIK WAKTU INKUBASI YAITU 2,4,8,16,24 DAN 48 JAM DAN KANTONG NILON DITAUTKAN DENGAN TALI PALSTIK PADA CINCIN BESI BERLAPIS CHROM SEBERAT 675 GRAM, KEMUDIAN INKUBASIKAN DALAM RUMEN PENGAMBILAN KANTONG NILON DARI RUMEN DILAKUKAN SESUAI DENGAN PERLAKUAN, SEGERA DICUCI DENGAN AIR YANG MENGALIR SAMPAI BERSIH SETELAH DICUCI KANTONG DIOVEN DENGAN SUHU 80C SELAMA 48 JAM DAN DITIMBANG RESIDU DALAM KANTONG DIANALISIS KANDUNGAN BK DAN BO.
DATA YANG DIPEROLEH ADALAH KINETIK DEGRADASI BK DAN BO DIHITUNG DGN ASUMSI LAJU PARTIKEL (KP) PAKAN KELUAR RUMEN ADALAH 0.06 PER JAM NILAI DEGRADASI TEORI (DT) DICARI DENGAN RUMUS : DT= a+(bc)/(c+Kp) DT = DEGRADASI TEORI a = Fraksi yang mudah terlarut; b= Fraksi yang potensial terdegradasi; c=Laju degradasi fraksi b Kp= laju partikel pakan keluar rumen UNTUK SIAPA NUTRIEN BAHAN PAKAN DIEVALUASI BERMANFAAT UNTUK ANIMAL SCIENTIST PETERNAK/PETANI PIHAK TERKAIT YANG MEMBUTUHKAN
Soal (Jawaban dikirim melalui email) 1. Apakah keunggulan metode in sacco dibanding dengan metode invivo dalam mengukur kecernaan suatu bahan pakan? 2. Jelaskan pencernaan fermentatif dari bahan pakan pada rumen.