http://www.mercubuana.ac.id MODUL X GAYA KEPEMIMPINAN MK. MANAJENEN PERUSAHAAN INDUSTRI Dosen : Liestyowati Ir., ME PROGRAM PKSM SEMESTER GANJIL 2006/2007 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCUBUANA http://www.mercubuana.ac.id TUJUAN INSTRUKSIONAL
kelompok daripada individu dan mendorong bawahannya untuk Kemandirian dan kebebasan bertindak, ingin memperoleh tanggung jawab berpengetahuan dan berpengalaman : managemen partisipatif. Jika persyaratan ini kurang manager mungkin harus mengandalkan gaya otoriter. Tetapi manager dapat mengubah perilakunya begitu bawahan mendapat kepercayaan diri. Akhirnya pilihan gaya kepemimpinan seorang manager harus memperhitungkan kekuatan situasi seperti gaya yang lebih disukai organisasi kelompok kerja tertentu. Robert dan Schmidt Menemukan Gaya kepemimpinan sebagai Model permainan “jumlah nol” (zero zum) semakin berorientasi pada tugas semakin kurang dia berorientasi masalah hubungan. Di universitas OHIO Para peneliti menelaah efektivasi dari perilaku kepemimpinan. Struktur Pemrakarsaan (berorientasi pada tugas) dan perilaku kepemimpinan “pertimbangan” (berorientasi pada karyawan) . Mereka menemukan tingkat perputaran karyawan paling rendah dan tingkat kepuasan paling tinggi dibawah para pemimpin yang dinilai tinggi dalam pertimbangan. sebaliknya pemimpin yang dinilai rendah dalam pertimbangan dan tinggi dalam struktur pemrakarsaan mengalami tingkat keluhan dan tingkat perputaran yang tinggi dikalangan bawahanya. Di Universitas MICHIGAN Ditemukan : kelompok kerja yang paling produktif cenderung punya pemimpin yang berorientasi karyawan daripada yang berorientasi pada produksi. Pemimpin efektif adalah pemimpin yang punya hubungan yang saling menunjang dengan bawahannya cenderung mengandalkan pengambilan keputusan kelompok daripada individu dan mendorong bawahannya untuk menetapkan dan mencapai tujuan kinerja yang tinggi. PENDEKATAN KONTINGENSI TERHADAP KEPEMIMPINAN http://www.mercubuana.ac.id
Lihat gambar 16.5: Fase awal : Gaya manager yang sangat berorientasi pada tugas adalah paling tepat. Harus diberi instruksi tentang tugasnya dan dibuat terbiasa dengan peraturan dan prosedur organisasi. Manager yang tidak mengarahkan menyebabkan kecemasan dan kebingungan. Partisipatif juga tidak tepat karena bawahan beleum dapat dianggap sebagai rekan. Fase dua: Jika mulai mempelajari tugasnya, berorientasi pada tugas tetap pentg, karena mereka belum mampu menerima tanggung jawab penuh. Tapi kepercayaan dan dukungan meningkat. Manager boleh memulai perilaku berorientasi pada karyawan di fase ini. Fase tiga: Kemampuan dan motivasi prestasi bawhan meningkat danmereka aktif mulai mencari tanggung jawab lebih beasr. F.empat : Jika makin lama bawahan lebih percaya diri, mampu mengarahkan diri, dan berpengalaman, manager dapat mengurangi porse dukunga dan dorongan. Mereka sudah mampu berdikari. Teori kepemimpinan sitiasional ini dapat dinamik dan luwes. Motivasi, kemampuan dan pengalaman bawahan harus terus menerus dinilai agar dapat ditentukan kombinasi gaya yang lebih tepat. Jika gaya kepemimpinan tepat akan memotivasi bawahan, juga membantu mereka menjadi matang. Manager harus mengganti gaya scr terus menerus. Sejauh mana manajer dapat memilih gaya pada situasi yang berbeda? Jika manajer luwes dalam gayanya atau jika ia dapat dilatih untuk mengubah gayanya, maka kiranya akan efektif dalam berbagai situasi kepemimpinan. Kekakuan akan menghambat karir pribadi manajer itu sendiri, juga akan sangat menyulitkan tugas organisasi. 2. GAYA KEPEMIMPINAN DALAM SITUASI KERJA: Model Fiedler Asumsinya: bahwa sangat sulit bagi manager untuk mengubah gaya manajemen yang telah membuat dia berhasil. Fiedler yakin bahwa http://www.mercubuana.ac.id