PANDANGAN DASAR EKONOMI ISLAM

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PANDANGAN DASAR EKONOMI ISLAM
Advertisements

TOLERANSI DALAM BERAGAMA
PROBLEM ASASI EKONOMI ISLAM
HADITS KEDUAPULUH EMPAT
ETIKA BISNIS ISLAM IKA RUHANA.
Hukum Islam.
Disusun Oleh : Kelompok 6
Fungsi Al-qur'an bagi kehidupan kita sehari hari
AL-QUR’AN DAN AL-HADIS SEBAGAI PEDOMAN HIDUP
KELOMPOK 2 ANISA KHAFIDA MADINATUL MUNAWAROH NURUL HASANAH
PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IMAM ASY – SYAIBANI
METODOLOGI EKONOMI ISLAM
SOLUSI TERHADAP PROBLEM ASASI
Hk Acara Perdata Peradilan Agama Dr. Gemala Dewi,SH.,LL.M
BAB IX KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
PRODUKSI & PERDAGANGAN
HADITS KEDUAPULUH SATU
SUMBER HUKUM ISLAM.
SISTEM EKONOMI KAPITALISME
IMAN KEPADA MALAIKAT ALLAH.
KEBIJAKAN NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Bab 18 PENGAKUAN PENDAPATAN.
Oleh: Rohmansyah, S.Th,I., M.Hum
Falsafah Dan Konsep Dasar Perbankan Islam Serta Sistem Ekonomi Islam
“TAFSIR AYAT TENTANG PENEGAKAN HUKUM”
SISTEM PERGAULAN HIDUP DALAM ISLAM
PEMBERIAN OLEH PENINGGAL WARISAN PADA WAKTU IA MASIH HIDUP (HIBAH)
Mata Kuliah Tauhid Aqidah akhlak
ETIKA BISNIS ISLAM.
AKIBAT BURUK MENJAUHI DAN MENINGGALKAN AL-QUR’AN
AGAMA ISLAM.
Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu
BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
TEMA-TEMA EKONOMI DALAM TAFSIR TEMATIK
KEADILAN ISLAM.
Spiritualitas Islam dalam Ekonomi & Harta
Ekonomi Islam “Riba/Bunga dan Perekonomian tanpa Bunga”
Islam dan Dasar-Dasar Ekonomi
Login Word Press Silahkan masukkan username dan pasword anda untuk masuk ke dalam sistem Masuk.
SUDAHKAH ANDA SIAP??? BERKONSENTRASILAH!!!!!.
HADITS IJTIMA’I.
MEDIA PENDIDIKAN Disusun oleh : NUR AMIN : KLS : D/4
Sistem Ekonomi Islam Oleh Dadan Hamdani.
Oleh: Anton Sudrajat, MA
Pertemuan V PAI Ekonomi dan Kebudayaan Islam
Assalamualaikum....
Politik dalam Islam Pegangan Guru. Politik dalam Islam Rumusan Masalah 1.Apa itu politik islam? 2.Nilai-nilai dasar dalam politik islam? 3.Apa itu negara.
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Hutang adalah memberikan sesuatu yang menjadi hak milik pemberi pinjaman kepada peminjam dimana pengembalian di kemudian hari dengan jumlah yang sama sesuai.
AZAS-AZAS HUKUM ISLAM.
KONSEP DASAR MANUSIA/INSAN UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
Etika Individu Pebisnis (Akhlaq Pebisnis Muslim)
PENGENDALIAN DIRI, HUSNUDHAN, UKHUWAH
Kesempurnaan Islam.
Manusia & Nilai-nilai Kemanusiaan Oleh: Arianto Achmad
Disusun Oleh: Muhammad Ridwan, S.Pd.I
O. Solihin Blog: Akidah Islamiyyah Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang.
DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 1.PRI HANTANTI MEILI YANA EKONOMI ISLAM.
BAB 1 DASAR-DASAR PENCARIAN KEBENARAN
IMAN KEPADA MALAIKAT ALLAH.
LEADERSHIP AND ENTREPRENEURSHIP
O. Solihin Blog: Akidah Islamiyyah Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang.
JUAL BELI QS. AL Baqarah : 275.
KORUPSI DALAM PANDANGAN POLITIK ISLAM
IMAN KEPADA MALAIKAT ALLAH.
DAKWAH: Saling menasihati dan Berbuat Baik (Ihsan)
AQIDAH UNIT 1 Kelas Bimbingan Dewasa.
AL QUR’AN SOLUSI SEMUA PROBLEMA
Mukjizat dan Fungsi Al-quran
Formula Solusi Aplikatif Menghindari Budaya Hutang.
Transcript presentasi:

PANDANGAN DASAR EKONOMI ISLAM

Ekonomi sosialisme tidak sesuai dengan fitrah manusia. Ada pertanyaan, MENGAPA EKONOMI SOSIALISME HANCUR TERLEBIH DAHULU daripada Kapitalisme? Ekonomi sosialisme tidak sesuai dengan fitrah manusia. Ekonomi sosialisme gagal mewujudkan pertumbuhan sekaligus pemerataan ekonomi. Ekonomi sosialisme menghasilkan kelas baru yang lebih buruk dari kelas sebelumnya. Impian terbentuknya negara komunisme adalah sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan.

MENGAPA EKONOMI KAPITALISME TETAP BERTAHAN? Ekonomi kapitalisme senantiasa memperbaiki kelemahan yang dimilikinya  neokapitalisme Ekonomi kapitalisme sangat sukses dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Ekonomi kapitalisme mampu “menutupi” kegagalannya dalam mewujudkan pemerataan ekonomi. Ekonomi kapitalisme masih menjadi pemain tunggal yang belum memiliki alternatif pengganti.

PANDANGAN DASAR EKONOMI ISLAM Ekonomi Islam memandang bahwa kelangkaan (scarcity) bukanlah problem yang asasi dari ekonomi manusia. Sehingga persoalan produksi, baik APA, BAGAIMANA dan UNTUK SIAPA komoditas akan diproduksi, bukan prioritas pembahasan Ekonomi Islam.

Islam diturunkan tidak secara khusus untuk menyelesaikan problem tersebut. Problem produksi solusinya cukup diserahkan pada akal manusia. Tanpa bantuan dari Islam-pun, akal manusia dengan sendirinya akan mampu menyelesaikan problem produksi barang dan jasa tersebut.

Dalil-dalilnya: HADITS NABI SAW: “Telah diriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW berkata dalam hal penyerbukan korma: أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُم ’Kamu lebih mengetahui urusan-urusan duniamu’ ”. (HR. Muslim) Dan diriwayatkan pula bahwa Rasulullah SAW mengutus dua orang ke negeri Yaman untuk mempelajari pembuatan senjata. (Fathul Kabir Juz III)

PROBLEM ASASI EKONOMI Menurut pandangan Islam, problem ekonomi yang asasi bukan pada masalah produksi barang dan jasa. Masalah produksi dianggap masalah yang mudah untuk diselesaikan. Masalah yang asasi dari ekonomi justru muncul ketika manusia sudah mampu memproduksi barang dan jasa tersebut. Yaitu, ketika barang dan jasa harus beredar di tengah-tengah masyarakat.

Problem ekonomi yang dianggap asasi adalah masalah interaksi manusia yang terkait dengan barang dan jasa di tengah-tengah manusia. Dengan kata lain, problem ekonomi yang asasi adalah yang menyangkut distribusi barang dan jasa di tengah-tengah manusia. Mengapa? Kita dapat meninjaunya dalam 2 aspek, yaitu: Tinjauan fakta Tinjauan Al Qur’an

1. TINJAUAN FAKTA Manusia memproduksi barang dan jasa tidak hanya untuk dikonsumsi sendiri. Faktanya, sebagian besar barang dan jasa yang diproduksi manusia adalah untuk kepentingan atau kebutuhan manusia lain. Aktivitas ekonomi yang paling besar justru didominansi oleh transaksi barang dan jasa di tengah-tengah manusia.

Transaksi itu dapat berupa jual beli, tukar menukar, sewa menyewa, pinjam meminjam, hutang piutang, memberi dan meminta dsb. Kenyataan menunjukkan, bahwa proses transaksi inilah yang lebih banyak menimbulkan problem ekonomi dibanding masalah produksi barang dan jasa. Sumber-sumber konflik, pertikaian, perebutan, keserakahan, kedzaliman, penindasan, ketidakadilan, penyelewengan, penyimpangan, keruwetan, kesalahpahaman dsb. hampir seluruhnya bersumber dari masalah ini.

Sedangkan menyangkut produksi barang dan jasa hampir tidak ada problem yang muncul, karena lebih terukur, mudah dihitung, bisa direncanakan, mampu diproyeksikan oleh akal manusia. Masalah produksi sudah hampir berbanding lurus dengan kemajuan teknologi, sehingga hampir dapat dikatakan bukan masalah ekonomi lagi.

Fakta menunjukkan, bahwa barang dan jasa saat ini sudah mampu diproduksi secara melimpah ruah oleh manusia, bahkan sudah melebihi kebutuhan manusia itu sendiri. Fakta juga menunjukkan bahwa produksi barang dan jasa yang melimpah ruah saat ini tidak terdistribusi secara adil di tengah-tengah manusia.

2. TINJAUAN AL-QUR’AN Tujuan utama diturunkannya Islam adalah untuk menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia di dunia ini. Jika manusia menyimpang dari petunjuk Allah, maka kehidupannya di dunia akan sempit, sengsara dan menderita. Di akherat juga diancam dengan siksa yang sangat berat.

Dalil 1: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS. Al-Baqarah: 185)

Pemahaman dalil 1: Petunjuk bagi kehidupan manusia, maknanya adalah Allah ingin menunjukkan mana langkah-langkah manusia yang benar (haq) dan mana yang salah (bathil) dalam hidupnya di dunia. Dengan kata lain, Islam diturunkan untuk mengatur perbuatan manusia. Selanjutnya, Ekonomi Islam akan terfokus pada perbuatan manusia yang terkait dengan barang dan jasa. Dengan demikian, Islam diturunkan tidak untuk mengatur kuantitas barang dan jasa, tetapi kualitas barang dan jasa.

Dalil 2: 124. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta“ (QS. Thaha: 124).

Pemahaman dalil 2: Berpaling dari peringatanKu, maknanya adalah menyimpang dari petunjuk Islam. Penghidupan yang sempit, maknanya adalah kesengsaraan hidup di dunia. Kesengsaraan hidup, termasuk di dalamnya adalah kehidupan ekonomi itu diakibatkan manusia menyimpang dari petunjuk Islam. Kesengsaraan hidup tidak dikaitkan dengan banyak sedikitnya barang dan jasa yang mampu diproduksi manusia. Pengaturan perbuatan manusia yang terkait dengan barang dan jasa merupakan masalah yang lebih asasi dibanding masalah produksi.

Dalil 3: (QS. Al-Insan: 2-4) Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala.

Pemahaman dalil 3: Allah telah memberi petunjuk jalan lurus, maknanya selain petunjuk Allah adalah jalan bengkok atau jalan kesesatan. Bagi yang mau mengikuti petunjuk disebut manusia bersyukur, yang tidak mau disebut manusia kufur. Allah telah menyiapkan siksa yang sangat berat di akherat bagi manusia yang tidak mau mengikuti petunjuk tersebut. Dengan demikian, mengikuti petunjuk bukan merupakan pilihan bebas bagi manusia. Mengikuti petunjuk merupakan keharusan dan pilihan satu-satunya bagi mereka yang tidak ingin sengsara di dunia dan disiksa di akherat.

Kesimpulan: Problem ekonomi yang asasi menurut pandangan ekonomi Islam adalah masalah distribusi barang dan jasa di tengah-tengah manusia. Ekonomi Islam lebih terfokus pada perbuatan manusianya, bukan terfokus pada kuantitas barang dan jasanya, sebagaimana dalam ekonomi konvensional. Ekonomi Islam bersifat mengikat terhadap seluruh manusia dan Allah telah menyiapkan siksa bagi yang menyimpang darinya.

Akan dibahas setelah UTS SELANJUTNYA... BAGAIMANA PEMECAHAN DARI EKONOMI ISLAM TERHADAP PROBLEM ASASI TERSEBUT? Akan dibahas setelah UTS

SUMBER H. Dwi CondroTriono, Ph.D