A. Penjelasan umum Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan. Hasilnya memberikan alternatif penggunaan lahan dan batas kemungkinan penggunaan serta tindakan pengelolaan yang diperlukan sehingga lahan dapat digunakan secara lestari. Klasifikasi kemampuan lahan adalah salah satu bentuk evaluasi lahan
TANAH a. Media alami bagi pertumbuhan tanaman kualitas tanah. Suatu benda alami yang terletak di lapisan bagian paling atas kulit bumi dan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari lapisan di bawahnya sebagai hasil kerja interaksi antara iklim, kegiatan organisme, bahan induk dan relief selama waktu tertentu (Dokuchaiev dalam Glinka, 1927 dalam Soil Survey staff, 1975).
b. Regolith atau bahan hancuran yang berasal dari batuan atau bahan organik yang diperlukan sebagai bahan galian atau tambang dan bahan bangunan akibat pengaruh iklim dan aktivitas organisme. c. Tanah merupakan ruangan atau tempat di permukaan bumi yang dipergunakan oleh manusia untuk melakukan segala macam kegiatan.
LAHAN (LAND) Lahan mengandung makna lebih luas dari tanah. Lahan : Sebuah hamparan permukaan bumi yang memiliki lingkungan fisik terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Penggunaan lahan : Setiap bentuk intervensi /campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spritual.
Tipe penggunaan lahan : Pertanian & Bukan pertanian. Pertanian, contoh: tegalan, sawah, kebun, hutan produksi, alang-alang, padang rumput, hutan lindung, cagar alam, dsb. Bukan pertanian, contoh:kota atau desa, industri, rekreasi,pertambangan dsb.
B. Evaluasi Lahan Proses penilaian terhadap lahan jika digunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976)
Pendekatan evaluasi Evaluasi kualitatif Evaluasi dilaksanakan dengan cara mengelompokkan lahan ke dalam beberapa ketegori berdasarkan perbandingan relatif kualitas lahan tanpa melakukan perhitungan secara terperinci & tepat biaya dan pendapatan bagi penggunaan lahan tersebut. b. Evaluasi kuantitatif Evaluasi lahan dinyatakan dalam term ekonomi berupa input dan output, benefit cost ratio.
Sifat-sifat lahan:atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur/diperhatikan struktur, tekstur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dsb. Sifat-sifat lahan perilaku lahan pertumbuhan tumbuhan kualitas lahan Kegunaan evaluasi lahan untuk berbagai tingkat perencanaan ditentukan oleh tingkat pengamatan atau tingkat survei sumberdaya lahan.
Penilaian kualitas lahan Pendekatan faktor pembatas Sifatnya sangat relatif (membandingkan) Kualitas yang tidak sesuai dengan persyaratan lahan adalah merupakan kualitas lahan yang menjadi faktor pembatas (atau kualitas lahan yang tidak pada kondisi optimal)
Lima kriteria faktor pembatas Bukan faktor pembatas apabila kualitas lahan dalam kondisi optimal untuk tipe penggunaan lahan tertentu (memberikan produksi 80 – 100 %) Faktor pembatas ringan apabila kualitas lahan pada kondisi agak optimal (memberikan produksi 60 – 80 %) Faktor pembatas sedang apabila kondisi kualitas lahan kurang optimal (memberikan produksi 40 – 60 %) Faktor pembatas berat apabila kualitas lahan dalam kondisi tidak optimal (memberikan produksi 20 – 40 %) Faktor pembatas sangat berat apabila kualitas lahan dalam kondisi sangat tidak optimal (memberikan produksi 0 – 20 %)
Pendekatan fisiografik dan parametrik Konsep pendekatan fisiografik adalah lahan yang terbentuk dengan proses geomorfologi yang sama mempunyai kualitas/sifat-sifat lahan yang sama/serupa Konsep pendekatan parametrik adalah : Lahan dikelompokan kedalam kelompok dengan karakteristik tertentu Pendekatan ini digunakan apabila tiap individu karakteristik lahan dainggap sebagai sifat yang lebih penting dari sifat-sfat secara umum Setiap karakteristik lahan diberi angka/numerik
Tahapan pendekatan parametrik Mengevalusi secara terpisah dari sifat-sifat lahan yang ada Menyusun kombinasi dari nilai-nilai numerik yang ada dengan nilai matematis Pengelompokan lahan berdasarkan hasil penilaian matematis.
Pendekatan parametrik Rumus matematis (FAO) P = A + B – C (aditive/penjumlahan dan pengurangan) P = A x B x C (multiple/perkalian) P = A + B x C (complex) P = indeks nilai parametrik (indek hasil kg/ha A,B,C = karaktersitik lahan Rumus matematis (storie index rating/STORIE) SIR = A x B x C A = sifat profil B = tekstur tanah lapisan atas C = faktor lain (darainse, lereng, alkalinitas, dll)
Pendekatan parametrik Rumus matematis (SIR) SIR = A x B x C x X A = sifat profil B = tekstur tanah lapisan atas C = lereng X = faktor lain
Nilai numerik dari SIR A profil (tanah daerah dataran tinggi dengan bahan induk batuan beku) Kedalaman nilai 30 – 60 cm 10 – 30 60 – 90 vm 30 – 50 90 – 120 cm 50 – 70 120 – 180 cm 70 – 80 180 cm 80 – 100 B (tekstur tanah ) Lempung berpasir 100 Lempung berpasir halus 100 Lempung 100 Lempung berdebu 95 Lempung berpasir 90
Nilai numerik dari SIR C (lereng) Pasir halus berlempung 90 Lempung liat berdebu 90 Lempung berliat 85 C (lereng) Hampir datar (0-2%) 100 Agak berombak (0-2%) 95-100 Agak berlereng (3-8%) 95-100 Berlereng (3-8%) 85-95 Berlereng sedang (9-15%) 85-95 Bergelombang (9-15%) 70-80 Berlereng kuat (16-30) 70-80 Berbukit (16-30%) 30-50 Curam (30-45%) 5-30 Sangat curam (>45%) 5-30
Nilai numerik dari SIR D (drainase) Berdrainase baik 100 Berdrainase agak baik 80-90 Air terhambat sedang 40-80 Air terhambat sangat buruk 10-40 Contoh perhitung SIR Faktor A = 70 (70%) Faktor B = 85 (85%) Faktor C = 90 (90%) Faktor D = 70 (70%) SIR = o.70 x 0.85 x 0.90 x 0.70 = 0.37 (hasil 37%)
Konversi nilai SIR Kelas 1 : Kelas 2 : Kelas 3 : Baik sekali Lahan mempunyai nilai SIR 80 – 100 % Cocok untuk penggunaan lahan dengan cakupan yang luas (tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, pekarangan, dll) Kelas 2 : Baik Lahan mempunyai nilai SIR 60 – 79 % Cocok untuk sebagaian tanaman dengan hasil baik Kelas 3 : Sedang Lahan mempunyai nilai SIR 40 – 59 % Cocok untuk sebgain kecil penggunaan lahan dengan hasil sedang
Konversi nilai SIR Kelas 4 : Kelas 5 : Kelas 6 : Miskin Lahan mempunyai nilai SIR 20 – 39 % Cocok untuk penggunaan yang sangat terbatas Cocok untuk padang rumput Kelas 5 : Sangat miskin Lahan mempunyai nilai SIR 10 – 19 % Hanya cocok untuk padang rumput Kelas 6 : Bukan lahan pertanian
KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN
Klasifikasi kemampuan lahan Penilaian lahan (komponen2 lahan) secara sistematik dan pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan sifat2 yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari. Mrp kapasitas lahan sendiri untk suatu penggunaan Klasifkasi kesesuaian lahan Penilaian dan pengelompokan lahan dalam arti kesesuaian relatif atau kesesuaian absolut lahan bagi suatu penggunaan. Kenyataan adaptabilitas (kemungkinan penyesuaian) lahan bagi suatu penggunaan Survey sumberdaya lahan: Metode parametrik kualitas lahan Metode faktor penghambat
C. Sistem Klasifikasi Penggunaan Lahan Menggunakan sistem yang dikemukakan oleh Hockensmith dan Steele (1943) dan Klingebiel dan Montgomery (1973). Dimana lahan dibagi menjadi 3 kategori : Kelas, Sub kelas, Satuan kemampuan/ pengolahan. Pengelompokan berdasarkan intensitas faktor penghambat. Tanah dikelompokkan ke dalam 8 kelas yang ditandai dengan huruf Romawi (Kelas I-VIII). Semakin baik kelas suatu lahan (mendekati kelas I), maka pilihan tipe penggunaan lahan semakin luas.
./ Beberapa asumsi Klasifikasi kemampuan lahan. Tanah2 di dalam suatu kelas kemampuan adalah sama. Suatu nisbah keluar terhadap masukan yang layak adalah sesuai untuk digunakan bagi usaha penanaman tanaman semusim/rumput/hutan. Tingkat pengelolaan yang tinggi. Intensitas hambatan Adanya air lebih di permukaan / di dalam tanah Klasifikasi lahan disesuaikan dengan pembatas atau ancaman atau keduanya setelah perbaikan dilakukan. Tanah yang telah diperbaiki diklasifikasi menurut hambatandan ancaman kerusakan
Kelas kemampuan lahan berubah jika reklamasi besar dilakukan secara permanen. Pengelompokan kemampuan dapat berubah jika didapatkan informasi baru tentang perilaku dan keragaan lahan. Hal-hal yang tidak termasuk kriteria klasifikasi, contoh : jarak ke pasar, ukuran dan bentuk areal, letak di lapangan, sumberdaya penggarap lahan. Lahan dengan hambatan fisiktanaman hanya ditanam, dipelihara, dipanen dengan tangan, shg tidak bisa masuk kelas I-IV. Lahan tanaman semusim seperti rumput,padang penggembalaan,hutan,suaka alam. Data hasil penelitian dipergunakan untuk menempatkan lahan dalam satuan kemampuan, sub kelas dan kelas.
KELAS KEMAMPUAN LAHAN
Kelas I : Sedikit hambatan yang membatasi pengunaanya, sesuai untuk penggunaan pertanian. Kelas II : Memiliki beberapa hambatan/ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaan, mengakibatkan tindakan konservasi sedang. Kelas III : Mempunyai hambatan berat yang mengurangi pilihan penggunaan & memerlukan tindakan konservasi khusus. Kelas IV : Hambatan dan ancaman kerusakan pada tanah lebih besar daripada kelas III dan pilihan tanaman juga terbatas.
Kelas V : Tanah kelas ini tidak terancam erosi tetapi mempunyai hambatan lain yang tidak praktis untuk dihilangkan sehingga membatasi pilihan penggunaan. Kelas VI : Mempunyai hambatan berat yang menyebabkan tanah tidak sesuai untuk penggunaan pertanian. Kelas VII : Tidak sesuai untuk budidaya pertanian Kelas VIII : Tidak sesuai untuk budidaya pertanian, tetapi lebih sesuai untuk dibiarkan dalam keadaan alaminya.
GAMBARAN KELAS KEMAMPUAN LAHAN
Kelas I, Merupakan lahan dengan ciri tanah datar, butiran tanah agak halus, mudah diolah, sangat responsif terhadap pemupukan dan memiliki system pengaliran air yang baik. Tanahkelas I sesuai untuk semua jenis penggunaan pertanian tanpa memerlukan usaha pengawetan tanah. Untuk meningkatkan kesuburannya dapat dilakukan pemupukan. Kelas II, Merupakan lahan denga ciri lereng landai, butiran tanahnya halus sampai agak kasar. Tanah kelas II agak peka terhadap erosi. Tanah ini sesuai untuk usaha pertanian dengan tindakan pengawetan tanah yang ringan, seperti pengolahan tanah berdasarkan garis ketinggian dan penggunaan pupuk hijau.
Kelas III, Merupakan lahan dengan cirri tanah terletak di daerah yang agak miring dengan sistem pengairan air yang kurang baik. Tanah kelas III sesuai untuk segala jenis usaha pertanian dengan tindakan pengawetan tanah yang khusus seperti pembuatan terasering, pergiliran tanaman dan system penanaman berjalur. Untuk mempertahankan kesuburan tanah perlu pemupukan. Kelas IV, Merupakan lahan dengan ciri tanah terletak pada wilayah yang miring sekitar 12-30% dengan system pengairan yang buruk. Tanah kelas IV ini masih dapat dijadikan lahan pertanian dengan tingkatan pengawetan tanah yang lebih khusus dan lebih berat.
Kelas V, Merupakan lahan dengan ciri terletak di wilayah yang datar atau agak cekung, namun permukaannya banyak mengandung batu dan tanah liat. Karena terdapat di daerah yang cekung tanah ini seringkali tergenag air sehingga tingkat keasaman tanahnya tinggi. Tanah ini tidak cocok untuk dijadikan lahan pertanian, tetapi inipun lebih sesuai untuk dijadikan padang rumput atau dihutankan Kelas VI, Merupakan lahan dengan ciri ketebalan tanahnya tipis dan terletak di daerah yang agak curam dengan kemiringan lahan sekitar 30-45 %. Lahan kelas VI ini mudah sekali tererosi, sehingga lahan inipun lebih sesuai untuk dijadikan padang rumput atau dihutankan.
Kelas VII, Merupakan lahan dengan ciri terletak di wilayah yang sangat curam dengan kemiringan antara 45-65 % dan tanahnya sudah mengalami erosi berat. Tanah ini sama sekali tidak sesuai ujtuk dijadikan lahan pertanian, namun lebih sesuai ditanami tanaman tahunan (tanaman keras). Kelas VIII, Merupakan lahan dengan ciri terletak di daerah dengan kemiringan di atas 65 %, butiran tanah kasar dan mudah lepas dari induknya. Tanah ini sangat rawan terhadap kerusakan, karena itu lahan kelas VIII harus dibiarkan secara alamiah tanpa campur tangan manusia atau dibuat cagar alam.
SUB KELAS KEMAMPUAN LAHAN
Sub kelas Berdasarkan jenis faktor penghambat atau ancaman kerusakan dominan yang sama. Terdapat beberapa jenis hambatan yang dikenal pada sub kelas, yaitu: e : ancaman erosi w: keadaan drainase atau kelebihan air atau ancaman banjir s: hambatan daerah perakaran c: hambatan iklim Kelas kemampuan I tidak mempunyai sub kelas Satuan kemampuan Pengelompokan lahan yang sama/hampir sama kesesuaiannya bagi tanaman dan memerlukan pengelolaan yang sama atau memberikan tanggapan yang sama terhadap masukan pengelolaan yang diberikan.
D. Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan Manfaat : membantu klasifikasi kategori lahan. Kriteria disusun dengan anggapan suatu lahan yang memiliki iklim yang sama. Harus tersedia informasi tentang tanggapan setiap tanah terhadap pengelolaan dan pengaruh tanah dan yang lainnya terhadap pertumbuhan tanaman. Pengelompokan tanah ke satuan kemampuan sub kelas, kelas didasarkan atas evaluasi dari kombinasi faktor2 berikut: 1. Kemampuan tanah untuk memungkinkan tanaman memberikan tanggapan terhadap suatu penggunaan dan pengelolaan.
2. Tekstur dan struktur tanah 3. Kepekaan terhadap erosi 4. Penjenuhan / kelebihan air pada tanah yang terus-menerus 5. Kedalaman tanah 6. Garam yang merupakan racun bagi tanaman 7. Hambatan fisik seperti bantuan, erosi parit dalam dan lain-lain 8. Iklim
Iklim Dua komponen yang paling berpengaruh: temperatur dan hujan. Udara bebas bergerak turun temperaturnya dengan 1oC setiap 100 m naik di atas permukaan laut. Namun di Jawa sebesar 0,61 oC. Sehingga besarnya temperatur di suatu tempat dapat diduga dengan persamaan berikut: T = 26,3oC – 0,61 h Dimana T : temperture(oC), 26,3 oC : temperature rata2 pada permukaan laut, h:ketinggian (hm). Penyediaan air alami (curah hujan) mempengaruhi kemamupan tanah. Sehingga pengaruh interaksi antara iklim-tanah harus diperhitungkan.
2. Lereng, ancaman erosi, dan erosi yang telah terjadi Kerusakan oleh erosi berpengaruh thd penggunaan tanah. Cara pengelolaan tanah disebabkan karena alasan: Suatu kedalaman tanah yang cukup harus dipelihara agar produktivitas tanaman sedang-tinggi. Kehilangan lapisan tanah oleh erosi mengurangi hasil tanaman. Kehilangan unsur hara oleh tanaman. Kehilangan lapisan permukaan tanah. Kehilangan tanah oleh erosi f. Bangunan-bangunan pengendali tanah dapat rusak oleh sedimen yang berasal dari erosi. g. Jika terbentuk parit/erosi gully, maka akan lebih sulit pemulihan tanah untuk menjadi produktif kembali.
. Kecuraman lereng dikelompokkan sbb: A = 0 – 3% (datar) B = >3 sampai 8% (landai atau bermabak) C = >8 sampai 15% (agak miring atau bergelombang) D = >15 sampai 30% (miring atau berbukit) E = >30 sampai 45% (agak curam atau bergunung) F = >45 sampai 65% (curam) G = >65% (sangat curam)
Kepekaan erosi tanah (K) dikelompokkan sebagai berikut: KE1 = 0,00 – 0,10 (sangat rendah) KE2 = 0,11 – 0,20 (rendah) KE3 = 0,21 – 0,32 (sedang) KE4 = 0,33 – 0,43 (agak tinggi) KE5 = 0,44 – 0,55 (tinggi) KE6 = 0,56 – 0,64 (sangat tinggi)
Kerusakan erosi yang telah terjadi dikelompokkan sebagai berikut: e0 = tidak ada erosi e1 = ringan, <25% lapisan atas hilang e2 = sedang, 25-75% lapisan atas hilang e3 = agak berat, >75% lap.atas sampai <25% lap. Bawah hilang e4 = berat, >25% lap.bawah hilang e5 = sangat berat : erosi parit
3. Kedalaman tanah Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman. Klasifikasi kedalaman tanah yang efektif: ko = >90 cm (dalam) k1 = 90 – 50 cm (sedang) k2 = 50 – 25 cm (dangkal) k3 = <25 cm (sangat dangkal)
4. Tekstur tanah (t) Penting dalam mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah lainnya.
Klasifikasi tekstur tanah
Klasifikasi kemampuan lahan tekstur lapisan atas dan lapisan bawah: t1 = tekstur halus : tekstur liat berpasir, liat berdebu dan liat. t2 = tekstur agak halus : tekstur lempung liat berpasir, lempung berliat dan lempung liat berdebu. t3 = tekstur agak kasar : tekstur lampung berpasir, lempung berpasir halus dan lempung berpasir sangat halus. t4 = tekstur kasar : tekstur pasir berlempung dan pasir
5. Permeabilitas Dikelompokkan sebagai berikut: P1 = lambat : 0,5 cm/jam P2 = agak lambat : 0,5 – 2 cm/jam P3 = sedang : 2 – 6,25 cm/jam P4 = agak cepat : 6,25 – 12,5 cm/jam P5 = cepat : >12,5 cm/jam
6. Drainase Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut : d0 = berlebihan Air segera keluar dari tanah, sehingga tanaman akan mengalami kekurangan air d1 = baik Tanah mempunyai peredaran udara baik, profil tanah berwarna terang, seragam, tidak terdapat bercak d2 = agak baik Tanah mempunyai peredaran udara baik di daerah perakaran, tidak terdapat bercak.
d3 = agak buruk Lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat bercak. Pada lapisan bawah terdapat bercak. d4 = buruk Bagian bawah lapisan atas terdapat bercak. d5 = sangat buruk Seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu yang terdapat bercak, terdapat air yang mennggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama.
7. Faktor-faktor khusus Faktor-faktor penghambat lain yang mungkin terdapat adalah batu-batuan dan kerikil, bahaya banjir dan salinitas. Contoh klasifikasi kerikil di dalam lapisan 20 cm permukaan tanah dikelompokkan sbb: b0 = Tidak ada atau sedikit : 0 – 15% volume tanah b1 = sedang 15 – 50 % volume tanah b2 = banyak 50 – 90 % volume tanah b3 = sangat banyak >90% volume tanah
Klasifikasi ancaman banjir/genangan (O) O0 = tidak pernah : dalam 1 th tanah tidak pernah tertutup banjir untuk waktu >24 jam O1 = kadang-kadang : banjir menutupi tanah >24 jam, tidak teratur dalam periode <1 bln O2 = Selama 1 bln dalam 1 th teratur tertutupi banjir yang >24 jam O3 = Selama 2-5 bulan dalam 1 th dilanda banjir >24 jam O4 = Selama waktu > 6 bln tanah dilanda banjir yang teratur >24 jam
Klasifikasi Salinitas Salinitas tanah dinyatakan dalam kandungan garam terlarut atau hambatan listrik ekstrak tanah sbb: g0 = bebas = 0 – 0,15% garam larut; 0 – 4 (EC x 103) mmhos/cm pada suhu 250C. g1 = terpengaruh sedikit = 0,15 – 0,35% garam larut; 4 – 8 (EC x 103) mmhos/cm pada suhu 250C. g2 = terpengaruh sedang = 0,35 – 0,65% garam larut; 8 – 15 (EC x 103) mmhos/cm pada suhu 250C. g3 = terpengaruh hebat = lebih dari 0,65% garam larut; lebih dari 15 (EC x 103) mmhos/cm pada suhu 250C.
Matriks kriteria klasifikasi kemampuan lahan
SAMPAI JUMPA LAGI