Taat pada Aturan Main Beberapa waktu kemudian dapatlah saya berkesempatan melihat lagi sikap disiplinnya dan kejujurannya dalam memegang prinsip-prinsip permainan. Insiden ini bahkan lebih membuktikan betapa Bung Hatta adalah pribadi yang benar-benar correct bahkan juga terhadap diri sendiri. Ketika itu sudah empat hari kita berada di Aceh, dan tengah bersiap-siap pulang, ternyata pesawat terbang tidak datang karena cuaca jelek. Kebetulan M. Natsir dan saya, yang waktu itu tak begitu mantap hati dengan hasil perundingan Roem-Royen, mempunyai pikiran untuk tetap berada di Aceh guna membantu pemerintah daerah di bidang penerangan. Niat ini sudah dibicarakan dengan saudara Osman Raliby yang waktu itu memimpin bidang tersebut di sana, dan ia setuju. Tentu saja Natsir dan saya mengajukan usul itu kepada Bung Hatta sebagai pimpinan rombongan. Tapi dengan tegas tanpa banyak berpikir panjang, Bung Hatta langsung menolak dengan alasan ia sudah berjanji kepada penguasa Belanda di Jakarta bahwa semua anggota rombongan akan kembali ke Jakarta. Perjanjian itu diberikan atas permintaan penguasa Belanda yang khawatir bahwa misi rombongan itu digunakan juga untuk hal-hal lain. “Saudara, kita sudah berjanji akan kembali semuanya. Jadi kita akan kembali semuanya,” begitu jawabnya pendek. Bahkan terhadap musuh, yang notabene tidak mengindahkan dirinya ketika di lapangan terbang Medan, Bung Hatta tetap memenuhi janjinya, karena mentaati peraturan permainan adalah prinsip yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Perjalanan di Aceh itu sangat membekas pada saya, di mana saya melihat pribadi Hatta lebih jelas lagi. Tiga pengalaman kecil itu tidak mengubah image saya tentang Bung Hatta, malahan semakin kuat. A.R. Baswedan, Pribadi Manusia Hatta, Seri 8, Yayasan Hatta, Juli 2002