AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
V I T A M I N.
Advertisements

ANALISIS OBAT HERBAL: SIRIH
KROMATOGRAFI.
TUGAS DASAR-DASAR PEMISAHAN ANALITIK
Kelompok 5 Desta Saputri ( ) Diah Nur’aini ( ) Dita Apriani ( )
Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)
Teori Kromatografi Modern
Sensitivitas & Selektivitas
Asetil-CoA Karboksilase
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
ANALISA Na BENZOAT PRINSIP: Sampel dijenuhi dgn lar NaCl, shg asam benzoat dlm sampel diubah menjadi NaBenzoat yg larut dgn Penambahan NaOH. NaBenzoat.
VISI JURUSAN KIMIA Institusi pendidikan dan pengembangan ilmu kimia yang bertumpu pada sumber daya local, memiliki nilai tambah, dan berwawasan lingkungan.
Siti Zubaidah. S ( ) Denik Dwi Jayanti ( )
Mikhania C.E., S.Farm, M.Si, Apt
ANALISA L I P I D A.
ANALISIS OBAT DAN NARKOBA
SUPRIANTO, S.Si., M.Si, Apt. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Bioavailability enhancement studies of amoxicillin with Nigella
GC & HPLC.
MINGGU KE 9 ANALISA MINERAL.
Kromatografi Lapis Tipis = Thin Layer Chromatography
K R O M A T O G R A F I.
K R O M A T O G R A F I.
ANALISA BAHAN-BAHAN LAIN
PENGHILANGAN/PEMBERSIHAN GULA (Sugar Removal)
KAFEIN - BENZOAT Dwi Larasatie Nur Fibri, STP, M.Sc
EKSTRAKSI DAN UJI AKTIVITAS ENZIM LIPASE
Acara Perkuliahan Lipida Spektrofotometri Kromatografi Elektroforesis
Kimia Analit Ke-7 KROMATOGRAFI Oleh Prof. Dr. Ir
KROMATOGRAFI KOLOM.
ANALISIS PENGAWET BUATAN PADA MINUMAN
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
HCN – FITAT - FORMALIN Dwi Larasatie Nur Fibri, STP, M.Sc
TEKNOLOGI SEDIAAN BAHAN ALAM PEMBUATAN MASKER GEL PEEL OFF LYCOPEN
KROMATOGRAFI GAS Bagian Mata Kuliah Kromatografi
PENGANTAR UMUM KROMATOGRAFI
Pemisahan golongan IIIB
Assalamu’alaikum.
KROMATOGRAFI STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR DEFINISI KROMATOGRAFI
Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)
ANALISA ASAM LEMAK DGN GLC
ANALISIS SENYAWA IBUPROFEN DALAM SEDIAAN SIRUP
Argento-Gravimetri.
Oleh Giovani Hanny Ume Eka Novana Lariwu Ardino Wungkana
KIMIA INSTRUMEN GAS CHROMATOGRAPHY (GC)
PEMISAHAN KATION GOLONGAN II B
AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET
High Performance Liquid Chromatography
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
KROMATOGRAFI KERTAS [KKt]
Visualisasi dan Identifikasi
KELOMPOK Imam Rahmanto 2. Nur Laeli Budi Hastuti
MUHAMMAD FAJRIN A. SALIM KIMIA
ASAM BASA dan GARAM Oleh : Stephanus Nunu Darmawan IPA FISIKA KELAS 7 SMP MARIA ASSUMPTA Nunu 56D8EFEE
BILANGAN OKSIDASI NITROGEN
UJI PESTISIDA FOSFAT-ORGANIK DALAM AIR
SIMPLISIA HERBA PEGAGAN Centella asiatica(L.) Urban
This presentation uses a free template provided by FPPT.com PENGAWET SEBAGAI SALAH SATU BAHAN TAMBAHAN PANGAN OLEH KELOMPOK.
Rezqi Handayani, S.Farm.,M.P.H., Apt
Rezqi Handayani, S.Farm.,M.P.H., Apt
Oleh: Jenny Novina Sitepu – Liza Mutia
METODOLOGI PEMISAHAN (KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS) KELOMPOK 4: FITRATUL AINI NOVA JUWITA RAMADHANI SAFITRI.
HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
GAS CHROMATOGRAPHY (GC)
sofia
Gas Cromatograph Satriani Dwi Marlita Septi Presenta Dewi
Analisis Anion PRODI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK.
GAS CHROMATOGRAPHY Presented by: SAMRIANI H
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Transcript presentasi:

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

AFLATOKSIN Senyawa metabolik sekunder yang bersifat toksik dan karsinogenik Dihasilkan: Aspergilus flavus & Aspergilus parasiticus Keduanya tumbuh pada biji-bijian, kacang-kacangan, padi-padian. Ada beberapa jenis Aflatoksin : B1, B2, G1 dan G2. Dapat diproduksi oleh kedua jamur tersebut baik selama tanaman sedang tumbuh, dipanen maupun dalam penyimpanan. Aflatoksin B1  toksis dan karsinogenik terhadap binatang dan manusia Tikus yang diberi makanan yang mengandung 2ppb aflatoksin dalam waktu lama  tumor pada hati.

PENENTUAN AFLATOKSIN HPLC (High Pressure Liquid Chromatography) (High Performance Liquid Chromatography) Kolom  waktu refensi Fase stasioner Fase mobil  elusi Injeksi Detektor Kromatogram Standar

Penentuan aflatoksin dengan HPLC Alat : Kromatografi dilengkapi 2 pompa dan kolom berukuran 250 x 4,6 mm, 5 m Supelco, fase reversi C18, Guard column dengan isian 2 m (Rheodyne Model 7125 dengan 50 l loop) yang diletakkan antara injektor dan kolom Detektorfluoresen Fase mobil = air : metanol = asetonitril 50 : 40 : 10 laju alir 0,8 ml/menit Koil reaktor berukuran 5000 x 0,3 mm untuk derivatisasi

Penentuan aflatoksin dengan HPLC Cara ekstraksi : 50 g sampel + 59 NaCl + 140 ml metanol : air (70 : 30) blender dengan kecepatan tinggi. Saring ekstraknya dengan kertas saring whatman 12 ml ekstrak + 30 ml air deionisasi (agar konsentrasi metanol akhir = 20%) Ekstrak encer yang mengandung 1 g sampel dialirkan melalui affinity column untuk pemurnian afltoksin Cuci affinity column 1 x dengan 10 ml air deionisasi Aflatoksin dikeluarkan dari kolom dengan pencucian menggunakan 1 ml metanol

Kondisi kromatograf : Alat HPLC Kolom Shodex R Spak DS – 613 10 l atiquod sampel injeksikan dalam kolom Zat pengawet dielusi se c isokratis dengan kecepatan 1,0 ml/menit Deteksi dengan UV spektrometri pada  = 230 nm (kompromi untuk  macam pengawet) Kuantitatif : puncak zat pengawet dibandingkan dengan standar

Penentuan zat pengawet dalam minuman dengan HPLC asam benzoat asam sorbat paraben  sering dicampur Na-benzoat Penentuan zat pengawet dalam minuman dengan HPLC Reagensia : Larutan standar 0,1% dibuat dengan melarutkan 1 g dalam 200 ml metanol  encerkan sp 1 l dengan air deionisasi. Fase mobil : 0,05 MKH2PO4 (pH 2,65) dan asetonitril 60 : 40 (v/v), saring melalui Duropore filter ukuran 0,45 m, hilangkan gas dengan sonikasi.

Preparasi Sampel : - Sentrifus sampel dalam tabung sentrifus 50 ml pada 1500 rpm selama 6,5 menit - Kolom C18 kartrij dielusi dengan 2 ml metanol kemudian dengan 4 ml air. - 2 ml supernatan injeksikan melalui kartrij yang telah disiapkan. - Cuci kartrij dengan 0,4 ml heksana, elusi zat pengawet dengan 3 ml metanol, saring melalui Duropore - Ekstrak metanol diuapkan  0,5 ml dengan aliran gas N2  encerkan menjadi 1 ml dengan air deionisasi  siap diinjeksikan

Dengan kromatografi kolom kaca p = 150 mm d = 8 mm diisi dengan florisil (100 – 200 mesh) 15 mm dibagian bawah dan 15 mm bagian atas dengan alumina netral yang tidak mempunyai daya fluoresensi bagian atas dan bawah dibatasi wol kaca/pulp kertas.  Untuk okhratoksin A kolom ukuran sama tetapi diisi dengan 60 mm florisil. Reagensia : Zat pelarut untuk ekstraksi : metanol : air (8 : 2 v/v). Larutan penjernih, 150 g Zn SO4 dan 50 g asam fosfotungtat dilarutkan dalam 1000 ml aquadest. Larutan heksan : aseton (8 : 2 v/v). Benzen. Metil alkohol H2SO4 0,25 N

Prosedur : Sampel (kacang tanah) haluskan 1’ dengan blender. + metanol – air, blender 1’, biji-bijian berminyak blender 2’ sampel : pelarut = 1 : 2. Saring dengan kertas saring (15 ml ekstrak). + 15 ml larutan pembersih, gojog. Saring 15 ml campur melalui fiber glass. + 3 ml benzen, gojog, diamkan  pemisah  ambil 1 ml bagian atas  masukkan ke dalam mini kolom, isap dengan vakum pada bagian bawah kolom. + 5 ml heksan – asetan, keluarkan, 2’ Aflatoksin  band (garis) biru berfluoresensi di bawah sinar UV gelombang panjang (minimal 4 ppt) Untuk okhratoksin A, 1 ml larutan benzen pada lapisan atas  masukkan mini kolom untuk aflatoksin  isap dengan vakum. + 3 ml metil alkohol (metanol)  isap dengan vakum 15 – 20’ Lepas vakumnya + 0,3 ml H2SO4 0,25 N Segera lihat kolom dengan sinar UV Okhratoksin  warna biru berfluoresensi kira-kira 1 cm dari bagian atas kolom  beras, jagung, kacang :  8 ppb  gandum/sorghun :  16 ppm

Penentuan bahan pengawet  Asam benzoat (kualitatif) Ambil sampel + 4 bagian air, aduk, saring Ambil  50 – 100 ml larutan + H2SO4 encer (4 N), gojog 2 x dengan 20 dan 10 ml ether  uapkan larutan etheris dengan pemanasan lambat. Residu + 10 ml H2SO4 (p) atau 1 tetes HNO3 berasap (HNO3 65%) atau 50 mg KNO3, panaskan 180oC, 3’ Setelah dingin + (NH4) sS atau 40 mg hidroksilamin  warna merah coklat : asam benzoat.