Perbankan Indonesia di Masa Krisis
CAPITAL FUNDAMENTALISM DUAL GAP MODEL SAVING INVESTMENT GAP (S-I) FOREIGN EXCHANGE GAP (X-M) HARROD-DOMAR MODEL g = s/k; di mana g=pertumb ek, s=rasio tabungan/pendapatan nasional, k=COR=capital-output ratio=I/Y
2.1. STRUKTUR PERBANKAN INDONESIA Tabel 2.1. Perkembangan Dana Perbankan per Kelompok Bank: Indonesia, 1995 – 1999 (Miliar Rupiah) KELOMPOK BANK 1995 1996 1997 1998 1999 BANK PEMERINTAH Posisi Pangsa Pasar(%) Pertumbuhan (%) 75.920 35,35 18,01 90.434 32,10 19,12 133.042 37,20 47,12 271.554 47,35 104,11 312.179 47,93 14,96 BANK SWASTA NASIONAL 117.451 54,69 32,08 164.979 58,56 40,47 177.193 49,55 7,40 235.605 41,08 32,97 252.880 38,82 7,33 BANK PEMBANGUNAN DAERAH 7.812 3,64 26,35 8.522 3,03 9,09 8.798 2,46 3,22 10.932 1,91 24,28 14.017 2,15 28,22 BANK ASING & CAMPURAN 13.581 6,32 23,30 17.783 6,31 30,94 38.582 10,79 116,96 55.433 9,67 43,68 72.294 11,10 30,42 TOTAL 214.764 26,03 281.718 31,18 357.613 26,94 573.524 60,38 651.370 13,57
Tabel 2.2. Perkembangan Kredit Perbankan per Kelompok Bank: Indonesia, 1995 – 1999 (Miliar Rupiah) KELOMPOK BANK 1995 1996 1997 1998 1999 BANK PEMERINTAH Posisi Pangsa Pasar(%) Pertumbuhan (%) 93.480 39,84 16,84 108.925 37,19 16,52 153.266 40,53 40,71 220.747 45,29 44,03 112.288 49,88 -49,13 BANK SWASTA NASIONAL 111.644 47,59 29,36 149.955 51,19 34,32 168.723 44,62 12,52 193.361 39,67 14,60 56.012 24,88 -71,03 BANK PEMBANGUNAN DAERAH 5.242 2,23 24,78 6.457 2,20 23,18 7.539 1,99 16,76 6.570 1,35 -12,85 6.793 3,02 3,39 BANK ASING & CAMPURAN 24.245 10,33 32,01 27.584 9.24 13.77 48.606 12,85 76,21 66.748 13,69 37,32 50.040 22,23 -25,03 TOTAL 234.611 24,21 292.921 24,85 378.134 29,09 487.426 28,90 225.133 -53,81
2.2. MASALAH YANG DIHADAPI OLEH PERBANKAN INDONESIA Tabel 2.3. Jumlah Bank yang Belum Memenuhi Prinsip Kehati-hatian: Indonesia, Oktober 1995 & Juni 1996 Kelompok bank CAR BMPK LDR Jumlah % Bank pemerintah Bank umum swasta nasional Bank pembangunan daerah Bank asing & campuran 18 2 1 86 10 4 56 3 9 80 13 11 6 61 33 Total 21 8,81) 70 29,21) 7,51) 31 Mei 19962) - 34 19
KREDIT BERMASALAH KOLEKTIBILITAS KREDIT: LANCAR: TUNGGAKAN S/D 3 BULAN KURANG LANCAR : TUNGGAKAN ANTARA 3-6 BULAN DIRAGUKAN : MASIH DAPAT DISELAMATKAN DENGAN AGUNAN >=75% DARI HUTANG; TIDAK DAPAT DISELAMATKAN TAPI AGUNANNYA >=100% DARI UTANG MACET: 21 BULAN BERSTATUS DIRAGUKAN BELUM ADA PELUNASAN ATAU TELAH DISERAHKAN PN/BUPN DATA S/D NOV’95 (BANK INDONESIA,1996): LANCAR 88,16%; KURANG LANCAR 3,03%; DIRAGUKAN 4,77%; MACET 4,04% 75,16% (Rp 7,9 milyar) KREDIT MACET DI BANK PEMERINTAH
Persentase pertumbuhan tahunan ekspor dalam $ 2.3. KRISIS: DARI KRISMON HINGGA KRISTAL 2.3.1. Negara-Negara Asia Timur dalam Krisis, 1997-1998 Tabel 2.4. Defisit Neraca Pembayaran dan Tingkat Pertumbuhan Ekspor pada Enam Negara Asia Timur tahun 1990-an Negara Neraca Pembayaran % terhadap GDP Persentase pertumbuhan tahunan ekspor dalam $ 1993-1995 1996 Indonesia -2,2 -3,5 10,2 9,7 Korea Selatan -0,8 -5,0 18,1 4,2 Malaysia -6,5 -4,9 21,9 6,2 Singapura 13,6 14,1 23,2 5,7 Taiwan 2,7 3,0 11,3 3,8 Thailand -6,3 -8,0 20,1 -1,2 Sumber : Rao (2001:51)
Negara Koefisien Lagged Effect Indonesia Malaysia Filipina -0,4 Tabel 2.11. Tenggang Waktu Perubahan Nilai Tukar Riil terhadap Pertumbuhan Ekspor Negara Koefisien Lagged Effect Indonesia -0,4 6-12 bulan Malaysia -0,3 Thailand -0,6 9-15 bulan Filipina Taiwan -0,9 Singapura -1,2 Hong Kong -0,8
2.3.3. Dinamika Krisis Gambar 2.1. Dinamika Krismon di Asia Sumber: Hoon, et al. (2000: 18) Bank Sektor korporat Pasar Properti Pasar Modal Tingkat Suku Bunga Nilai Tukar Modal Asing Pelarian Modal Domestik
(% terhadap cadangan devisa) 2.3.4. Penyebab Krisis: Beberapa Catatan Studi Tabel 2.6. Persentase Utang Jangka Pendek terhadap Cadangan Devisa: 4 Negara Asia, akhir periode 1996 Negara UTANG jangka pendek (% terhadap cadangan devisa) Korea 213% Indonesia 181% Malaysia 47% Filipina 77% Thailand 169% Sumber : Bank of International Settlements dalam Hoon, et,al (2000: 14)
Spekulasi dan Contagion Intervensi Pemerintah dalam Sektor Keuangan Krisis Tahun 1997-1998 Spekulasi dan Contagion Intervensi Pemerintah dalam Sektor Keuangan Tabel 2.8. Episode depresiasi (>50%) mata uang terpilih, Juli 1997-Maret 1998 Thailand Indonesia Korea Malaysia Juli 1997 2/7 18,5 Oktober 1997 22/10 5,1 3/10 7,3 November 1997 20/11 28/11 10,0 5,5 Desember 1997 9/12 12/12 24/12 7,7 21,2 Banyaka Januari 1998 5/1 5,9 Terlalu banyakb 6/1 8/1 5,3 7,2 5,0 Februari 1998 13/2 20/2 22,4 6,3 12/2 7,9 Maret 1998 4/3 5/3 16/3 6,0 10,8 5,6 3/3 5,4
Masalah Utang yang Berlebihan (Overborrowing) Tujuh Negara Asia dan Enam Dimensi Krisis Tabel 2.10. Tujuh Negara Asia dan Dimensi Krisis, 1997-98 Negara Krisis Kepercayaan Krisis Mata Uang Krisis Finansial Krisis Ekonomi Krisis Sosial Krisis Politik Hongkong √ Terhindar Singapura Taiwan Malaysia Korea Selatan Thailand Indonesia Sumber: Rao (2001: 63) Perubahan Politik dan Reformasi Ekonomi
2.4. PEMULIHAN YANG MENYAKITKAN 2.4.1. Proses Pemulihan Tabel 2.11. Tenggang Waktu Perubahan Nilai Tukar Riil terhadap Pertumbuhan Ekspor Negara Koefisien Lagged Effect Indonesia -0,4 6-12 bulan Malaysia -0,3 Thailand -0,6 9-15 bulan Filipina Taiwan -0,9 Singapura -1,2 Hong Kong -0,8 Sumber : Hoon, et al (2000: 21)
2.4. PEMULIHAN YANG MENYAKITKAN 2.4.1. Proses Pemulihan Tabel 2.11. Tenggang Waktu Perubahan Nilai Tukar Riil terhadap Pertumbuhan Ekspor Negara Koefisien Lagged Effect Indonesia -0,4 6-12 bulan Malaysia -0,3 Thailand -0,6 9-15 bulan Filipina Taiwan -0,9 Singapura -1,2 Hong Kong -0,8 Sumber : Hoon, et al (2000: 21)
2.4. PEMULIHAN YANG MENYAKITKAN 2.4.1. Proses Pemulihan Tabel 2.11. Tenggang Waktu Perubahan Nilai Tukar Riil terhadap Pertumbuhan Ekspor Negara Koefisien Lagged Effect Indonesia -0,4 6-12 bulan Malaysia -0,3 Thailand -0,6 9-15 bulan Filipina Taiwan -0,9 Singapura -1,2 Hong Kong -0,8 Sumber : Hoon, et al (2000: 21)
Tabel 2.12. Biaya Bailout Krisis Perbankan Negara % GDP % Pinjaman Jepang (1991-sekarang) 22,0% 20,0% Cili (1985) 19,6% 22,5% Argentina (1982) 13,0% 42,5% Venezuela (1994) 57,2% Meksiko (1994-1995) 12,0% 44,0% Finlandia (1991-1993) 8,2% 9,7% Amerika Serikat (1991) 5,1% 7,8% Norwegia (1988-1992) 4,5% 5,5% Sumber : Hoon, et al (2000: 22) Sumber : Hoon, et al (2000: 23
Tabel 2.13. Perkiraan Biaya Bailout Sistem Perbankan Berdasarkan Negara BASE CASE Kredit macet tertinggi Penghapus-bukuan Rasio Kerugian Pinjaman terhadap PDB (%) Indonesia 80,0% 75,0% Malaysia 30,0% 50,0% 17,1% Filipina 15,0% 3,2% Thailand 45,0% 60,0% 26,2% Sumber : Hoon, et al (2000: 23)
Tabel 2.14. Perkiraan Biaya Bailout Sistem Perbankan Menurut Negara Penghapusbukuan Lembaga Keuangan dalam % terhadap Kepemilikan Sektor Perbankan Nominal PDB Total Utang Pemerintah Anggaran Pemerintah Indonesia 984% 75% 100% 513% Malaysia 102% 17% 56% 129% Filipina 28% 3% 7% 18% Thailand 190% 26% 95% 173% Sumber : Hoon, et al (2000: 23)
2.4.2. Rekapitalisasi Perbankan dan Masalahnya Otoritas moneter menggolongkan sektor perbankan untuk membedakan bank yang berhak mengikuti program rekapitalisasi ini sebagai berikut: a. Kategori A (sound) Bank dengan CAR lebih dari 4%: tidak ikut dalam program rekapitalisasi karena dianggap sehat. CAR dihitung dengan membandingkan antara Modal dengan Aktiva Menurut Resiko (ATMR). Terdapat 74 bank dalam kelompok ini, namun sepertiganya memiliki manajemen yang dianggap “tidak sehat" dan dianjurkan untuk merger dengan bank yang sehat. b. Kategori B (viable) Bank dengan CAR antara -25 sampai 4%: ikut dalam program rekapitalisasi. Mulanya ada 9 bank yang masuk dalam kategori ini dan langsung masuk dalam program rekapitalisasi. c. Kategori C (unsound) Diberikan waktu yang terbatas untuk menaikkan kualitas aset atau menyuntukkan modal baru agar dapat mengikuti program rekapitalisasi. Jika bank tidak bisa memenuhi persyaratan yang ditetapkan maka akan mendapatkan tindakan dari BPPN. Ada 24 bank yang memiliki CAR di bawah 25%; 21 bank lain tadinya masuk kategori B namun tidak dapat diselematkan dan terpaksa ditutup dan para deposannya ditangung oleh BI.