Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul 2015 Review Journal Devta Octiva Hasri 201232065 Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul 2015
Chung-Jung Chiu, Roy C Milton, Gary Gensler, and Allen Taylor Asupan Karbohidrat Makanan dan Indeks Glikemik berkaitan dengan kekeruhan lensa kortikal dan nuklear dalam penelitian penyakit mata terkait usia Chung-Jung Chiu, Roy C Milton, Gary Gensler, and Allen Taylor Sumber : American Journal Clinical of Nutrition
Pendahuluan Subjek dan metode Hasil Kesimpulan
Penyebab utama tunatetra didunia Pendahuluan Katarak Penyebab utama tunatetra didunia prevalensi katarak meningkat dari 5% pada usia 65 th menjadi 50% pada usia >75 th Amerika 20,5 juta (17,2%) warga Amerika usia > 40 th memiliki katarak Mengeluarkan biaya ± 5 milyar untuk menangani masalah katarak
Nuklear, korteks, dan subkapsular posterior (PSC) adalah 3 jenis katarak utama yang berkaitan dengan usia penyimpangan metabolisme glukosa atau diabetes dengan risiko katarak, studi invitro dan invivo hewan menunjukkan bahwa karbohidrat dapat memainkan peran langsung dalam cataractogenesis. Beberapa studi meneliti hubungan antara karbohidrat makanan dan berbagai jenis katarak atau ekstraksi katarak pada manusia nondiabetes telah menghasilkan hasil yang tidak konsisten.
Tujuan Menguji hubungan antara 2 aspek : asupan karbohidrat dan indeks glikemik makanan (GI) dengan prevalensi kekeruhan lensa kortikal dan nuklear pada orang nondiabetes.
Subjek dan metode Populasi penyakit mata terkait usia 1 Populasi penyakit mata terkait usia Studi kohort prospektif untuk menilai penyebab dan pencegahan age-related macular degeneration (AMD) dan katarak. ARENDS peserta yang terdaftar dalam 4 kategori AMD tidak ada lesi makula di salah satu mata Kategori 1 AMD lanjutan atau lesi AMD terkait yang berhubungan dengan ketajaman visual ≥20 / 32 hanya di satu mata Kategori 4
Subjek penelitian 4.757 peserta ( 50 – 80 th) 2 110 orang prevalensi katarak rendah Subjek penelitian 390 orang dengan diabetes Out 4.757 peserta ( 50 – 80 th) 6 orang yang tidak menyelesaikan FFQ 154 orang dengan kovariat yang hilang 91 orang dengan asupan kalori yang tidak valid 3.091peserta ( 50 – 80 th) Out 524 orang dengan kekeruhan campuran di kedua mata 1300 kekeruhan kortikal murni 2024 kekeruhan nuklear murni 89 kekeruhan PSC murni 2516 tanpa kekeruhan 825 peserta menyumbang hanya satu mata. 3.377 peserta ( 50 – 80 th)
Kuesioner frekuensi makanan (FFQ) 3 Prosedur ketajaman visual, tekanan intraokular, celah-lampu biomicroscopy, dan oftalmoskopi Pemeriksaan mata Pemeriksaan fisik demografi, riwayat merokok, riwayat kesehatan, riwayat penggunaan supl. vitamin dan mineral, asupan makanan, dan data tentang paparan sinar matahari Kuesioner Kuesioner frekuensi makanan (FFQ) Data tentang faktor-faktor risiko terjadinya kekeruhan lensa
foto warna lensa peserta kamera Topcon Split light dan kamera Neitz retroillumination Evaluasi menilai keberadaan dan tingkat keparahan dari nuklear, korteks, dan kekeruhan lensa PSC. The AREDS Sistem Klasifikasi Katarak
Penilaian variabel karbohidrat 4 Penilaian variabel karbohidrat Asupan karbohidrat dihitung dari FFQ dengan menjumlahkan produk frekuensi asupan, jumlah porsi, dan kandungan karbohidrat per porsi (database gizi Pusat Koordinasi Nutrisi di Universitas Minnesota.) Kualitas karbohidrat di nilai menggunakan GI GI makanan setiap subjek dihitung sebagai rata-rata dari nilai GI untuk setiap item makanan, dengan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dari setiap item makanan. Variabel karbohidrat disesuaikan untuk total asupan energi dengan penggunaan metode residual.
Analisis meliputi Usia Ras IMT Definisi Kovariant Paparan sinar UVB 5 Definisi Kovariant Analisis meliputi Usia Ras IMT Paparan sinar UVB Jenis kelamin Asupan alkohol Tingkat pendidikan Status merokok Asupan Vit. C
Menguji perbedaan dalam distribusi keseluruhan 6 Metode statistik Menguji perbedaan dalam distribusi keseluruhan Chi square Estimasi odds ratio (OR) asupan karbohidrat terkait dan GI makanan untuk opacity lensa Analisis regresi logistik SAS PROC GENMOD Prosedur ini menggunakan metode estimasi persamaan umum Memperkirakan koefisien dan menyesuaikan SE data berkorelasi dihasilkan dari pengukuran ulang (kedua mata) pada orang yang sama
Berdasarkan GI makanan / total asupan karbohidrat mata dengan kekeruhan kortikal 1300 org Kelompok pembanding Mata dengan kekeruhan nuklear 2024 org Mata tanpa kekeruhan 2516 org Kategori peserta Tertinggi 25 % Berdasarkan GI makanan / total asupan karbohidrat Menengah 50 % Terendah 25 %
Menggunakan 2 model OR ( Odd Rasio) 1 Di sesuaikan dengan usia 2 Jenis kelamin, tingkat pendidikan, ras, BMI, asupan alkohol, status merokok, paparan sinar matahari, asupan vitamin C, dan asupan kalori total. Hasil Dibandingkan dengan kontrol , kasus dengan kekeruhan murni kortikal ditemukan pada subyek secara signifikan lebih tua (68,7 th dibandingkan dengan 66,2 th) dan lebih mungkin ditemukan pada wanita 56,9%
Kasus dengan kekeruhan nuklear murni ditemukan pada subyek secara signifikan lebih tua (69,1 th dibandingkan dengan 66,2 th), lebih mungkin ditemukan pada wanita 60,9% Jarang ditemukan pada subyek yang berpendidikan tinggi15,7% . Kasus lebih sering ditemukan pada orang kulit hitam 3,51 %, Hispanik 0,40%, perokok 8,9%, dan subyek kurang mengkonsumsi vitamin C
Nilai-nilai P chi-square test berdasarkan distribusi dari total asupan karbohidrat 0,02 untuk setiap opacity kortikal. 0,009 untuk setiap opacity nuklir. 0,05 untuk opacity kortikal moderat. 0,009 untuk opacity nuklir moderat. Nilai-nilai P chi-square tes berdasarkan kategori GI makanan 0,66 untuk setiap opacity kortikal < 0,0001 untuk setiap opacity nuklir. 0,44 untuk opacity kortikal moderat 0,03 untuk opacity nuklir sedang
analisis lain yang disesuaikan menurut umur, asupan karbohidrat tidak bermakna dikaitkan dengan opacity kortikal >0% keterlibatan daerah. Namun Dalam model multivariat yang disesuaikan dengan potensi variabel lainnya, asupan karbohidrat yang lebih tinggi berkaitan dengan opacity kortikal pada tingkat batas signifikansi (P untuk trend = 0.09).
OR untuk kekeruhan kortikal moderat untuk subjek tertinggi dan menengah dari asupan karbohidrat masing masing 1.71 (P_0.05) dan 1,33 (P_0.23). Setelah penyesuaian multivariat, peserta tertinggi dari GI makanan memiliki OR untuk katarak nuklear 1,29 (P untuk trend =0,02). Karena ukuran sampel yang lebih kecil,tapi hanya sedikit yang signifikan ditemukan untuk kekeruhan nuklir moderat.
Kesimpulan - Ada hubungan antara asupan karbohidrat pada orang nondiabetes dan kekeruhan lensa. - Asupan karbohidrat tinggi dan GI makanan berhubungan positif dengan kekeruhan lensa kortikal dan nuklear, dari faktor risiko yang ditetapkan. - Dapat menjelaskan mekanisme cataractogenesis. Selain itu, informasi ini dapat menambah informasi klinis yang relevan tentang risiko katarak dan rekomendasi diet, karena makanan karbohidrat menyusun komponen makanan utama bagi manusia,