IKHTISAR PEREKONOMIAN 2010 DAN PROSPEK 2011

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
SISTEM PEREKONOMIAN FENARO Rai.E - Mak.
Advertisements

Erkembangan Perekonomian Indonesia : Refleksi Kondisi Perekonomian Dunia O l e h A v i l i a n i 0 2 A g u s t u s
PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO modul ke 1
RUANG LINGKUP ANALISIS MAKRO EKONOMI
Produk domestic bruto adalah nilai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam suatu periode tertentu. Produk berarti yang dijumlahkan.
PERTANIAN PERTEMUAN 8 Powerpoint Templates.
Pengangguran di Indonesia
Pertumbuhan Ekonomi, Perubahan Struktur Ekonomi dan Krisis Ekonomi
Outline A. Kondisi Perekonomian Global
KINERJA SEKTOR MONETER Proses pemulihan perekonomian global yang terus berjalan di tahun 2010 didukung oleh perekonomian di kawasan Asia, terutama Cina.
KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Eny Lia purwandari A
Faktor Eksternal Kebijakan Fiskal Faktor Internal Output
Ruang Lingkup Makro Ekonomi
Faktor Sosial dan Ekonomi terhadap Bisnis Internasional
Asisten Pemerintahan dan Kesra
Berita Resmi Statistik
BERITA RESMI STATISTIK
Perdagangan Internasional
Perkembangan Inflasi Kota Surabaya
Perkembangan Inflasi Kota Surabaya
PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO BAB 1
PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI DAN PROSPEK EKONOMI TAHUN 2013
MODUL STUDI KELAYAKAN BISNIS
SISTEM NILAI TUKAR RUPIAH
PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO BAB 1
Konsep Dasar Ekonomi Makro
MENGKAJI KEBERHASILAN
Outline Pendahuluan Alur Pikir Ringkasan Perekonomian Global
KEGIATAN EKONOMI NASIONAL
Ruang Lingkup Analisis Ekonomi Makro
TEORI EKONOMI MAKRO.
Garapan Drs. Puji Suharjoko
Pengantar Ekonomi 2 Izzani Ulfi, SE.Sy., M.Ec.
PENYUSUN KELOMPOK 11 Indun Ifana ( ) Ahmad Burhanudin ( ) Mohammad Setian ( ) Devie Erwine P ( ) Abdu Rofi’ud.
Pengangguran Pertemuan 9.
Peranan Sektor Bisnis Dalam Perkembangan Ekonomi
PERDAGANGAN INTERNATIONAL
Aniesa Samira Bafadhal, SAB, MAB
SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP
KONSEP DASAR ILMU EKONOMI MAKRO
EKONOMI Ekonomi Makro dan Ekonomi Mikro.
Rapat Panitia Anggaran DPR RI Tentang Asumsi Makro APBN 2009 dan RAPBN 2010 Bank Indonesia Jakarta, 1 Juni 2009.
Kinerja Kebijakan Ekonomi & Perekonomian
BAHAN AJAR EKONOMI Kelas X Semester 2.
NERACA PEMBAYARAN KURS VALUTA ASING DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
TINJAUAN RINGKAS MENGENAI TEORI, MASALAH DAN KEBIJAKAN MAKROEKONOMI
KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI
PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN
PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PEMBANGUNAN EKONOMI.
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
Faktor Eksternal Kebijakan Fiskal Faktor Internal Output
I. MASALAH-MASALAH DALAM PEREKONOMIAN
MANAJEMEN DAN BISNIS Lingkungan Bisnis Pertemuan 10 1.
Aniesa Samira Bafadhal, SAB, MAB
PEREKONOMIAN INDONESIA
Perkembangan Perekonomian Indonesia Setelah Krisis Moneter
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
Proposal Skripsi “Analisis Pengaruh Keterbukaan Ekonomi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Di Sumatera Utara” Oleh: Rohani M Siburian NIM: Dosen.
KELOMPOK 6 MAKROEKONOMI
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI MASALAH EKONOMI
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Model IS-LM
Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Prospek Ekonomi Sektoral
MEMPERKUAT DAYA SAING INVESTASI UNTUK MEMPERCEPAT HILIRISASI INDUSTRI
LEADERSHIP AND ENTREPRENEURSHIP
EKONOMI MIKRO dan EKONOMI MAKRO STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN.
Judul : Perkembangan industri di Era globalisasi Terhadap pendapatan nasional indonesia Nama : Agustinus Jono Npm :
Bab 2 Data, Variabel, dan Indikator Ekonomi Makro
Bab 1 Overview dan Review
Dosen : Deskoni, S.Pd., M.Pd Yuliana FH, S.Pd., M.Pd KONSEP DASAR DAN RUANG LINGKUP EKONOMI MAKRO Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sriwijaya.
Transcript presentasi:

IKHTISAR PEREKONOMIAN 2010 DAN PROSPEK 2011 Pada tahun 2010, perekonomian dunia menunjukkan partum­buhan tinggi. Pemulihan ekonomi di negara-negara berkembang relatif lebih cepat, dengan laju pertumbuhan PDB mencapai 7,3 persen dibandingkan negara-negara maju yang relatif lebih lambat dengan tumbuh hanya sebesar 3,0 persen. Sementara itu, perkembangan harga komoditas dunia dan permintaan global yang mengalami kenaikan karena adanya penurunan produksi akibat dari perubahan anomali cuaca di berbagai negara, khususnya di kawasan Asia, memberikan dampak pada peningkatan inflasi dunia (3,7 persen).

Anomali terjadi, dimana inflasi di negara-negara berkembang relatif lebih tinggi yaitu sekitar 6,2 persen, sedangkan masih rendahnya akselerasi pemulihan ekonomi mengakibatkan tingkat inflasi di negara-negara maju relatif stabil.

Kinerja perekonomian domestik terus mengalami perbaikan walaupun berada di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global. Hal ini ditunjukkan dengan angka pertumbuhan PDB yang meningkat tinggi dan surplus neraca pembayaran yang cukup besar. Pertumbuhan ekonomi mencapai 6,1 persen, didukung oleh sumber pertumbuhan yang semakin berimbang seperti pada peningkatan peran investasi dan kinerja ekspor yang meningkat.

Neraca perdagangan luar negeri Indonesia pada tahun 2010 mengalami surplus cukup besar yakni mencapai 22,12 miliar dolar AS yang didukung oleh kinerja ekspor yang tumbuh tinggi, meskipun di sisi lain impor tumbuh lebih tinggi. Secara global, posisi Indonesia membaik ditunjukkan oleh naikknya peringkat daya saing Indonesia dalam Global Competitivenes Index (GCI) 2010 di peringkat ke-44 atau mengalami kenaikan 10 peringkat bila dibandingkan pada tahun 2009 (peringkat ke-54 dari 133 negara).

Peranan dan perubahan struktur ekonomi terjadi pada 5 sektor yang mengalami peningkatan yaitu Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Hotel, dan restoran, serta Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sementara Sektor Industri Pengolahan , Sektor Listrik, Gas, dan Air, serta Sektor Jasa-Jasa mengalami penurunan. Di sisi penggunaan, persentase penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB Penggunaan Indonesia 2010 masih dipegang oleh konsumsi rumah tangga (56,7 persen) walaupun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, diikuti oleh komponen PMTB yang mengalami penurunan, perubahan inventori meningkat, ekspor dan impor juga menunjukkan peningkatan.

Pada indikator perkembangan harga terjadi over target Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada tahun 2010 yang tercatat 6,96 persen (target sebesar 5±1 persen). Namun kondisi tersebut terjadi pada periode terakhir tahun 2010. Sampai dengan pertengahan tahun, stabilitas harga masih cukup terjaga. Intensitas gangguan dari sisi pasokan, khususnya bahan makanan, meningkat tajam akibat anomali cuaca baik di tingkat global maupun domestik.

Kondisi tersebut memicu lonjakan harga komoditas pangan di pasar global, dan dalam waktu yang bersamaan kenaikan yang tinggi pada harga-­harga komoditas tersebut juga terjadi di pasar domestik. Komponen volatile food seperti komoditas beras dan produk hortikultura yang paling terkena imbas (17,74 persen). Sementara kelompok administered prices menunjukkan inflasi yang moderat (5,40 persen).

China sebagai kekuatan baru dunia menempati posisi pertama nilai ekspor dengan US$ 1,338 miliar dengan pertumbuhan sebesar 10.04 persen. Sementara ekspor Indonesia berada di urutan ke-30 dengan kecenderungan mengalami peningkatan sejak tahun 2007. Di Asia Indonesia berada pada urutan ke-10. Capaian pertumbuhan ekspor nasional yang tinggi juga disertai meningkatnya pangsa negara-negara emerging markets sebagai pasar tujuan ekspor.

Meningkatnya kinerja ekspor dan semakin kondusifnya berbagai variabel makroekonomi berkontribusi pada kinerja investasi yang tumbuh tinggi. Iklim investasi yang membaik didukung oleh pembiayaan dari dalam dan luar negeri yang meningkat sehingga mendorong realisasi investasi tumbuh Iebih cepat untuk kuatnya permintaan.

Total ekspor selama 2010 adalah sebesar US $ 157,7 miliar dimana dari nilai tersebut Ekspor non-migas mencapai US $ 129,67 miliar. Secara umum dapat disimpulkan bahwa ekspor non-migas Indonesia tahun 2010 menunjukkan kinerja yang sangat baik yang akhirnya memiliki dampak positif terhadap neraca perdagangan Indonesia tahun 2010. Total impor selama 2010 adalah sebesar US $ 135,6 miliar dengan nilai impor non-migas sebesar US $ 108,24 miliar.

Fenomena yang patut dicermati adalah berita tentang telah membanjirnya produk Cina di Indonesia yang didukung oleh indikator statistik impor. Impor dari Cina pada triwulan 1-2010 saja telah melonjak menjadi 25,98 persen dari 12,54 persen pada triwula 1-2009. Meskipun demikian, kontribusi impor Jepang ke Indonesia juga naik dibanding tahun 2009. Surplus perdagangan 2010 mencapai US $ 22,1 miliar, terdiri dari surplus non-migas US $ 21,4 miliar dan migas US $ 0,6 miliar. Surplus perdagangan non-migas tahun 2010 adalah tertinggi sejak memasukkan nilai impor kawasan berikat di tahun 2008.

Pada sektor moneter, BI Rate 6 Pada sektor moneter, BI Rate 6.5 persen tetap dipertahankan karena dianggap cukup konsisten dan kondisi ini tetap bertahan hingga Desember 2010. Arah kebijakan tersebut ditempuh karena melihat tekanan pada sistim keuangan yang mulai menurun semakin membaik dan stabilnya sistem keuangan domestik. Seiring dengan kebijakan yang diambil pemerintah dengan melakukan stimulus fiskal dan penetapan BI Rate, maka bunga SBI pun mengikuti pergerakan dari suku bunga BI Rate.

Sementara kebutuhan uang kartal masyarakat yang meningkat mempengaruhi peningkatan suku bunga di pasar uang antar bank. Penarikan uang kartal yang meningkat, secara umum masih mencerminkan persepsi risiko yang cukup stabil. Secara keseluruhan tahun, rata-rata spread suku bunga PUAB tertinggi dan terendah di tahun 2010 menurun menjadi 24 bps dari rata-rata tahun sebelumnya sebesar 43 bps.

Kegiatan investasi selama tahun 2010 menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Penanaman modal dalam negeri memperlihatkan kenaikan dan juga sebaran investasi di luar Jawa juga meningkat signifikan dibanding tahun 2009. Hal ini memperlihatkan perbaikan iklim dan pelayanan investasi serta langkah-langkah kebijakan yang diambil telah membuahkan hasil.

Pencapaian tersebut tentunya didukung pula oleh perbaikan pelayanan investasi di daerah dan semakin baiknya kondisi perusahaan penanaman modal dalam negeri. Dengan terus melakukan perbaikan iklim investasi untuk mengurangi hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya, tentunya akan meningkatkan kontribusi investasi dalam perekonomian nasional.

Pada tahun 2010 dari 875 proyek yang disetujui, Pulau Jawa masih tetap mendominasi. Sebanyak 397 proyek berada di pulau Jawa dengan nilai investasi PMDN mencapai Rp 35.140,3 miliar, meningkat 36,38 persen dibandingkan tahun 2009.

Investasi asing yang masuk ke Indonesia sebagian besar juga masih terserap di Pulau Jawa yakni 70.92 persen dari total PMA dengan nilai investasi mencapai US $ 11.498,8 juta, atau meningkat 22,71 persen dibanding tahun 2009. Pulau Kalimantan secara potensial pada tahun 2010 mampu menyerap investasi asing sebesar US $ 2.011,4 juta atau meningkat 7 kali lipat dari tahun sebelumnya.

Jumlah proyek yang mampu menyerap investasi asing di Kalimantan juga meningkat dari hanya 31 proyek pada tahun 2009 menjadi sebanyak 253 proyek pada tahun 2010. Pulau Sulawesi serta Bali dan Nusa Tenggara mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Indikasi perbaikan ekonomi melalui sektor pariwisata ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisman yang tidak terpisahkan dari berbagai agenda pariwisata nasional dan regional yang diselenggarakan di beberapa provinsi.

Kegiatan berskala internasional seperti World Ocean Conference di Manado tahun 2009, yang disusul dengan diselenggarakannya Sail Bunaken di tahun yang sama, telah mendorong citra Manado sebagai kota Wisata Dunia. Ini dibuktikan dengan manado sebagai pilihan bagi para turis asing untuk menginap selama berlangsungnya acara Sail Banda tahun 2010.

Provinsi lain yang juga tinggi adalah Lampung yang didorong oleh penyelenggaraan Festival Krakatau dan provinsi Kalimantan Timur dengan festival Erau Tepong Tawar. Peningkatan indikator-indikator pariwisata seperti TPK dan Rata-rata Lama Menginap Tamu asing maupun domestik semuanya terjadi pada bulan-bulan diselenggarakannya kegiatan pariwisata di wilayah yang bersangkutan.

Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia dalam satu tahun terakhir menunjukkan sedikit perbaikan. Digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk yang bekerja serta menurunnya angka pengangguran. Angkatan kerja sebesar 116,5 juta orang atau meningkat sebesar 2,37 persen bila dibandingkan dengan tahun 2009. sejalan dengan meningkatnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).

TPAK tahun 2010 sebesar 67,7 persen, sedikit lebih baik dari tahun 2009 yang tercatat sebesar 67,2 persen. Tingkat elastisitas tenaga kerja di Indonesia tercatat sebesar 0,51 persen yang berarti bahwa setiap peningkatan sebesar 1 persen output (PDB) akan mampu meningkatkan kesempatan kerja sebesar 0,51 persen. Bila dikelompokkan berdasarkan 3 sektor utama yaitu sektor pertanian; sektor industri dan sektor jasa-jasa, maka sektor pertanian memiliki elastisitas terkecil dengan nilai 0,06 persen.

Provinsi-provinsi penghasil migas masih lebih tinggi produktivitas penciptaan nilai tambahnya dibanding yang non-migas. Provinsi Kalimantan Timur dengan tingkat produktvitas sebesar tertinggi disusul DKI Jakarta, Riau dan Kepulauan Riau. Sementara itu, provinsi yang memiliki tingkat produktivitas terendah yaltu Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara.

Pada tahun 2010 tingkat produktivitas tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan dan penggalian dengan 571,06 juta rupiah meskipun jumlah penduduk yang bekerja pada sektor ini hanya 1,20 persen dari keseluruhan penduduk yang bekerja. Pada urutan kedua, sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan mencatat nilai produktivitas 266,05 juta rupiah dengan persentase tenaga kerja sebesar 1,60 persen.

Semua capaian pembangunan bidang ekonomi merupakan upaya yang telah diambil dan dilaksanakan oleh seluruh pelaku ekonomi yang diarahkan oleh BI dan pemerintah untuk bertahan terhadap kondisi krisis dan memanfaatkan peluang dari pemulihan ekonomi global. Kebijakan moneter dalam rangka menjaga keseimbangan antara mendorong perekonomian domestik dan menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan merupakan upaya memperkuat proses pemulihan perekonomian agar dapat memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Prospek ekonomi global 2011 menunjukkan perekonomian dunia beralih dari fase pemulihan pascakrisis menuju pertumbuhan yang kuat. Meskipun secara perlahan, lebih dari separuh pertumbuhan global disumbang oleh negara berkembang baik untuk tahun ini maupun tahun depan. Pemulihan ekonomi di negara-negara berkembang diperkirakan lebih cepat dibandingkan dengan pemulihan di negara-negara maju.

Bank Dunia mengingatkan, perekonomian global bisa mengalami pertumbuhan ekonomi yang melambat dan harga komoditas yang melambung tinggi sehingga perekonomian dunia akan menghadapi fase penurunan di 2011. Bank Dunia memperkirakan perekonomian global akan tumbuh 3,3 persen pada tahun 2011. Perekonomian negara-negara berkembang akan tumbuh 6,0 persen, turun dari angka 7,0 persen yang dicapai pada 2010.

Kemudian, pada tahun 2012, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara berkembang ini menjadi 6,2 persen. Namun angka pertumbuhan yang dicapai negara-negara berkembang itu lebih baik ketimbang proyeksi pertumbuhan dari negara-negara maju yang diprediksi hanya 2,4 persen di 2011, sedangkan pada tahun 2012 diproyeksikan menjadi 2,7 persen. Namun, tingkat pertumbuhan ekonomi ini tidak cukup cepat untuk mengurangi tingkat pengangguran dan perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara dan sektor yang paling terkena pukulan krisis.

Seiring dengan masih kuatnya kinerja ekonomi dunia, terutama di negara-negara berkembang, harga komoditas dunia diperkirakan masih akan mengalami kenaikan. Secara umum, perekonomian dunia diproyeksikan akan dihadapkan pada tingkat inflasi sebesar 4,5 persen pada tahun 2011 dan 3,4 persen pada tahun 2012. Dengan kondisi tersebut, inflasi di negara-negara berkembang masih akan relatif tinggi, sementara inflasi di negara-negara maju mulai meningkat.

Inflasi di negara-negara berkembang diproyeksikan sebesar 6,9 persen pada tahun 2011 dan 5,3 persen pada tahun 2012, sedangkan di negara-negara maju sebesar 4,5 persen dan 3,4 persen. Dengan demikian, kebijakan di negara-negara berkembang diperkirakan cenderung ketat, sementara beberapa negara maju juga mulai melakukan pengetatan.

Meskipun pada tahun 2010 perekonomian dunia telah menunjukkan pemulihan, namun seluruh negara di dunia harus bersiap-siap untuk mulai mewaspadai munculnya spekulasi yang diperkirakan menghantam perekonomian global. Meskipun optimisme terhadap membaiknya kinerja perekonomian ke depan cukup besar, beberapa tantangan dan faktor risiko terhadap pencapaian sasaran inflasi maupun kinerja makroekonomi lainnya perlu tetap diwaspadai.

Beberapa tantangan yang terjadi pada tahun 2010 diperkirakan masih mewarnai perekonomian Indonesia ke depan, yaitu aliran masuk modal asing yang deras, ekses likuiditas yang tinggi, dan masih tingginya tekanan inflasi akibat dari kecenderungan meningkatnya permintaan dan harga pangan global serta gangguan faktor cuaca.

Selain tantangan tersebut, beberapa faktor risiko dan ketidakpastian juga perlu diwaspadai, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari sisi eksternal. faktor risiko antara lain dapat berasal dari pergerakan harga minyak dunia dan komoditas pangan yang meningkat terlalu tinggi.

Sementara itu, masih tingginya faktor ketidakpastian pemulihan krisis di negara-negara maju dikhawatirkan juga dapat memengaruhi permintaan terhadap komoditas ekspor. Dari sisi domestik, risiko terjadinya gangguan produksi dan distribusi bahan makanan dikhawatirkan dapat memberikan tekanan tambahan terhadap inflasi ke depan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan terus membaik, setidaknya sampai tahun 2015. Selama periode tersebut, ekonomi Indonesia akan memasuki pertumbuhan emas karena membaiknya harga komoditas serta meningkatnya daya beli masyarakat. Menurut Bank Indonesia, perekonomian Indonesia ke depan diperkirakan membaik dengan stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga, pertumbuhan ekonomi yang Iebih tinggi dan surplus neraca perdagangan yang masih akan besar.