TOKOH DAN PEMIKIRANNYA TENTANG BIROKRASI

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Fenomena Komunikasi Massa
Advertisements

Perkembangan Teori Manajemen pertemuan 2
PERSPEKTIF DALAM EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL
Perspektif-Perspektif Tentang Orde Baru
Teori Komunikasi Organisasi
KONSEP AGAMA DAN NEGARA
BIROKRASI & POLITIK MAX WEBER – BIROKRASI PEJABAT (Beamter) Beamtentum -(Officialdom)=“Kepejabatan”/ istilah alternatif dari Birokrasi Weber tdk pernah.
PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI BIROKRASI:
TEORI NEGARA DAN BIROKRASI PEMERINTAH:
Andi alfian alipaisal ( )
Dr. H. Pudjo Sumedi AS., SE., M.Ed.
Teori dalam Komunikasi Organisasi dan Implikasinya
TEORI KRITIS DALAM HAZANAH SAINS MODERN
Kajian Budaya berdasarkan penelitian Stuart Hall
Birokrasi Weberian Fernanda putra adela.
Komponen Struktur Organisasi
Governance dalam Administrasi Publik dan Kebijakan Publik
Teori perubahan sosial dan hukum
EKSISTENSI PROFESI DIPANDANG DARI SEGI ETIKA UMUM DAN ETIKA KHUSUS
Pendekatan/Perspektif dalam Sosiologi
Pandangan Agama Terhadap Politik
TEORI SOSIOLOGI KONFLIK KLASIK
Beberapa Perspektif Sosiologi Politik
A. ORGANISASI ADMINISTRASI NEGARA
L/O/G/O KONSENSUS DAN KONFLIK.
Teori dalam Komunikasi Organisasi dan Implikasinya
TEORI KOMUNIKASI KRITIS
PEMIKIRAN TOKOH – TOKOH DALAM ILMU SOSIAL
Teori organisasi Pertemuan ke 13.
Fenomena Komunikasi Massa
ABDUL HAKIM\TEORI BIROKRASI
PENGERTIAN, CIRI DAN TEORI ORGANISASI
Teori Kritis & Critical Discourse Analysis (CDA)
Teori Kritis & Critical Discourse Analysis (CDA)
SISTEM SOSIAL INDONESIA
IDEOLOGI-IDEOLOGI DUNIA
Partai Politik & Pemilu
Sistem Pers.
Fenomena Komunikasi Massa
Implikasi Sosial dan Politik Birokratisasi
BIROKRASI DEMOKRASI Pertemuan 1 3 September 2009.
SISTEM EKONOMI Pertemuan 4.
Teori Organisasi.
Desentralisasi dan Demokratisasi di Daerah
1. Pengertian & Teori Klasik Birokrasi; Konsep Birokrasi Modern
Teori-teori Sosial (Social Theories)
ETIKA PROFESI OLEH: WARIDI
Konsep Dasar Birokrasi
By: Desayu Ekla Surya, S.Sos., M.Si
Teori-teori klasik: Marx, Michels, Mosca, Weber
PERTEMUAN KE-4 PROFESI ETIS
PERSPEKTIF DALAM EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL
Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi
Social Change.
SEJARAH MANAJEMEN Perspektif sejarah atas manajemen menunjukkanperspektif atau lingkungan untuk mengintepretasikan peluang dan masalah yang ada. Ada 3.
Power, Authority and Leadership
NAMA KELOMPOK : ANNISA HARDIANTI DEWI FITRIYANA LAILA NAJMUS S M FIKRI
NAMA KELOMPOK: AIDA ROHMANI EVI NURLAILI
Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi Politik
Pandangan Filsuf Tentang Birokrasi
PENGENALAN FILSAFAT A. Arti Filsafat a. Dari segi etimologi FALSAFAH
“Evolusi Teori Organisasi dan Administrasi”
Konsep dan pendekatan sosiologi
A. ORGANISASI ADMINISTRASI NEGARA
PERKEMBANGAN IDEOLOGI BESAR DUNIA
PENGERTIAN, CIRI DAN TEORI ORGANISASI
ABDUL HAKIM\TEORI BIROKRASI
Pendalaman Materi Sosiologi
NEGARA RABIATUL ADAWIYAH, M.PD. Daerah territorial yang rakyatnya diperintah oleh (governed) oleh sejumlah pejabat yang berhak menuntut dari warga negaranya.
Teori dalam Komunikasi Organisasi dan Implikasinya
Transcript presentasi:

TOKOH DAN PEMIKIRANNYA TENTANG BIROKRASI

Teori Birokrasi Klasik: (Hegel, Marx, dan Weber) Secara etimologis, istilah birokrasi berasal dari gabungan kata Perancis, ‘bureau’, yang berarti “kantor”, dan kata Yunani ‘kratein’ yang berarti aturan. Sebagai suatu bentuk institusi, birokrasi telah ada sejak lama. Raison d’etre keberadaannya adalah munculnya masalah-masalah publik tertentu yang penanganannya membutuhkan koordinasi dan kerjasama dari orang yang banyak dengan berbagai keahlian dan fungsi.

GWF Hegel: Birokrasi sebagai Agen Kepentingan Umum Renungan Hegel tentang birokrasi muncul dalam konteks filsafat sosial politiknya. Dilihat dari perspektif sistem pemikirannya yang utuh, birokrasi adalah anasir konseptual yang tercakup dalam apa yang disebutnya “roh objektif”, yakni tahapan menengah dari rangkaian perjalanan Roh (Geist) untuk mengenal dirinya yang termanifestasikan dalam kehidupan sosial. Kita tidak akan membicarakan sistem metafisis Hegel tentang Roh ini. Cukuplah di sini untuk membicarakan letak dan fungsi birokrasi dalam ekonomi gagasan Hegel tentang kehidupan sosial-politik. Birokrasi dipahami dalam konteks “Sittlichkeit”, yang dapat diterjemahkan sebagai tatanan sosial-moral, sebagai suatu tahapan tertinggi dari kehidupan sosial. DalamPhilosophy of Right, Hegel mengatakan bahwa masyarakat sebagai sittlichkeit dapat dibagi dalam tiga tingkatan atau substansi etis, yaitu keluarga, masyarakat sipil, dan negara. Birokrasi adalah bagian dari negara yang berperan untuk memediasi kepentingan partikular dari masyarakat sipil dengan kepentingan universal dari negara. Dengan kata lain, birokrasi adalah jembatan antara negara dengan masyarakat sipil.

Peran yang sekilas terlihat ganjil ini dapat kita pahami jika kita mengingat bahwa Hegel memberikan dua karakter pokok pada masyarakat sipil. Pertama, setiap anggota masyarakat sipil berusaha mengejar kepentingan pribadinya. Mereka mengerahkan kekuatan reflektifnya dalam pertukaran pasar dan komodifikasi alam setelah dirinya keluar dari kepompong “feodalistis” keluarga. Dalam rangka memenuhi tujuan tersebut, anggota masyarakat sipil lainnya dipandang sebagai sarana untuk meraih tujuan pribadi. Akan tetapi, dan ini karakter pokok kedua dari masyarakat sipil, dalam rangka memenuhi kepentingan pribadinya tersebut mau tidak mau anggota masyarakat sipil haruslah memuaskan kebutuhan dari anggota masyarakat sipil lainnya. Kepentingan diri yang bersifat timbal balik menjadi basis dari interaksi masyarakat sipil. Ini menujumkan tesis dari Adam Smith bahwa pengejaran kepentingan diri akan menciptakan tatanan sosial.

Karl Marx: Birokrasi Alienatif Pemikiran lain tentang birokrasi dikemukakan oleh oleh Karl Marx. Dalam tanggapannya atas optimisme idealis Hegel tentang birokrasi, Marx menganggap bahwa oposisi Hegelian antara kepentingan partikular dengan kepentingan universal sebagai hal yang tak bermakna karena negara sesungguhnya tidak mencerminkan kepentingan universal. Bagi Marx, birokrasi selamanya hanya mencerminkan kepentingan partikular dari kelas dominan dalam masyarakat. Dalam perspektif ini, birokrasi tak ubahnya instrumen yang dikuasai dan dijalankan oleh kelas berkuasa untuk mengamankan kepentingannya. Justifikasi dan eksistensi dari birokrasi sepenuhnya tergantung kepada kelas yang berkuasa. Ketika birokrasi mengklaim telah merepresentasikan kepentingan universal masyarakat, sesungguhnya itu tak lebih dari selubung ideologis yang berusaha mengaburkan hakikatnya sebagai pelayan dominasi kelas penguasa.

Dari perspektif kelas, kaum birokrat menempati posisi yang ambigu Dari perspektif kelas, kaum birokrat menempati posisi yang ambigu. Di satu sisi, mereka bukanlah bagian dari kelas sosial manapun karena posisinya yang non-organis, yakni tidak terkait secara langsung dengan proses produksi, di mana proses produksi inilah yang secara konstitutif mendefinisikan identitas kelas yang tegas: atau borjuis atau proletar. Di sisi lain, posisi sedemikian membuat mereka memiliki posisi yang relatif otonom, sehingga konflik dengan “pemiliknya” (kaum borjuis) menjadi dimungkinkan, meskipun konflik tersebut bagaimanapun tidak dapat melewati batas tertentu yang dideterminasi dari hubungan produksi dan kekuatan produksi.

Max Weber Menurut Weber, perkembangan organisasi menjadi lebih besar akan merangsang bertumbuhnya birokrasi dalam organisasi tersebut. Ini karena organisasi yang besar membutuhkan mekanisme bagi pelaksanaan tugas-tugas administratif skala luas. Negara, perusahaan, gereja, atau perserikatan sipil adalah contoh-contoh organisasi yang dapat berkembang menjadi birokrasi. Birokrasi di sini dipahami sebagai prinsip-prinsip pengorganisasian dan bukannya instansi eksklusif tertentu seperti dinas-dinas pemerintah sebagaimana yang dipahami oleh masyarakat awam di negeri ini. Weber menggunakan istilah birokratisasi untuk menjelaskan semakin luasnya penerapan prinsip-prinsip birokrasi dalam berbagai organisasi dan institusi modern.

Secara rinci Weber menjelaskan bahwa birokrasi mempunyai 15 karakteristik ideal, yaitu: 1) kekuasaan dimiliki oleh jabatan dan bukan pemegang jabatan; 2) otoritas ditetapkan melalui aturan-aturan organisasi; 3) tindakan organisasi bersifat impersonal, melibatkan eksekusi atas kebijakan publik; 4) tindakan organisasi dikerangkai oleh sistem pengetahuan yang disipliner; 5) aturan dikodifikasi secara formal; 6) aturan preseden dan abstrak menjadi standar bagi tindakan organisasi; 7) spesialisasi; 8) batasan yang tegas antara tindakan birokratis dengan tindakan partikular menentukan legitimasi dari tindakan; 9) pemisahan fungsional dari tugas-tugas yang diikuti oleh struktur otoritas formal; 10) kekuasaan yang didelegasikan via hierarki; 11) delegasi kekuasaan diekspresikan dalam istilah tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab yang ditetapkan melalui kontrak; 12) kualitas yang dibutuhkan untuk mengisi posisi diukur dengan pengakuan kredensial formal (ijazah, sertifikat, dsb); 13) struktur karir dan promosi, baik atas dasar senioritas maupun prestasi; 14) posisi yang berbeda dalam hierarki akan menerima pembayaran yang berbeda; dan 15) sentralisasi koordinasi, komunikasi, dan kontrol.