BAB 9 KONSUMSI DAN INVESTASI
KONSUMSI Konsumsi merupakan tindakan pelaku ekonomi, baik individu maupun kelompok, dalam menggunakan komoditas berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Mengapa kita harus mempelajari konsumsi? Membahas konsumsi dangat penting untuk analisis ekonomi jangka panjang maupun jangka pendek suatu negara. Secara agregat, konsumsi merupakan penjumlahan dari pengeluaran seluruh rumah tangga yang ada dalam suatu perekonomian. Dengan mengetahui total pengeluaran dari suatu perekonomian, maka akan dapat diketahui beberapa masalah penting yang muncul dalam perekonomian, seperti pemerataan pendapatan, efisiensi penggunaan sumber daya alam suatu perekonomian, dan masalah-masalah lainnya.
Secara umum, pengeluaran konsumsi terbagi menjadi konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga. Namun, dalam pembahasan kali ini kita lebih menekankan pada konsumsi rumah tangga, alasannya adalah sebagai berikut : Konsumsi rumah tangga memiliki porsi yang lebih besar dalam pengeluaran agregat jika dibandingkah dengan konsumsi pemerintah. Konsumsi rumah tangga bersifat endogen, dalam arti besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Keterkaitan ini akan menghasilkan teori dan model ekonomi sendiri untuk konsumsi. Perkembangan masyarakat yang begitu cepat menyebabkan perilaku konsumsi juga berubah cepat sehingga pembahasan tentang konsumsi rumah tangga akan tetap relevan.
Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga dengan Pemerintah (Dalam Miliar Rupiah) Grafik di atas memperlihatkan bahwa konsumsi rumah tangga jauh mendominasi jika dibandingkan dengan konsumsi pemerintah.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekonomi Faktor Ekonomi. Ada faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi tingkat konumsi, antara lain pendapatan rumah tangga, kekayaan rumah tangga, tingkat bunga, dan perkiraan akan masa depan. Faktor Demografi. Jumlah dan komposisi penduduk juga akan berpengaruh pada besarnya tingkat konsumsi. Jumlah penduduk yang semakin banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh meskipun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relatif rendah. Faktor Non-Ekonomi. Faktor-faktor non ekonomi yang banyak berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat.
Teori Konsumsi J.M Keynes Irving Fisher Franco Modigliani Milton Friedman
J.M. Keynes Keynes berpendapat dalam teorinya, Keynesian Consumption Function, bahwa yang menentukan besarnya pengeluaran rumah tangga saat ini, baik perorangan maupun keseluruhan, adalah pendapatan (pendapatan disposabel) saat ini. Dalam asumsinya, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung pada tingkat pendapatan. Dengan kata lain. Ada konsumsi yang memang harus dipenuhi walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol, inilah yang disebut dengan konsumsi otonomus. Pendapatan dapat digunakan untuk keperluan konsumsi dan sebagian lagi ditabung. Secara matematis, hal ini dapat ditulis : di mana : Y = pendapatan C = konsumsi S = tabungan Y = C + S
Irving Fisher Menurut Irving Fihser, seseorang akan memutuskan berapa banyak pendapatan yang dikonsumsi dan berapa banyak yang ditabung dengan mempertimbangkan kondisi pada saat ini dan di masa depan. Semakin banyak ia dikonsumsi saat ini, maka akan sedikit yang dapat ia konsumsi di masa depan. Fisher menunjukkan kendala yang dihadapi konsumen dan bagaimana mereka memilih antara konsumsi dan tabungan. Mesyarakat rasional akan berusaha menambah jumlah barang dan mutu barang atau jasa yang dikonsumsi. Masyarakat yang mengkonsumsi lebih sedikit dari yang sebenarnya terjadi karena keterbatasan anggaran (budget constraint). Ketika mereka harus memutuskan berapa yang harus dikonsumsi saat ini dan berapa yang harus ditabung, mereka menghadapi apa yang disebut intertemporal budget constraint.
Franco Modigliani Franco Modigliani berpendapat bahwa kegiatan konsumsi adalah kegiatan seumur hidup. Oleh karena itu, ia membuat hipotesis tentang berapa banyak jumlah yang dikonsumsi seseorang tergantung pada tingkat pendapatan yang berubah secara teratur (regular pattern) sepanjang kehidupan seseorang, dan tabungan juga mengikuti perubahan pendapatan tersebut. Hal ini disebut life-cycle hypothesis. Model siklus hidup membagi perjalanan hidup manusia menjadi tiga periode sebagai berikut : Periode Belum Produktif. Periode ini berlangsung sejak manusia lahir, bersekolah, dan bekerja pada kali pertama. Biasanya berkisar antara nol sampai dua puluh tahun. Periode Produktif. Periode ini berlangsung antara usia dua puluh sampai enam puluh tahun. Selama periode ini manusia mulai dapat meraih tingkat penghasilan yang meningkat sehingga sudah dapat memenuhi kebutuhan konsumsinya sendiri. Periode Tidak Produktif Lagi. Periode ini berlangsung di atas umur enam puluh tahun.
Milton Friedman Dalam hipotesisnya dikemukakan bahwa konsumsi tergantung dari pendapatan permanen seseorang. Yang dimaksud pendapatan permanen ini adalah tingkat pendapatan rata-rata yang diharapkan akan diperoleh dalam jangka panjang. Sumber pendapatan permanen ini bisa berasal dari pendapatan upah/gaji, maupun dari non-upah (misalnya uan sewa). Pendapatan permanen akan meningkat bila individu menilai kualitas dirinya baik dan mampu bersaing dengan orang lain untuk memperoleh pendapatan. Dengan keyakinan tersebut, maka harapannya akan upah yang akan diterima dan kekayaan yang dimilikinya akan meningkat pula. Pendapatan saat ini tidak selalu sama dengan pendapatan permanen. Hal ini disebabkan oleh adanya pendapatan yang tidak permanen yang besarnya berubah-ubah. Pendapatan inilah yang disebut dengan pendapatan transitori.
Secara matematis pendapatan seseorang dapat ditulis sebagai berikut : Sementara itu, fungsi konsumsi menurut Friedman adalah sebagai berikut : Y = Yp + Yt di mana : Y = pendapat yang dapat dibelanjakan (pendapatan disposabel) Yp = pendapatan permanen Yt = pendapatan transitori C = Yp C = konsumsi = konstanta
Hubungan Antara Konsumsi, Tabungan dan Pendapatan Pada pendapatan rendah, tabungan akan dipakai untuk membiayai konsumsi. Kita bisa melihat bahwa tabungan tetap minus hingga mencapai pendapatan Rp. 500.000. Ini menujukkan bahwa pengeluaran untuk konsumsi dibiayai oleh tabungan atau pendapatan masa lalu yang disimpan. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi. Pada pendapatan Rp. 600.000, jumlah konsumsinya adalah Rp. 550.000. Konsumsi juga meningkat menjadi Rp. 800.000 pada saat pedapatan Rp. 900.000. Rumah tangga akan menabung pada pendapatan lebih tinggi. Saat rumah tangga mendapatkan pendapatan tinggi, sebuah keluarga mampu untuk menabung. Jumlah tabungan juga akan meningkat sejalan dengan meningkatnya pendapatan.
Marginal Prospensity to Consume (MPC) MPC atau kecenderungan mengkonsumsi marjinal merupakan perbandingan antara pertambahan konsumsi dengan pertambahan pendapatan yang diperoleh. Dengan kata lain, MPC dipakai untuk mengukur rasio perubahan konsumsi terhadap perubahan pendapatan. Berapa banyak konsumsi akan bertambah jika pendapatan seseorang untuk dibelanjakan (pendapatan disposabel) meningkat. Karena itulah angkanya berkisar antara 0 dan 1. MPC bisa saja lebih dari angka 1 jika orana tersebut meminjam uang untuk membayar pengeluaran yang lebih tinggi daripada pendapatannya. Angka MPC juga tidak mungkin negatif, karena manusia tidak mungkin hidup tanpa mengkonsumsi barang atau jasa. Dimana ΔC = pertambahan konsumsi ΔYd = pertambahan pendapatan nasional MPC = ΔC/ ΔYd
Average Prospensity to Consume (APC) Kecondongan mengkonsumsi rata-rata merupakan perbandingan antara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposabel pads saat konsumsi tersebut dilakukan (Yd). Dirumuskan : Dimana C = tingkat konsumsi Yd = tingkat pendapatan APC = C / Yd
Kecenderungan Mengkonsumsi Marjinal dan Rata-Rata Pendapatan Disposabel (Yd) Konsumsi MPC APC 300 1 600 450 0.5 0.75 900 0.67 1.200 750 0.63 1.500 0.60
Marginal Prospenty to Save (MPS) MPS atau kecenderungan menabung marjinal merupakan perbandingan antara pertambahan tabungan dengan pertambahan pendapatan disposabel. Dengan kata lain, MPS dipakai untuk mengukur rasio perubahan tabungan terhadap perubahan pendapatan. Dirumuskan : MPS = ΔS / ΔYd Dimana ΔS = pertambahan tabungan ΔYd = pertambahan pendapatan disposable
Average Prospenty to Save (APS) APS atau kecondongan menabung rata-rata merupakan perbandingan antara tingkat tabungan (S) dengan tingkat pendapatan disposabel pada saat konsumsi tersebut dilakukan (Yd). Dirumuskan : Dimana : S = tingkat tabungan Yd = tingkat pendapatan disposable APS = S / Yd
Kecenderungan Menabung Marjinal dan Rata-Rata Pendapatan Diposabel (Yd) Tabungan MPS APS 300 1 600 450 0.5 0.75 900 0.67 1.200 750 0.63 1.500 0.6
FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN Konsumsi dan Tabungan Agregat. Tabel 9.4 memperlihatkan daftar konsumsi dan tabungan. Dengan rumus Y = C + S sebagaimana telah kita petajad maka kita dapat melengkapi isinya. Kita bisa menghitung MPC dengan cara yang sama. MPC = (300-225)/(250-150) = 0.75 Kita juga dapat menghitung APC-nya dengan mengambil nilai dari yang kita kehendaki. APC = C / Y = 225/150 = 1.5
Daftar Konsumsi dan Tabungan (dalam triliun rupiah) Pendapatan negara (11 Konsumsi Agregat (C) Tabungan agregat (S) 150 -150 225 -75 250 300 -50 350 375 -25 450 550 525 25 650 600 50 750 675 75
Sebelum kita menggambarkan tabel di atas ke datam kurva fungsi konsumsi dan kurva fungsi tabungan, maka sangat penting untuk mengetahui definisi fungsi konsumsi dan fungsi tabungan. Fungsi Konsumsi. Fungsi konsumsi adatah suatu kurva yang menggambarkan hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut . Fungsi Tabungan. Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan hubungan di antara tingkat tabungan rumah tangga datam perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut.
Persamaan Matematis Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan C = a + bY di mana: a = konsumsi yang harus dipenuhi pada saat pendapatan nol b = marginal prospensity to consume, 1-b = marginal prospensity to save; Y = pendapatan nasional Fungsi tabungan : S = -a + (1-b)Y
HUBUNGAN KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM PENDAPATAN DISPOSABLE Fungsi konsumsi : Fungsi tabungan : di mana: a = konsumsi yang harus dipenuhi pada saat pendapatan not b = marginal prospensity to consume 1-b = marginal prospensity to save Yd = pendapatan disposabet C = a + bYd S = -a + (1-b)Yd
Grafik Fungsi Konsumsi Grafik Fungsi Tabungan
INVESTASI Investasi merupakan pengeluaran atau pembelanjaan para penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Produksi barang-barang dan jasa-jasa ini akan memungkinkan perekonomian menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak di masa yang akan datang, dan juga untuk menggantikan barang-barang modal yang telah habis masa gunanya dan perlu didepresiasikan.
Jenis Investasi Investasi Riil. Investasi riiL adalah investasi terhadap barang modal seperti untuk pembelian pabrik, mesin-mesin, peralatan produksi, atau gedung yang baru. Investasi Persediaan. Investasi persediaan yaitu investasi datam bentuk persediaan baik bahan baku produksi maupun barang jadi yang digunakan sebagai cadangan, dengan tujuan meningkatkan keuntungan masa mendatang Investasi Residensial. Investasi residensial adalah investasi dalam bentuk tempat tinggal, seperti rumah, kantor dan apartemen.
Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan didapat. Tingkat bunga. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan. Kemajuan teknologi. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya. Keuntungan yang diperoleh perusahaan
INVESTASI DAN TINGKAT BUNGA