tahapan riset etnografi dengan foto Menentukan pertanyaan awal Memotret (survey awal) Mengidentifkasi segala unsur yang tertangkap oleh kamera (bukalah mata dan indera. Jangan menutup diri pada anggapan-anggapan yang sudah anda percayai sebelumnya) Analisa: Menghitung, mengukur, membandingkan, menemukan pola, melakukan elisitasi, merasakan (bisa semua hal ini dilakukan atau salah satu tergantung foto-nya) Mengajukan pertanyaaan ulang (Meskipun kita sendiri yang memotretnya bukan berarti kita ‘tahu’ apa yang kita foto. Maka jadilah ‘penonton’ bukan ‘operator’ foto) Memotret lagi Melakukan identikasi lagi Melakuakan analisa lagi Membuat penafsiran dan kesimpulan
Llanjutan foto elisitasi… Beberapa langkah yang bisa dilakukan ketika melakukan foto elisitasi: Pilih dan susun foto yang akan dijadikan bahan wawancara. Catat informasi yang sudah diketahui atau mungkin kita ketahui untuk dielaborasi lebih jauh dengan si informan dan tentukan pula informasi apa yang belum kita tahu dan hendak kita cari. Buat outline dari informasi/data yang sudah kita tahu dan yang belum kita tahu. Tentukan subjek/informan yang akan memperkaya data kita. Duduklah dengan informanmu dan lihat bersama-sama foto yang sudah kamu pilih satu persatu tanpa mengajukan pertanyaan atau topik yang spesifik. Catat saja apa yang mereka lontarkan ketika melihat foto-foto tersebut. Pastikan kita mencatat foto yang mana yang memunculkan respon seperti apa. Jangan sampai tertukar. Lalu, ketika informan mulai mengungkap atau melontarkan sesuatu yang menarik susulkan dengan pertanyaan yang berhubungan dengan itu. Apabila tahap sebelumnya dirasa cukup, barulah kita mengajukan pertanyaan atau topik yang sudah kita catat dioutline yang kita buat sebelumnya. Sekarang lihatnya seluruh foto dengan pertanyaan yang lebih spesifik, Buatkalh catatan mengenai respon mereka dan dengan foto yang mana respon itu berhubungan.
teknik dasar memotret Memotret sebuah subjek secara beragam dari berbagai sudut pengambilan, jarak, dan frame: dari mulai ‘wide’, ‘medium’ dan ‘detail’, mengambil dari arah ketinggian, eye-level, dari bawah, dari samping, dll. Buatlah komposisi dengan memperhatikan batas terluar dari frame untuk memaksimalkan data dan konteks. Jangan secara otomatis menempatkan subjek ‘utama’ langsung ditengah, tetapi maksimalkan kesuluran frame. Artinya lihat di mana ujung terluar dari frame dan bukan hanya apa yang ada di tengah. Kita ingin menggunakan kamera untuk ‘memperluas’ pandangan kita bukan untuk ‘mengafirmasi’ keyakinan kita. Dengan demikian kita bisa melepaskan diri darifoto yang terlalu ‘subjek oriented’ dan menggunakan foto dalam ‘jaringan’ atau ‘hubungan’ dengan informasi dan data yang lebih luas dan kontekstual.
Buatlah foto secara sekuensial dan bukan hanya satu jepretan saja Buatlah foto secara sekuensial dan bukan hanya satu jepretan saja. Teknik ini terutama dilakukan untuk menangkap sebuah proses berjalan. Pastikan kita memotret apa yang terjadi sebelum dan sesudah dari sebuah aktifitas atau peristiwa. Buatlah foto dalam interval yang regular, bahkan ketika ‘tidak ada sesuatu’ yang tengah terjadi. Kita tidak bisa berasumsi bahwa kita sudah tahu mana yang ‘sgnifikan; akan terjadi kapan dan dimana.
Buatlah foto tentang hal yang ‘remeh temeh/biasa’ selain foto yang kita anggap ‘dramatis’. Kita terbiasa hanya tertaruk memotret yang kita anggap ‘dramatis’ atau ‘aneh’. Kita lupa sebagian besar hidup berjalan tidak secara dramatis. Hidup sehari-hari yang terlihat ‘remsh temeh’ lah yang sebenarnya menjadi fondasi masyarakat dan kebudayaan. Buat catatan lapangan yang bisa memuat latar balakang dan identifikasi lain dari foto yang kita hasilkan. Jangan terlalu mengandalkan ingatan. Foto, pada tidik tertentu, ‘tidak berbicara sendiri’, makna dan signifikasinya ditentukan oleh konteksnya.