Ciri Khas Akidah ASWAJA: Allah Ada Tanpa Tempat Pondok Pesantren Darut Tauhid Injelan Panggung Sampang Madura
Dalil Allah Ada Tanpa Tempat dan Arah Keterangan Dalil al-Qur’an Ayat ini sangat tegas dalam menjelaskan kesucian Allah dari menyerupai apapun. Allah tidak menyerupai makhluk-Nya dari aspek apapun. Allah tidak butuh tempat dan arah yang menentukannya. لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ. (الشورى : 11). Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. (QS. Al-Syura : 11).
Dalil Allah Ada Tanpa Tempat dan Arah Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallaahu wajhah berkata: Allah SWT itu ada sebelum adanya tempat. Dan keberadaan Allah sekarang seperti keberadaan-Nya sebelum adanya tempat. (al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi, al-Farqu Bayna al-Firaq, 256). قال سيدنا علي بن أبي طالب كرم الله وجهه: كَانَ اللهُ وَلاَ مَكَانَ وَهُوَ اْلآنَ عَلىَ مَا عَلَيْهِ كَانَ. (أبو منصور البغدادي، الفرق بين الفرق، 256).
Dalil Allah Ada Tanpa Tempat dan Arah Oleh karena itu, mustahil Allah SWT menyerupai makhluk yang mempunyai roh seperti manusia, jin, Malaikat dan lain-lain Allah juga mustahil menyerupai benda-benda padat (jamad), baik benda yang ada di atas, maupun yang ada di bawah. لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ. (الشورى : 11). Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. (QS. Al-Syura : 11). Ayat tersebut menjadi dalil sifat Allah, mukhalafatuhu lil-hawadits (Allah tidak menyerupai makhluk-makhluk-Nya). Sifat ini termasuk sifat salbiyyah, yaitu sifat yang menafikan sifat-sifat yang tidak layak bagi Allah
Makhluk Terbagi Menjadi Dua 1. Benda (A’yan/أعيان) 2. Sifat Benda (A’radh/اعراض) Benda terbagi menjadi dua: Pertama, al-jauhar al-fard, yaitu benda yang tidak dapat terbagi lagi karena telah mencapai batas terkecil Kedua, jisim, benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian Sifat benda seperti bergerak, diam, naik, turun, bertempat, berarah, berubah, bersemayam, berdiri, duduk dan lain sebagainya
Jisim Terbagi menjadi Dua Pertama, benda lathif, yaitu sesuatu yang tidak dapat dipegang oleh tangan seperti cahaya, kegelapan, roh, angin dan sebagainya. Kedua, benda katsif, yaitu sesuatu yang dapat dipegang oleh tangan seperti manusia, tanah, benda-benda padat dan lain sebagainya.
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ. (الشورى : 11). Ayat di atas menegaskan kepada kita bahwa Allah tidak menyerupai makhluk-Nya. Sudah barang tentu Allah itu bukan al-jauhar al-fard Bukan benda lathif dan bukan pula benda katsif. Dan tentu saja Allah tidak boleh disifati dengan sifat-sifat benda seperti diam, bergerak, bertempat dan lainnya. Ayat tersebut di atas cukup sebagai dalil bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ. (الشورى : 11). Seandainya Allah mempunyai tempat dan arah, tentu akan banyak yang serupa dengan Allah Karena dengan demikian Allah mempunyai dimensi (panjang, lebar dan kedalaman) Sedangkan sesuatu yang mempunyai dimensi, maka ia adalah makhluk yang membutuhkan kepada yang menjadikannya dalam dimensi tersebut.
Mungkinkah Akal Menerima, Allah Ada tanpa tempat dan arah? عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : كَانَ اللهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ. (رواه البخاري 2953). Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhuma berkata, "Rasulullah bersabda, "Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya." (HR. al-Bukhari : 2953). Hadits di atas memberikan penjelasan, bahwa Allah itu ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan), ketika tidak ada sesuatu apapun selain-Nya, sepertiangin, cahaya, kegelapan, Arsy, langit, manusia, jin, Malaikat, waktu, tempat dan arah
Mungkinkah Akal Menerima, Allah Ada tanpa tempat dan arah? Dengan demikian berarti Allah itu ada sebelum terciptanya tempat dan arah Allah juga tidak berubah dari wujud yang semula, yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru (makhluk) Sekarang apabila akal dapat menerima bahwa Allah ada sebelum terciptanya tempat dan arah, maka tentu saja akal dapat menerimaa wujud-Nya Allah tanpa tempat dan arah setelah terciptanya tempat dan arah Dan hal ini bukan termasuk penafian atas wujudnya Allah
Mungkinkah Akal Menerima, Allah Ada tanpa tempat dan arah? Al-Imam al-Hafizh al-Baihaqi mengatakan: Sebagian sahabat kami dalam menafikan tempat bagi Allah, mengambil dalil dari hadits: عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: أنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ. (رواه مسلم 4888). Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi , yang bersabda, "Engkaulah al-Zhahir (yang segala sesuatu menunjukkan akan ada-Nya), tidak ada sesuatu di atas-Mu. Dan Engkaulah al-Bathin (yang tidak dapat dibayangkan), tidak ada sesuatu di bawah-Mu.” Jika tidak ada sesuatu di atas-Nya dan tidak ada sesuatu di bawah-Nya, sudah barang tentu Dia tidak bertempat.
Mengapa Allah Menciptakan Arasy? Sayidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata: إِنَّ اللهَ خَلَقَ الْعَرْشَ إِظْهَارًا لِقُدْرَتِهِ وَلَمْ يَتَّخِذْهُ مَكَانًا لِذَاتِهِ. (الإمام ابو منصور البغدادي، الفرق بين الفرق، ص/256). Sesungguhnya Allah menciptakan Arsy (makhluk Allah yang paling besar) untuk menampakkan kekuasaan-Nya, bukan untuk menjadikannya tempat bagi Dzat-Nya.
ASWAJA sejak generasi salaf Keyakinan bahwa wujudnya Allah tanpa tempat dan arah, adalah kesepakatan Ahlussunnah Wal-Jama'ah sejak generasi salaf yang saleh Al-Imam Abu Ja'far al-Thahawi berkata dalam al-'Aqidah al-Thahawiyyah: تَعَالَى (يَعْنِىْ اللهُ) عَنِ الْحُدُوْدِ وَالْغَايَاتِ وَاْلأَرْكَانِ وَاْلأَدَوَاتِ لاَ تَحْوِيْهِ الْجِهَاتُ السِّتُّ كَسَائِرِ الْمُبْتَدَعَاتِ. Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, sehingga Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti tangan, wajah dan anggota badan lainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya), Dia tidak diliputi oleh satu maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang), tidak seperti makhluk-Nya yang diliputi enam arah penjuru tersebut.
Ijma’ Ulama Sejak Generasi Sahabat Al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi juga mengatakan: وَأَجْمَعُوْا عَلىَ أَنَّهُ لاَ يَحْوِيْهِ مَكَانٌ وَلاَ يَجْرِيْ عَلَيْهِ زَمَانٌ. (الفرق بين الفرق، 256). Ahlussunnah Wal-Jama'ah juga bersepakat, bahwa Allah itu tidak diliputi oleh tempat dan tidak dilalui oleh zaman.