JARINGAN KERJA ANALISA WAKTU Fakultas Kehutanan

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PENJADWALAN PROYEK DAN ANALISIS JARINGAN KERJA
Advertisements

B A B V Analisa Network.
Manajemen Proyek Network Planning CPM.
MENGENAL JARINGAN KERJA Fakultas Kehutanan
Pengantar Jaringan (Network Planning)
PERTEMUAN X PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK DENGAN CPM
PENJADWALAN PROYEK DENGAN CPM/PERT
Manajemen Waktu Proyek (lanj.)
Proyek.
INISIASI PROYEK Kuliah ke 6.
Pertemuan 9 PERT & CPM.
PENJADWALAN PROYEK DAN ANALISIS JARINGAN KERJA
ASPEK DALAM SKEP Aspek Pasar Aspek Pemasaran Aspek Teknik n Teknologi
JARINGAN KERJA (NETWORK)
Penjadwalan Proyek SI dan Network Diagram
METODE JALUR KRITIS Kuliah Ke 10.
DASAR-DASAR PENDIAGRAMAN Fakultas Kehutanan
JARINGAN KERJA Kuliah ke 25.
suatu sistem kontrol proyek
Manajemen Proyek 1.
Arta Rusidarma Putra, ST., MM
PENJADWALAN PROYEK Penjadwalan proyek meliputi kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan proyek yang harus diselesaikan, bahan baku, tenaga kerja serta.
CRITICAL PATH METHOD (CPM)
Perencanaan Proyek.
Jaringan Kerja (Network Schedule)
Project Evaluation and Review Technigue (PERT)
Analisis jadwal Metode CPM dan PERT
Precedence Diagram Method (PDM)
Materi Manajemen Proyek Smt 5 – S 1 Kesmas
PERENCANAAN / PENJADWALAN
PROGRAM EVALUATION and REVIEW TECHNIQUE (PERT)
Berdasarkan tahapan perencanaan dibuatlah skedul sumberdaya yang
4. DIAGRAM JARINGAN KERJA ( NETWORK PLANNING/NETWORK DIAGRAM = NP= NWP) Adalah diagram yg berisi lintasan-lintasan yg terdiri dari kegiatan kegiatan dan.
Tutorial 5 ANALISIS JARINGAN.
Teknik Analisa Jaringan: Critical Path Method (CPM)
Manajemen Proyek Pertemuan XIII
PERENCANAAN PROYEK.
MEMPERCEPAT UMUR PROYEK
TEKNIK PENAJADWALAN PROYEK : PERT
“S” CURVE SCHEDUL (SKEDUL KURVE “S”
MEMPERCEPAT UMUR PROYEK
Teknik Manajemen Proyek
Manajemen Proyek Karakteristik proyek: Contoh proyek:
Crashing Project SIF– 102 RISET OPERASIONAL Materi 11 Oleh:
PERT (Program Evaluation and Review Technique)
MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK
3. DIAGRAM JARINGAN KERJA ( NETWORK PLANNING/NETWORK DIAGRAM = NP= NWP) Adalah diagram yg berisi lintasan-lintasan yg terdiri dari kegiatan kegiatan dan.
Mata Kuliah : Analisa Disain Sistem Pertemuan VIII Manajemen Proyek
Manajemen Waktu Proyek (lanj.)
Teknik Manajemen Proyek
Nama Anggota Kelompok :. Deka Rachmana Putra
Manajemen proyek Metode jalur kritis Biaya dan waktu percepatan proyek Program evaluation and review technique (PERT) Febriyanto, SE, MM.
METODE CPM - PERT MINGGU keempat.
BAB IV.Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis, dan Lintasan Kritis
Untuk melakukan analisa waktu pada tahap perencanaan
MEMPERCEPAT UMUR PROYEK
6. Hubungan Antar Simbol Untuk dapat membaca network diagram sebuah proyek, perlu dijelaskan pengertian dasar hubungan antar simbol yang ada dalam setiap.
Manajemen Proyek Karakteristik proyek: Contoh proyek:
Fajrin Nurman Arifin, S.T., M.Eng
Manajemen Proyek Karakteristik proyek: Contoh proyek:
Biaya dan waktu percepatan proyek
PERTEMUAN TEORI JARINGAN KERJA (NETWORK THEORY)
PRODI MIK | FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JARINGAN KERJA (NETWORK)
Metode jalur kritis Biaya dan waktu percepatan proyek Program evaluation and review technique (PERT)
Manajemen proyek Metode jalur kritis Biaya dan waktu percepatan proyek
Biaya dan waktu percepatan proyek
Program evaluation and review technique (PERT) Febriyanto, SE, MM.
Arta Rusidarma Putra, ST., MM
PENJADWALAN PROYEK MATERI MANAJEMEN PROYEK S 1 KESMAS.
Transcript presentasi:

JARINGAN KERJA ANALISA WAKTU Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat ANALISA WAKTU JARINGAN KERJA III. Analisa Waktu Jaringan Kerja

ANALISA WAKTU III 31 SPA (Saat Paling Awal) 32 SPL (Saat Paling Lambat) 34 Lintasan Kritis 35 Tenggang Waktu Kegiatan 37 Umur Proyek 36 Keterlambatan Kegiatan 33 Umur Perkiraan Proyek

S P A waktu terjadi suatu kejadian paling awal dalam suatu kegiatan 31 S P A (Saat Paling Awal) waktu terjadi suatu kejadian paling awal dalam suatu kegiatan (tidak mungkin terjadi sebelumnya) Manfaat : untuk mengetahui waktu kejadian paling awal SPAi dilaksanakan suatu kegiatan yang keluar dari kejadian ybs

* Tersedia “diagram JK” yang tepat 11 Persyaratan * Tersedia “diagram JK” yang tepat bila jumlah kegiatan & logika ketergantungan kegiatan tepat, jumlah kejadian & jumlah dummy cukup * No. kejadian awal diberi no.1 & no. kejadian akhir diberi no. terbesar; & sama banyaknya dengan dengan jumlah kejadian untuk nomor2 kejadian lainnya diatur sedemi-kian rupa sehingga no. kejadian awal selalu lebih kecil daripada no. kejadian akhir untuk suatu kegiatan atau dummy

Rancangan diagram suatu proyek * Perkiraan lama kegiatan ditetapkan waktunya dalam diagram Rancangan diagram suatu proyek 5 6 1 2 3 4 8 9 7

12 Rumusan # Bila hanya sebuah kegiatan (X) menuju ke sebh kejadian (SPAj) dengan lama kegiatan (L) tertentu X L SPAi i SPAj j SPAj = SPAi + L # Bila lebih dari 1 kegiatan (Xn) menuju ke sebh kejadian (SPAj) dengan lama kegiatan (Ln) tertentu

SPAj = SPAin + Ln maks i1 X1 L1 i2 X2 L2 j Xn Ln in SPAi1 SPAi2 SPAj

Cara menentukan SPA tiap kejadian sbb : 13 Perhitungan SPA Cara menentukan SPA tiap kejadian sbb : # hitung SPA tiap kejadian mulai no.1 sampai dengan no. terbesar # saat paling awal untuk kejadian no.1 sama dengan nol (SPA1 = 0) # hitung mulai paling awal (MPA) kejadian no.2, 3 dst dengan menggunakan salah satu dari 2 rumusan & dummy yang menunjukkan kejadian ybs

Uraian perhitungan SPA  Kejadian no.1 SPA1 = 0  Kejadian no.2 (hanya ada 1 kegiatan yang menuju ke kejadian no.2) SPA2 = SPA1 + LA = 0 + 6 = 6  Kejadian no.3 (hanya ada 1 kegiatan yang menuju ke kejadian no.3) SPA3 = SPA2 + LB = 6 + 4 = 10

 Kejadian no.4  Kejadian no.5  Kejadian no.6 SPA4 = SPA3 + LC (hanya ada 1 kegiatan yang menuju ke kejadian no.4) SPA4 = SPA3 + LC = 10 + 7 = 17  Kejadian no.5 (hanya ada 1 kegiatan yang menuju ke kejadian no.5) SPA5 = SPA2 + LD = 6 + 7 = 13  Kejadian no.6 (ada 2 kegiatan yang menuju ke kejadian no.6)

 Kejadian no.7 SPA6a = SPA5 + LE = 13 + 5 = 18 SPA6 = 21 = 13 + 5 = 18 SPA6b = SPA5 + LE = 17 + 4 = 21 SPA6 = 21 (TERBESAR)  Kejadian no.7 (ada 2 kegiatan & 1 dummy yang menuju ke kejadian no.7) SPA7a = SPA4 + dummy = 17 + 0 = 17 SPA7b = SPA3 + LG = 10 + 10 = 20 SPA7c = SPA1 + LH = 0 + 14 = 14 SPA7 = 20 (TERBESAR)

 Kejadian no.8  Kejadian no.9 SPA8 = SPA7 + LI = 20 + 3 = 23 (hanya ada 1 kegiatan yang menuju ke kejadian no.8) SPA8 = SPA7 + LI = 20 + 3 = 23  Kejadian no.9 (ada 2 kegiatan yang menuju ke kejadian no.9) SPA9a = SPA6 + LJ = 21 + 9 = 30 SPA9b = SPA8 + LK = 23 + 5 = 28 SPA9 = 30 (TERBESAR)

1 7 2 6 5 4 3 8 9 A B C D E F G H I J K 10 17 23 13 21 30 20 14 18 28 Kejadian akhir pada no.9, berarti pula merup. kejadian akhir seluruh proyek. Jadi waktu paling awal kejadian no.9 adalah juga waktu paling awal proyek mungkin dapat selesai.

S P L (Saat Paling Lambat) 32 S P L (Saat Paling Lambat) waktu paling lambat suatu kejadian boleh terjadi (tidak boleh terjadi sesudahnya) sehingga proyek dapat diselesaikan sesuai dengan rencana Manfaat : untuk mengetahui saat selesai paling lambat semua kegiatan agar proyek masih dapat sekesai sesuai dengan waktu yang direncanakan

SPLj = SPLi - L 21 Persyaratan 22 Rumusan * Dapat menentukan waktu paling lambat semua kejadian dalam “diagram JK” # Bila hanya sebuah kegiatan (X) keluar dari sebuah kejadian (SPLi) dengan lama kegiatan (L) tertentu X L i j SPLi SPLj SPLj = SPLi - L

# Bila lebih dari 1 kegiatan (Xn) keluar dari sebuah kejadian (SPLi) dengan lama kegiatan (Ln) tertentu X1 X2 Xn L1 L2 Ln SPLi i SPLi1 j1 SPLi2 j2 SPLin jn SPLi = SPLjn - Ln

Cara menentukan SPL tiap kejadian sbb : 23 Perhitungan SPL Cara menentukan SPL tiap kejadian sbb : # hitung saat selesai paling lambat (SPL) mulai no. terbesar, kemudian mundur berturut-turut sampai pada kejadian no.1 # selesai paling lambat kejadian no.terbesar sama dengan saat selesai paling awal kejadian no. terbesar # hitung saat selesai paling lambat kejadian no. terbesar, ……. , 2, 1 dengan mengguna-kan salah satu dari 2 rumusan yang sesuai dengan banyaknya kegiatan & dummy yang keluar dari kejadian ybs

Uraian perhitungan SPL 1 7 2 6 5 4 3 8 9 A B C D E F G H I J K 10 17 23 13 21 30 20 14 25 22 12 16

 Kejadian no.9  Kejadian no.8  Kejadian no.7 SPL9 = SPA9 = 30 (hanya ada 1 kegiatan yang keluar menuju kejadian no.8) SPL8 = SPL9 - LK = 30 - 5 = 25  Kejadian no.7 (hanya ada 1 kegiatan yang keluar menuju kejadian no.7) SPL7 = SPL8 - LI = 25 - 3 = 22

 Kejadian no.6  Kejadian no.5  Kejadian no.4 SPL6 = SPL9 - LJ (hanya ada 1 kegiatan yang keluar menuju kejadian no.6) SPL6 = SPL9 - LJ = 30 - 9 = 21  Kejadian no.5 (hanya ada 1 kegiatan yang keluar dari kejadian no.5) SPL5 = SPL6 - LE = 21 - 5 = 16  Kejadian no.4 (ada 1 kegiatan & 1 dummy yang keluar dari kejadian no.4)

 Kejadian no.3 SPL4a = SPL6 - LF = 21 - 4 = 17 SPL4 = 17 = 21 - 4 = 17 SPL4b = SPL7 - dummy = 22 - 0 = 22 SPL4 = 17 (TERKECIL)  Kejadian no.3 (ada 2 kegiatan yang keluar menuju ke kejadian no.3) SPL3a = SPL4 - LC = 17 - 7 = 10 SPL3b = SPL7 - LG = 22 - 10 = 12 SPL3 = 10 (TERKECIL)

 Kejadian no.2  Kejadian no.1 SPL2a = SPL5 - LD = 16 - 7 = 9 (ada 2 kegiatan yang keluar menuju ke kejadian no.2) SPL2a = SPL5 - LD = 16 - 7 = 9 SPL2b = SPL3 - LB = 10 - 4 = 6 SPL2 = 6 (TERKECIL)  Kejadian no.1 (ada 2 kegiatan yang keluar menuju ke kejadian no.1) SPL1a = SPL2 - LA = 6 - 6 = 0 SPL1b = SPL7 - LH = 22 - 14 = 8 SPL1 = 0 (TERKECIL)

UMUR PERKIRAAN PROYEK Penentu umur proyek 33 # saat mulai paling awal (MPA) melaksanakan suatu kegiatan yaitu SPA kejadian awal # saat selesai paling awal suatu kegiatan (SPA) pada kejadian paling akhir UmPPro = jumlah lama kegiatan dalam satu lintasan pelaksanaan proyek

34 LINTASAN KRITIS LK : lintasan yang terdiri dari kejadian2 kritis, kegiatan2 kritis & dummy untuk mengetahui dengan cepat tentang kejadian2 dan kegiatan2 yang tingkat kepekaannya paling tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan proyek Manfaat : sehingga setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas kebijakan selama pelaksanaan proyek terhadap kegiatan2 kritis dan yang hampir kritis

Kejadian yang tidak mempunyai tenggang waktu 41 Kejadian kritis Kejadian yang tidak mempunyai tenggang waktu SPA = SPL 1 7 2 6 5 4 3 8 9 A B C D E F G H I J K 10 17 23 13 21 30 20 14 25 22 16

Kegiatan kritis = SPL - SPA = 0 * Kejadian no.1 SPA1 = SPL1 = 0 * Kejadian no.2 SPA2 = SPL2 = 6 * Kejadian no.3 SPA3 = SPL3 = 10 * Kejadian no.4 SPA4 = SPL4 = 17 * Kejadian no.5 SPA5  SPL5 [13  16]

* Kejadian no.6 SPA6 = SPL6 = 21 * Kejadian no.7 SPA7  SPL7 [20  22] * Kejadian no.8 SPA8  SPL8 [23  25] * Kejadian no.9 SPA9 = SPL9 = 30 Kejadian kritis yaitu kejadian no. 1, 2, 3, 4, 6 dan 9. ( K1, K2, K3, K4, K6 & K9 )

42 Kegiatan kritis Kegiatan yang sangat peka terhadap keterlambatan Bila sebuah kegiatan kritis terlambat selama 1 hari, maka menyebabkan penyelesaian proyek menjadi terlambat 1 hari; meskipun kegiatan laonnya tidak mengelami keterlambatan Sifat kegiatan kritis (terjadinya) : kegiatan tsb harus dimulai pada satu saat (tidak ada MPA & MPL) dan harus selesai pada satu saat (tidak ada SPA & SPL) Berarti : SPAi = SPLi SPAj = SPLj

Rumusannya : SPAj = SPAi + L SPLj = SPLi + L Jadi kegiatan kritis harus mulai pada 1 saat awal saja; harus selesai pada 1 saat akhir & tidak ada alternatif lainnya Rumusannya : SPAj = SPAi + L SPLj = SPLi + L 1 7 2 6 5 4 3 8 9 A B C D E F G H I J K 10 17 23 13 21 30 20 14 25 22 16

Uraian Kegiatan Kritis  Kegiatan A # Kejadian awal kegiatan A (kejadian no.1) adalah kejadian kritis SPA1 = SPL1 = 0 # Kejadian akhir kegiatan A (kejadian no.2) adalah kejadian kritis SPA2 = SPL2 = 6 # Rumusannya SPA2 = SPA1 + LA 6 = 0 + 6 SPL2 = SPL1 + LA 6 = 0 + 6

 Kegiatan B SPA2 = SPL2 = 0 SPA3 = SPL3 = 10 SPA3 = SPA2 + LB # Kejadian awal kegiatan B (kejadian no.2) adalah kejadian kritis SPA2 = SPL2 = 0 # Kejadian akhir kegiatan B (kejadian no.3) adalah kejadian kritis SPA3 = SPL3 = 10 # Rumusannya SPA3 = SPA2 + LB 10 = 6 + 4 SPL3 = SPL2 + LB 10 = 6 + 4

 Kegiatan C SPA3 = SPL3 = 10 SPA4 = SPL4 = 17 SPA4 = SPA3 + LC # Kejadian awal kegiatan C (kejadian no.3) adalah kejadian kritis SPA3 = SPL3 = 10 # Kejadian akhir kegiatan C (kejadian no.4) adalah kejadian kritis SPA4 = SPL4 = 17 # Rumusannya SPA4 = SPA3 + LC 17 = 10 + 7 SPL4 = SPL3 + LC 17 = 10 + 7

 Kegiatan D SPA2 = SPL2 = 6 SPA5  SPL5 [13  16] SPA5 = SPA2 + LD # Kejadian awal kegiatan D (kejadian no.2) adalah kejadian kritis SPA2 = SPL2 = 6 # Kejadian akhir kegiatan D (kejadian no.5) adalah SPA5  SPL5 [13  16] # Rumusannya SPA5 = SPA2 + LD 13 = 6 + 7 SPL5 = SPL2 + LD 16  6 + 7

 Kegiatan E SPA5  SPL5 [13  16] SPA6 = SPL6 = 21 SPA6 = SPA5 + LE # Kejadian awal kegiatan E (kejadian no.5) adalah SPA5  SPL5 [13  16] # Kejadian akhir kegiatan E (kejadian no.6) adalah kejadian kritis SPA6 = SPL6 = 21 # Rumusannya SPA6 = SPA5 + LE 21  13 + 5 SPL6 = SPL5 + LE 21 = 16 + 5

Kegiatan F SPA4 = SPL4 = 17 SPA6 = SPL6 = 21 SPA6 = SPA4 + LF # Kejadian awal kegiatan F (kejadian no.4) adalah kejadian kritis SPA4 = SPL4 = 17 # Kejadian akhir kegiatan F (kejadian no.6) adalah kejadian kritis SPA6 = SPL6 = 21 # Rumusannya SPA6 = SPA4 + LF 21 = 17 + 4 SPL6 = SPL4 + LF 21 = 17 + 4

Kegiatan G SPA3 = SPL3 = 10 SPA7  SPL7 [20  22] SPA7 = SPA3 + LG # Kejadian awal kegiatan G (kejadian no.3) adalah kejadian kritis SPA3 = SPL3 = 10 # Kejadian akhir kegiatan G (kejadian no.7) adalah SPA7  SPL7 [20  22] # Rumusannya SPA7 = SPA3 + LG 20 = 10 + 10 SPL7 = SPL3 + LG 22  10 + 10

kegiatan H SPA1 = SPL1 = 0 SPA7  SPL7 [20  22] SPA7 = SPA1 + LH # Kejadian awal kegiatan H (kejadian no.1) adalah kejadian kritis SPA1 = SPL1 = 0 # Kejadian akhir kegiatan H (kejadian no.7) adalah SPA7  SPL7 [20  22] # Rumusannya SPA7 = SPA1 + LH 20 = 0 + 20 SPL7 = SPL1 + LH 22  0 + 14

kegiatan I SPA7  SPL7 [20  22] SPA8  SPL8 [23  25] # Kejadian awal kegiatan I (kejadian no.7) adalah SPA7  SPL7 [20  22] # Kejadian akhir kegiatan I (kejadian no.8) adalah SPA8  SPL8 [23  25] # Rumusannya SPA8 = SPA7 + LI 23 = 20 + 3 SPL8 = SPL7 + LI 25 = 22 + 3

Kegiatan J SPA6 = SPL6 = 21 SPA9 = SPL9 = 30 SPA9 = SPA6 + LJ # Kejadian awal kegiatan J (kejadian no.6) adalah kejadian kritis SPA6 = SPL6 = 21 # Kejadian akhir kegiatan J (kejadian no.9) adalah kejadian kritis SPA9 = SPL9 = 30 # Rumusannya SPA9 = SPA6 + LJ 30 = 21 + 9 SPL9 = SPL6 + LJ 30 = 21 + 9

Kejadian K SPA8 = SPL8 = 23 SPA9 = SPL9 = 30 SPA9 = SPA8 + LK # Kejadian awal kegiatan K (kejadian no.8) adalah SPA8 = SPL8 = 23 # Kejadian akhir kegiatan K (kejadian no.9) adalah kejadian kritis SPA9 = SPL9 = 30 # Rumusannya SPA9 = SPA8 + LK 30  23 + 5 SPL9 = SPL8 + LK 30 = 25 + 5

 Kesimpulan Lintasan yang terjadi dalam pelaksanaan proyek tsb :  Kegiatan kritisnya : kegiatan2 A, B, C, F & J  Lintasan kritisnya : K1, A, K2, B, K3, C, K4, F, K6, J & K9 Lintasan yang terjadi dalam pelaksanaan proyek tsb : K1, A, K2, D, K5, E, K6,J dan K9 dgn umur (6 + 7 + 5 +9) = 27 b. K1, A, K2, B, K3, C, K4, F, K6, J dan K9 dgn umur (6 + 4 + 7 + 4+9) = 30 K1, A, K2, B, K3, C, K4, dummy, K7, I, K8 dan K9 dgn umur (6 + 4 + 7 + 0 + 3+5) = 25 K1, A, K2, B, K3, G, K7, I, K8 dan K9 dgn umur (6 + 4 + 10 + 3 + 5) = 28 K1, H, K7, I, K8 dan K9 dgn umur (14 + 3 + 5) = 22

1 7 2 6 5 4 3 8 9 A B C D E F G H I J K 10 17 23 13 21 30 20 14 25 22 16

TENGGANG WAKTU KEGIATAN 35 TENGGANG WAKTU KEGIATAN Free Float (FF) Idependent Float (IF) Total Float (TF) Tenggang waktu kegiatan (Float) : ukuran batas jangka waktu toleransi thd keterlambatan suatu kegiatan Manfaatnya : # mengetahui karakteristik pengaruh keterlambatan # pola kebutuhan sumberdaya

Penjelasan Float FF : jangka waktu antara saat paling awal kejadian akhir (SPAj) suatu kegiatan dengan saat selesai kegiatan ybs, bila dimulai pada saat paling awal kejadian awal (SPAi) Penjelasan : sejumlah waktu penundaan atau waktu untuk terlambat suatu kegiatan yang mungkin dapat terlam-bat atau diperlambatnya kegiatan tsb tanpa mempe-ngaruhi dimulainya kegiatan yang langsung mengikuti-nya. Umumnya FF terdapat pada rangkaian terakhir dalam rangkaian kegiatan yang menuju lintasan kritis. Bila FF yang ada pada kegiatan2 dari rangkaian kegiat-an terakhir tidak digunakan maka akan hilang begitu saja.

IF : jangka waktu antara saat paling awal kejadian akhir (SPAj) suatu kegiatan dengan saat selesai kegiatan ybs, bila kegiatan tsb dimulai pada saat paling lambat keja-dian awal (SPLi) Penjelasan : sejumlah waktu penundaan atau waktu untuk terlambat suatu kegiatan tanpa mempengaruhi dimu-lainya kegiatan yang langsung mengikutinya atau se-jumlah waktu luang yang terdapat pada kegiatan se-belumnya. Biasanya IF terdapat pada kegiatan2 yang merupakan cabang dari lintasan kritis. Bila IF yang terdapat pada suatu kegiatan tidak digunakan, maka masih dapat digunakan pada kegiatan berikutnya.

TF : jangka waktu antara saat paling lambat kejadian akhir (SPLj) st kegiatan dengan saat selesai kegiatan ybs, bila dimulai pada saat paling awal kejadian awal (SPAi) Penjelasan : sejumlah waktu penundaan atau waktu untuk terlambat suatu kegiatan, dimana kegiatan tersebut dapat terlambat atau diperlambat pelaksanaannya tanpa mempengaruhi penyelesaian proyek secara keseluruhan.

51 Persyaratan 52 Rumusan & perhitungan float # Telah ada diagram JK yang tepat # perkiraan lama (jangka waktu) untuk masing2 kegiatan telah ditentukan # Telah dihitung SPA dan SPL untuk semua kegiatan IF = SPAj – L - SPLi FF = SPAj – L - SPAi TF = SPLj – L - SPAi

Contoh perhitungan : (untuk kegiatan G) FF = SPA6 - L - SPA3 = 21 - 7 - 10 = 4 IF = SPA6 - L - SPL3 = 21 - 7 - 12 = 2 TF = SPL6 - L - SPA3 = 25 - 7 - 10 = 8

54 Menentukan FF, IF & TF 10 26 11 12 13 14 15 22 16 17 18 19 20 21 23 24 25 G 7 SPA3 SPL3 WI WF WT SPL6 SPA6 3 6

53 Menentukan SPA & SPL D F C E G L N H J 14 A B I K 9 M 7 3 12 16 4 6 21 26 10 11 5 31 1 13 2 19 8 29

55 Perhitungan Waktu Luang FF = SPA8 - L - SPA2 = 19 - 13 - 6 = 0 IF = SPA8 - L - SPL2 = 19 - 13 - 6 = 0 TF = SPL8 - L - SPA2 = 19 - 13 - 6 = 0 Kegiatan A FF = SPA2 - L - SPA1 = 6 - 6 - 0 = 0 IF = SPA2 - L - SPL1 = 6 - 6 - 0 = 0 TF = SPL2 - L - SPA1 = 6 - 6 - 0 = 0 Kegiatan B FF = SPA3 - L - SPA1 = 10 - 10 - 0 = 0 IF = SPA3 - L - SPL1 = 10 - 10 - 0 = 0 TF = SPL3 - L - SPA1 = 10 - 10 - 0 = 0 Kegiatan C

Kegiatan D Kegiatan E Kegiatan F FF = SPA4 - L - SPA1 = 12 - 12 - 0 = 0 IF = SPA4 - L - SPL1 = 12 - 12 - 0 = 0 TF = SPL4 - L - SPA1 = 16 - 12 - 0 = 4 Kegiatan D FF = SPA7 - L - SPA4 = 21 - 6 - 12 = 3 IF = SPA7 - L - SPL4 = 21 - 6 - 16 = -1 TF = SPL7 - L - SPA4 = 26 - 6 - 12 = 8 Kegiatan E FF = SPA6 - L - SPA4 = 21 - 9 - 12 = 0 IF = SPA6 - L - SPL4 = 21 - 9 - 16 = -4 TF = SPL6 - L - SPA4 = 25 - 9 - 12 = 4 Kegiatan F

Kegiatan G Kegiatan H Kegiatan I FF = SPA6 - L - SPA3 = 21 - 7 - 10 = 4 IF = SPA6 - L - SPL3 = 21 - 7 - 12 = 2 TF = SPL6 - L - SPA3 = 25 - 7 - 10 = 8 Kegiatan G FF = SPA5 - L - SPA2 = 11 - 5 - 6 = 0 IF = SPA5 - L - SPL2 = 11 - 5 - 6 = 0 TF = SPL5 - L - SPA2 = 12 - 5 - 6 = 1 Kegiatan H FF = SPA9 - L - SPA8 = 26 - 7 - 19 = 0 IF = SPA9 - L - SPL8 = 26 - 7 - 19 = 0 TF = SPL9 - L - SPA8 = 26 - 7 - 19 = 0 Kegiatan I

Kegiatan J Kegiatan K Kegiatan L FF = SPA9 - L - SPA5 = 26 - 14 - 11 = 1 IF = SPA9 - L - SPL5 = 26 - 14 - 12 = 0 TF = SPL9 - L - SPA5 = 26 - 14 - 11 = 1 Kegiatan J FF = SPA10 - L - SPA9 = 29 - 3 - 26 = 0 IF = SPA10 - L - SPL9 = 29 - 3 - 26 = 0 TF = SPL10 - L - SPA9 = 29 - 3 - 26 = 0 Kegiatan K FF = SPA10 - L - SPA6 = 29 - 4 - 21 = 4 IF = SPA10 - L - SPL6 = 29 - 4 - 25 = 0 TF = SPL10 - L - SPA6 = 29 - 4 - 21 = 4 Kegiatan L

Kegiatan M Kegiatan N FF = SPA11 - L - SPA7 = 31 - 5 - 21 = 5 IF = SPA11 - L - SPL7 = 31 - 5 - 26 = 0 TF = SPL11 - L - SPA7 = 31 - 5 - 21 = 5 Kegiatan M FF = SPA11 - L - SPA10 = 31 - 2 - 29 = 0 IF = SPA11 - L - SPL10 = 31 - 2 - 29 = 0 TF = SPL11 - L - SPA10 = 31 - 2 - 29 = 0 Kegiatan N

KETERLAMBATAN KEGIATAN 36 KETERLAMBATAN KEGIATAN Jarak waktu antara saat penyelesaian kegiatan dengan saat rencana penyelesaian kegiatan tsb Keterlambatan penyelesaian suatu proyek akan mengundang berbagai masalah Pertanyaan yang timbul : Seberapa jauh besar pengaruh keterlambatan tsb terhadap pelaksanaan/penyelesaian proyek ybs Upaya apa saja yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keterlambatan tsb

61 Penyebab keterlambatan kegiatan Untuk menjawab pertanyaan tsb diperlukan alat yang mampu menilai keterlambatan dimaksud yaitu “tenggang waktu kegiatan” 61 Penyebab keterlambatan kegiatan  kegiatan pengikut yang langsung mengikuti kegiat-an pendahulu  ketersediaan sumberdaya yang menunjang proses pelaksanaan kegiatan (biaya, tenaga kerja, alat, bahan)  pola kebutuhan sumberdaya (gambaran hubungan antara kebutuhan sumberdaya dengan waktu)

62 Syarat menentukan keterlambatan Untuk menentukan pengaruh keterlambatan tsb terha-dap penyelesaian suatu proyek diperlukan syarat : Ketersediaan diagram jaringan kerja yang lengkap & tepat (lengkap : perkiraan lama kegiatan, SPA & SPL tiap kejadian diketahui) Telah dihitung semua tenggang waktu (FF, IF & TF) untuk tiap kegiatan Telah diketahui jumlah waktu keterlambatan (T)

63 Penentuan keterlambatan Keterlambatan satu atau beberapa kegiatan : * Pasti mengubah pola kebutuhan sumberdaya * Belum tentu merubah umur proyek Perubahan pola kebutuhan sumberdaya : * Pasti memperlambat satu atau bbp kegiatan Umur proyek akan bertambah bila : * ada satu atau bbp kegiatan terlambat dgn jangka waktu lebih besar daripada Total Float (TF)-nya

64 Kasus Keterlambatan` Katakan terjadi keterlambatan pada kegiatan F dgn alternatif selama 2, 3, 4, 5 atau 6 hari 7 12 3 16 18 6 1 A B 4 C 8 D 5 G 10 F E H 2 11 21

Kegiatan F : Diketahui : a. Lama perkiraan kegiatan; LF = 6 b. Saat paling awal kejadian awal; SPAi = SPA3 = 7 c. Saat paling lambat kejadian awal; SPLi = SPL3 = 12 d. Saat paling awal kejadian akhir; SPAj = SPA6 = 16 e. Saat paling lambat kejadian akhir; SPLj = SPL6 = 18 Diperoleh : a. IF = SPAj - L - SPLi = SPA6 - L - SPL3 = 16 – 6 – 12 = -2 b. FF = SPAj - L - SPAi = SPA6 - L - SPA3 = 16 – 6 – 7 = 3 c. TF = SPLj - L – SPAi = SPL6 - L - SPA3 = 18 – 6 – 7 = 5

Kasus 1 : Kegiatan F terlambat 2 hari berarti dpt dianggap lama perkiraan kegiatan menjadi (6 + 2) = 8 hari. Keterlam-batan 2 hari masih lebih kecil dari FF kegiatan F = 3 hari 7 10 3 16 18 6 1 A B 4 C 8 D 5 G F E H 2 11 21

Keterlambatan kegiatan F selama 2 hari bahwa : umur proyek tidak berubah (SPA7 = SPL7 = 21) Saat mulai paling awal kegiatan H (kegiatan pengikut dari kegiatan F) samadengan saat paling awal kejadian awalnya (kejadian 6), yaitu SPA6 = 16. Jadi tidak terjadi perubahan saat mulai kegiatan pengikut. Sifat kegiatan pengikut (kegiatan H) tidak ada per-ubahan. Adanya keterlambatan 2 hari berarti diperlukan pe-nyediaan sumberdaya selama 8 hari yang diperoleh dari jangka waktu sebelumnya. Jadi terjadi pemin-dahan waktu pemakaian sumberdaya, berarti terjadi perubahan pola kebutuhan sumberdaya

Kasus 2 : Kegiatan F terlambat 3 hari berarti dpt dianggap lama perkiraan kegiatan menjadi (6 + 3) = 9 hari. Keterlam-batan 3 hari menunjukkan kesamaan terhadap FF kegiatan F = 3 hari 7 9 3 16 18 6 1 A B 4 C 8 D 5 G 10 F E H 2 11 21

Keterlambatan kegiatan F selama 3 hari bahwa : umur proyek tidak berubah (SPA7 = SPL7 = 21) Saat mulai paling awal kegiatan H masih samadengan saat paling awal kejadian awalnya (kejadian 6), yaitu SPA6 = 16. Jadi tidak terjadi perubahan saat mulai kegiatan pengikut. Sifat kegiatan pengikut (kegiatan H) tidak ada per-ubahan. Sama seperti kasus 1; Keterlambatan 3 hari diperlu- kan kesediaan sumberdaya yang diperoleh dari jangka waktu sebelumnya untuk waktu pelaksanaan 9 hari. Jadi terjadi perubahan pola kebutuhan sumberdaya.

Kasus 3 : Kegiatan F terlambat 4 hari berarti dpt dianggap lama perkiraan kegiatan menjadi (6 + 4) = 10 hari. Keter-lambatan 4 hari lebih besar daripada FF kegiatan F = 3 hari 7 8 3 17 18 6 1 A B 4 C D 5 G 10 F E H 2 11 21

Keterlambatan kegiatan F selama 4 hari bahwa : umur proyek tidak berubah (SPA7 = SPL7 = 21) Saat paling awal kejadian awal (kejadian 6) terjadi perubahan, yaitu SPA6 = 17. Ini menyebabkan terjadi perubahan saat mulai kegiatan pengikut. Sifat kegiatan pengikut (kegiatan H) tidak ada per-ubahan. Masih sama seperti kasus 1; Keterlambatan 4 hari di-perlukan kesediaan sumberdaya yang diperoleh dari jangka waktu sebelumnya untuk waktu pelaksanaan 10 hari. Jadi terjadi perubahan pola kebutuhan sumber-daya.

Kasus 4 : Kegiatan F terlambat 5 hari berarti dpt dianggap lama perkiraan kegiatan menjadi (6 + 5) = 11 hari. Keter-lambatan 5 hari menunjukkan kesamaan dengan TF-nya & menyebabkan kegiatan F menjadi kritis. 7 3 18 6 1 A B 4 C 8 D 5 G 10 F 11 E H 2 21

Keterlambatan kegiatan F selama 5 hari bahwa : umur proyek tidak berubah (SPA7 = SPL7 = 21) Saat paling awal kejadian awal (kejadian 6) terjadi perubahan, yaitu SPA6 = 18. Ini menyebabkan terjadi perubahan saat mulai kegiatan pengikut H. Pada kasus ini kegiatan F menjadi kritis. Demikian pula kegiatan pengikutnya (kegiatan H) dan kegiatan pendahulunya (kegiatan B) menjadi kritis. Kegiatan F : SPAi = SPLi  SPA3 = SPL3 = 7 SPAj = SPLj  SPA6 = SPL6 = 18 Kegiatan H : SPAi = SPLi  SPA6 = SPL6 = 18 SPAj = SPLj  SPA7 = SPL6 = 21

Kegiatan B : SPAi = SPLi  SPA2 = SPL2 = 3 SPAj = SPLj  SPA3 = SPL3 = 7 Sehingga diperoleh 2 lintasan kritis : a. K1, A, K2, B, K3, F, K6, H, K7 b. K1, A, K2, C, K4, dummy, K5, G, K7 Adanya keterlambatan 5 hari ini (untuk kasus ini) ber-arti sumberdaya perlu tersedia untuk pelaksanaan 11 hari yang diperoleh dari waktu sebelumnya. Jadi ter-jadi pemindahan waktu pemakaian, berarti pula terja-di perubahan pola kebutuhan sumberdaya

Kasus 5 : Kegiatan F terlambat 6 hari berarti dpt dianggap lama perkiraan kegiatan menjadi (6 + 6) = 12 hari. Keter-lambatan 6 hari lebih besar dari TF-nya & terjadi perubahan lintasan kritis. 7 3 19 6 1 A B 4 C 8 D 5 G 10 F 12 E H 2 11 22

Keterlambatan kegiatan F selama 6 hari bahwa : umur proyek tidak berubah (SPA7 = SPL7 = 22) Saat paling awal kejadian awal (kejadian 6) terjadi perubahan, yaitu SPA6 = 19. Ini menyebabkan terjadi perubahan saat mulai kegiatan pengikut H. Pada kasus ini kegiatan F menjadi kritis. Terjadi lintasan kritis baru dan lintasan kritis yang telah ada menjadi tidak kritis. Kegiatan B : SPAi = SPLi  SPA2 = SPL2 = 3 SPAj = SPLj  SPA3 = SPL3 = 7 Kegiatan F : SPAi = SPLi  SPA3  SPL3 = 7 SPAj = SPLj  SPA6 = SPL6 = 19

Kegiatan H : SPAi = SPLi  SPA6 = SPL6 = 19 SPAj = SPLj  SPA7 = SPL7 = 22 Lintasan kritis yang baru : K1, A, K2, B, K3, F, K6, H, K7 Lintasan kritis K1, A, K2 masih digunakan pada lintasan kritis yang baru, sehingga lintasan kritis yang menjadi ti-dak kritis pada lintasan kritis yang lama untuk kegiatan : Kegiatan D : SPAi = SPLi  SPA2 = SPL2 = 3 SPAj = SPLj  SPA5  SPL5 [11  12] Kegiatan G : SPAi = SPLi  SPA5  SPL5 [11  12] SPAj = SPLj  SPA7 = SPL7 = 22 Keterlambatan 6 hari ini diperlukan pemindahan penye-diaan sumberdaya untuk pelaksanaan selama 12 hari ber-arti pula terjadi perubahan pola kebutuhan sumberdaya.

37 UMUR PROYEK Umur proyek yg ditentukan oleh lintasan yg pelaksanaan-nya paling lama disebut sbg “umur perkiraan proyek” (telah diuraikan terdahulu). Lama lintasan dapat diketahui dengan salah satu dari ketiga cara yaitu cara rata-rata, cara pembo-botan atau cara lintasan kritis (CPM = Critical Path Method) Umur proyek yg ditentukan berdasarkan kebutuhan mana-jemen dan atau kebutuhan tertentu dinamakan “umur renca-na proyek”. Untuk memacu tingkat keberhasilan pelaksanaan suatu proyek dan untuk mengetahui tingkat kemungkinannya dilakukan dengan cara PERT (Program Evaluation and Review Technique) yaitu pendekatan “teori peluang”.

71 Percepatan umur proyek 11. Syarat untuk mempercepat umur proyek : a. Telah ada diagram Jkerja yang tepat b. Telah ditentukan lama kegiatan perkiraan untuk masing-masing kegiatan c. Hitung SPA & SPL untuk semua kegiatan d. Penentuan umur rencana proyek (URen)

12 Tatacara mempercepat umur proyek Langkah mempercepat umur proyek dengan cara : 1. Buat diagram Jkerja baru dengan nomor kejadian dan lama kegiatan sama seperti diagram terdahulu 2. Berdasarkan SPA1 (kejadian awal) = 0; Hitung saat kejadian awal lainnya berdasarkan lama kegiatan terdahulu. Umur perkiraan proyek (UPer) = SPAm (m = nomor kejadian akhir diagram Jkerja atau nomor kejadian maksimal) 3. Berdasarkan SPLm diagram Jkerja = umur proyek yang direncanakan (URen); Hitung SPL untuk semua kejadian

4. Hitung TF semua kegiatan yang ada : TF = SPLj – Ln – SPAi * bila tidak ada TF bernilai negatif, berarti proses perhitungan selesai. * bila ada TF bernilai negatif, maka dilanjutkan ke langkah berikut : 5. Hitung lintasan TF kegiatannya : TF = URen – UPer = SPLm – SPAm = SPL1 – SPA1 [bernilai negatif]

Lbaru = Llama + x (URen – UPer) 6. Lama kegiatan diagram Jkerja baru adalah Ln; n = nomor urut kejadian dalam satu lintasan 7. Hitung lama kegiatan yg baru (langkah 5 dan 6) Llama Lbaru = Llama + x (URen – UPer) Li dimana Li = jumlah lama kegiatan dalam satu lintasan yang harus dipercepat 8. Selanjutnya kembali ke langkah 1 (siklus berikutnya)

Contoh perhitungan MUPro 7 3 19 6 1 A B 4 C 8 D 5 G 10 F 12 E H 2 11 22 Diagram awal

Diagram Jkerja suatu proyek telah dilengkapi dgn : * lama kegiatan perkiraan semua kegiatan * SPA dan SPL semua kejadian Karena sesuatu hal maka penyelesaian proyek tersebut harus dipercepat 7 hari sehingga lama penyelesaian menjadi 15 hari. Jadi URen = 15 hari. Agar jangka waktu penyelesaian terwujud, maka perlu menetapkan kegiatan-kegiatan mana saja yang bisa dipercepat.

 Siklus 1 Cara penyelesaian * Langkah 1, 2 dan 3 A B C D G F E H 7 3 3 19 12 6 -7 1 A B 4 C 8 D 5 G 10 F E H -4 2 11 22 15 SPL7 SPL1 SPA1 SPA7 URen = 15 UPer = 22

* Langkah 4 (menghitung TF = SPLj – Ln - SPAi) Kegiatan SPLj Ln SPAi TF 4 5 12 15 3 8 10 11 7 19 - 7 - 6 - 3 - 4 A B C D E F G H Ln  lama kegiatan yang lama

Jangka waktu percepatan proyek = URenPro – UPerPro TF = SPLm – SPAm * Langkah 5, 6 & 7 Jangka waktu percepatan proyek = URenPro – UPerPro TF = SPLm – SPAm TF = SPL7 – SPA7 = 15 – 22 = -7 Kegiatan-kegiatan yang dapat dipercepat adalah A, B, F dan H karena TF masing-masing kegiatan = -7 (TF = SPLj – Ln – SPAi)

Lama kegiatan (hari) (lama) (baru) Kegiatan A B F H 3 4 12 3 + x (-7) = 2 22 4 + x (-7) = 3 12 + x (-7) = 8

 Siklus 2 * Langkah 1, 2 dan 3 A B C D G F E H 7 5 3 19 13 6 -5 1 2 8 -5 1 A 2 B C 8 D G 10 F E H -3 11 4 22 15 SPL7 SPL1 SPA1 SPA7 URen = 15 UPer = 20

* Langkah 4 (menghitung TF = SPLj – Ln - SPAi) Kegiatan SPLj Ln SPAi TF 3 5 13 15 2 8 10 - 5 - 2 A B C D E F G H Ln  lama kegiatan yang lama

Kegiatan-kegiatan yang dapat dipercepat adalah A, C dan G karena * Langkah 5, 6 & 7 TF = SPL7 – SPA7 = 15 – 20 = -5 Kegiatan-kegiatan yang dapat dipercepat adalah A, C dan G karena TF masing-masing kegiatan = -5 (TF = SPLj – Ln – SPAi)

Lama kegiatan (hari) (lama) (baru) Kegiatan A C G 2 8 10 2 + x (-5) = 2* 20 8 + x (-5) = 6 10 + x (-5) = 8* * = 0,5 dibulatkan ke atas

 Siklus 3 * Langkah 1, 2 dan 3 A B C D G F E H 5 3 13 6 -1 1 2 8 7 4 -1 1 A 2 B C D G 8 F E H 7 4 16 15 SPL7 SPL1 SPA1 SPA7 URen = 15 UPer = 16

* Langkah 4 (menghitung TF = SPLj – Ln - SPAi) Kegiatan SPLj Ln SPAi TF 1 5 7 13 15 2 3 6 8 - 1 A B C D E F G H Ln  lama kegiatan yang lama

Kegiatan-kegiatan yang dapat dipercepat adalah A, C dan G * Langkah 5, 6 & 7 TF = SPL7 – SPA7 = 15 – 16 = -1 Kegiatan-kegiatan yang dapat dipercepat adalah A, C dan G karena TF masing-masing kegiatan = -1 (TF = SPLj – Ln – SPAi)

Lama kegiatan (hari) (lama) (baru) Kegiatan A C G 2 6 8 2 + x (-1) = 2 16 6 + x (-1) = 6 8 + x (-1) = 7* * = 0,5 dibulatkan ke bawah Kasus : lama kegiatan yg baru Siklus 3 = lama kegiatan yg baru Siklus 2 dipilih desimal terkecil

 Siklus 4 * Langkah 1, 2 dan 3 A B C D G F E H 5 3 13 6 1 2 7 8 4 15 1 A 2 B C D G 7 F 8 E H 4 15 SPL7 SPL1 SPA1 SPA7 URen = 15 UPer = 15

* Langkah 4 (menghitung TF = SPLj – Ln - SPAi) Kegiatan SPLj Ln SPAi TF 2 5 8 13 15 3 6 7 1 A B C D E F G H Hasil perhitungan TF tidak ada yang bernilai negatif, berarti tatacara perhitungan selesai.

72 Peluang umur proyek Tingkat keberhasilan suatu proyek yang didasarkan umur perkiraan biasanya kemungkinan berhasil 50% atau kemungkinan gagal sebesar 50%. Tingkat keber-hasilan ini sangat riskan, sehingga untuk proyek-proyek tertentu (penelitian dan pengembangan) meng-inginkan tingkat keberhasilan yang lebih besar. Biasanya lebih besar dari 80% atau dengan kegagalan lebih kecil dari 20%. Agar keinginan tsb dapat terpenuhi (keberhasilan lebih besar dari kegagalan) maka harus dapat meme-nuhi beberapa persyaratan.

21. Syarat perhitungan umur proyek Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menghitung umur proyek dengan peluang tertentu adalah : 1. Telah ada diagram Jkerja yang tepat 2. Masing-masing kegiatan mempunyai analisa waktu yaitu lama kegiatan : optimis (LO), paling mungkin (LM) dan pesimis (LP) 3. Menetapkan peluang keberhasilan atau kegagalan yang diinginkan

Penganalisisan jangka waktu terdiri dari : 1. Waktu optimis : jangka waktu terpendek untuk melak-sanakan suatu kegiatan; walau peluang waktu untuk me- nyelesaikannya cukup besar 2. Waktu paling mungkin : jangka waktu berdasarkan dugaan (perkiraan) yang menggambarkan lamanya waktu sering terjadi untuk menyelesaian kegiatan tertentu [waktu yang paling sering terjadi] 3. Waktu pesimis : jangka waktu terpanjang untuk melak-sanakan suatu kegiatan [paling lama]

LO + 4 LM + LP LPer = 6 Kegiatan LO LM LP LPer A B C D E F G H 3 4 6 7 5 8 14 12 9 11 15 16 23 10 13 LPer = lama kegiatan perkiraan (waktu harapan)

LO,LM,LP = LPer 1 2 3 4 5 6 7 A B C D E F G H 3,6,15 = 7 6,14,16 = 13 4,6,8 = 6 7,12,23 = 13 5,8,11 = 8 8,12,10 = 11 6,9,14 = 9 4,11,12 = 10 LO,LM,LP = LPer

22. Perhitungan umur proyek Katakan suatu proyek diketahui peluang keberhasilan-nya p%, lintasan kritisnya (nomor kejadian, kegiatan dgn masing-masing lama kegiatan pesimis). Berdasar-kan umur perkiraan proyek (UPer) mempunyai peluang keberhasilan 50%. Diinginkan URen yag mempunyai peluang keberhasilan 80%. Hitung : LP - LO Sk = 6 ; Sk = simpangan baku kegiatan kritis yang bersangkutan

SP2 = Sk2 ; SP2 = ragam proyek SP = (Sk2) ; SP = simpangan baku proyek URen - UPer Sn = SP Sn = simpangan normal (diper-oleh dari tabel sebaran normal/Z berdasarkan p% yang diinginkan) Interpolasi linier : (pn - pn-1) Sn = Sn-1 + x (Sn+1 – Sn-1) (pn+1 – pn-1) URen = (Sn x SP) + UPer

Diketahui : LPer = 27 hari ; Keg. kritis : % 23. Contoh perhitungan Diketahui : LPer = 27 hari ; Keg. kritis : % Peluang keberhasilan yg dinginkan (p) = 80% 1 2 3 4 5 6 7 A B C D E F G H 3,6,15 = 7 6,14,16 = 13 4,6,8 = 6 7,12,23 = 13 5,8,11 = 8 8,12,10 = 11 6,9,14 = 9 4,11,12 = 10 9 13 14 17 18 27

Kegiatan LP LO (LP-LO) Sk Sk2 F G 15 10 14 3 8 6 12 2 8 12/6 2/6 8/6 144/36 4/36 64/36 SP2 = Sk2 = 212/36 Simpangan baku proyek : SP = (Sk2) = (212/36) = 2,4

Umur rencana proyek (URen) : (80 – 79) Sn = 0,8 + x (0,9 – 0,8) (82 – 79) (interpolasi ; lihat tabel Z) Umur rencana proyek (URen) : URen = (Sn x SP) + UPer = (0,83 x 2,4) + 27 = 29 (pembulatan) Jadi bila menginginkan peluang keberhasilan 80%, maka umur perkiraan proyek ditambah 2 hari supaya sesuai dengan umur rencana proyek.

Penyesuaian diagram proyek 1 2 3 4 5 6 7 A B C D E F G H 13 8 11 9 10 14 17 18 27

Perhitungan Langkah 1 (SPLi = SPLj – Ln) 2 3 4 5 6 7 A B C D E F G H 13 8 11 9 10 16 14 19 18 20 27 29

# Langkah 2 (TF = SPLj – Ln – SPAi) Kegiatan SPLj Ln SPAi TF 9 11 16 29 19 20 7 6 13 8 10 18 14 2 5 3 A B C D E F G H

# Langkah 3 (perpanjangan kegiatan) Jangka waktu perpanjangan proyek TF = SPL7 – SPA7 = 29 – 27 = 2 Kegiatan-kegiatan yang dapat diperpanjang adalah A, F dan G karena TF masing-masing kegiatan = 2 (TF = SPLj – Ln – SPAi)

Lama kegiatan (hari) (lama) (baru) Kegiatan A F G 7 11 9 7 + x (2) = 7* 27 11 + x (2) = 12 9 + x (2) = 10 * * 0,5 dibulatkan ke bawah

1 2 3 4 5 6 7 A B C D E F G H 13 8 12 10 11 16 14 19 29

Tabel Sebaran normal (Z) Sn p% Sn p% -0,0 -0,1 -0,2 -0,3 -0,4 -0,5 -0,6 -0,7 -0,8 -0,9 -1,0 -1,1 -1,2 50 46 42 38 34 31 27 24 21 18 16 14 12 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 1,1 1,2 54 58 62 66 69 73 76 79 82 84 86 88

Tabel (lanjutan) Sn p% Sn p% -1,3 -1,4 -1,5 -1,6 -1,7 -1,8 -1,9 -2,0 -2,1 -2,2 -2,3 -2,4 -2,5 10 8 7 5 4 3 2 1 90 92 93 95 96 97 98 99 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0 2,1 2,2 2,3 2,4 2,5