DEPARTMENT OF PARASITOLOGY FILARIA HENY ARWATI DEPARTMENT OF PARASITOLOGY FACULTY OF MEDICINE AIRLANGGA UNIVERSITY 2011
Penyakit: filariasis (elephantiasis) Habitat: Saluran dan kelenjar limfe, di dalam jaringan ikat, di bawah kulit atau di dalam rongga badan. Cacing betina bersifat vivipar. Larvanya disebut mikrofilaria, hidup di dalam darah, cairan limfe, cairan hydrocele, chyluria atau di bawah epitel kulit Penyebaran geografis: di daerah tropik Species yang ada di Indonesia: Wuchereria bancrofti Brugia malayi Brugia timori
Distribusi geografis
Mikrofilaria berada di dalam darah tepi pada waktu2 tertentu sehingga disebut mempunyai periodisitas, siang atau malam hari tergantung spesiesnya Siang hari disebut periodik diurna Malam hari disebut periodik nokturna Siang dan malam hari tidak teratur disebut nonperiodik Pengambilan darah untuk diagnosis berdasarkan sifat periodisitas tsb. W. bancrofti : periodik nokturna dan diurna B. malayi, B. timori : periodik nokturna Filariasis ditularkan oleh nyamuk (Anopheles, Aedes Culex, Mansonia), lalat penghisap darah dan pinjal
Morfologi mikrofilaria Ciri morfologi mikrofilaria digunakan untuk menegakkan diagnosis filariasis Bentuk panjang langsing. Spesies diidentifikasi berdasarkan ciri khas pada: Ada atau tidak ada sheath (selubung) Susunan inti tubuh: teratur atau tidak teratur Ada atau tidak inti tambahan pada ekor Ukuran cephalic space (panjang dan lebar kepala)
Mempunyai sheat, menyerap zat warna Giemsa Inti teratur, CEPHALIC SPACE INTI Wuchereria bancrofti Mempunyai sheat, menyerap zat warna Giemsa Inti teratur, Tidak ada inti pada ekor (caudal nuclei) Cephalic space P=L
Mempunyai sheat berwarna pucat, kurang menyerap Giemsa CAUDAL NUCLEI Brugia malayi Mempunyai sheat berwarna pucat, kurang menyerap Giemsa Inti tidak teratur, ada 2 caudal nuclei terletak berjauhan Cephalic space P=2L Brigia timori Mirip dg B. malayi, tetapi caudal nuclei terletak berdekatan dan cephalic space P=3L
A). W. Bancrofti B). B. malayi C). B. timori A B C
Cacing dewasa Berbentuk seperti benang, berwarna putih susu, terdapat di saluran dan kelenjar limfe Cacing jantan: panjang 40 mm x 0,1 mm, ekor melingkar mempunyai 2 spikula, Cacing betina : panjang 80-100 mm x 0,24-0,3 mm, ekor lurus, ujung tumpul
Cacing dewasa W. bancrofti
Siklus hidup Di dalam tubuh nyamuk, memakan waktu 1-2 minggu, mikrofilaria (larva I) masuk ke dalam lambung nyamuk menembus dinding nyamuk dan bersarang di otot thorax. Mikrofilaria mengalami 2x pergantian kulit dan berubah menjadi larva II dan berkembang menjadi larva III yaitu larva infektif. Pada waktu nyamuk menggigit manusia, nyamuk menghisap darah sambil mengeluarkan larva III. Di dalam darah manusia, larva mengalami 2x pergantian kulit berubah menjadi larva IV dan menjadi dewasa.
Cacing dewasa di dalam saluran limfe menimbulkan reaksi retikulo endotel sehingga dinding saluran limfe menebal, terjadi pembengkakan dan penumpukan fibrin, menyebabkan saluran limfe menyempit dan cacing dewasa mati dan mengalami kalsifikasi. Gejala klinik Perjalanan penyakit filariasis dibagi dalam 4 tahap: Masa inkubasi biologi: tidak ada gejala klinis, dapat mencapai satu tahun Masa paten tanpa gejala: terjadi peradangan (limphagitis), dapat berlangsung seumur hidup Stadium akut: peradangan, demam, sakit kepala, mual, muntah, lesu, tidak nafsu makan. Stadium menahun: pembengkakan (oedema), hydrocele, chyluria, elephantiasis. Pembengkakan tergantung species.
W. bancrofti Distribusi geografis: Amerika selatan dan tengah, Jepang, Asia Tenggara, India, Srilangka, China Di Indonesia: Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara Di kota disebut: Urban type Di desa disebut: Rural type Vektor: nyamuk Aedes Elephantiasis: Extrimitas, organ genital, payudara Periodisitas: Nokturna dan diurna
B. Malayi dan B. timori B. malayi : di Asia terutama rural type, Sulawesi dan Kalimantan B. timori: pulau di NTTNTT: Pulau Timor, Rote, Flores dan sekitarnya Vektor: Anopheles barbirostris, Culex fatigans, Mansonia Elephantiasis: extrimitas bagian bawah: Tungkai bawah, bawah lutut, lengan bawah, bawah siku Periodisitas: nokturna
Diagnosis Epidemiologi Memperhatikan riwayat penyakit Melihat gejala klinik Menemukan mikrofilaria dalam darah, biopsi kelenjar limfe, cairan hydrocele dan cairan chyluria Epidemiologi Filariasis merupakan penyakit menular dan menimbulkan “cacat” menahun Perlu dilakukan screening terhadap masyarakat di daerah endemis sebelum terjadi elephantiasis untuk menemukan mikrofilaria
Pencegahan dan penanggulangan Penanggulangan nyamuk dengan mempelajari bionomik vektor dan pengunaan insektisida Menghindari gigitan nyamuk dengan: Pakaian yg cocok Kasa rumah Bednet Repellent Mengobati penderita untuk menghilangkan sumber infeksi