PAKAN SUMBER ENERGI
Karakteristik Pakan Sumber energi : PK < 20 %, SK < 18 % atau dinding sel < 35% Lemak 2 – 4%, kadang kadang > 10% Ca tdk mencukupi kebutuhan ternak, P Komponen utama karbohidrat. Bijian ¾ bagian pati dgn kecernaan 95% SK bervariasi mempengaruhi kecernaan Bulky pengenyang. Korelasi Bulky dgn TDN. Kenaikan 1% SK menurunkan 5% TDN
Sumber: Biji-bijian keluarga rumput-rumputan (gramineae) By product pengolahan bijian Bahan cair mengandung karbohidrat tinggi (eg: molases) Lemak & minyak Umbi-umbian
JAGUNG (Zea mays) Sumber energi yang sering digunakan dalam ransum ternak, mudah dicerna dan palatabel 87% dalam ransum penimbunan asam lemak tak jenuh lemak tubuh menjadi lembek Kandungan & kualitas PK relatif rendah 50% protein jagung adalah zein lisin & tripthopan Vit A pada jagung kuning Komposisi zat makanan dipengaruhi oleh varietas, lingkungan dan prosesing
Berdasarkan karakteristik intinya jagung dibagi 7 kelompok: Dent Corn ( Zea mays indentata) Flint Corn (Zea mays indurata) Flour Corn (Zea mays amylaceae) Pop Corn (Zea mays everta) Sweet Corn (Zea mays saccharata) Waxy Corn Pod Corn (Zea mays tunicata)
DENT CORN Dent corn jenis jagung yg penting di AS budi daya di Corn Belt Varietas komersil warna kuning dan putih Opaque-2 dan Floury-2 kandungan Asam amino yang lebih baik Zein dan glutelin ( Lisin ) Protein 73% dalam endosperm (zein) 23% dalam embrio (glutelin, globulin, albumin dll) Jagung kuning dan putih memiliki komposisi kimia yg sama Jagung kuning crytoxanthin (perkusor vit A), pigmen kuning (xanthophylls)
SHORGUM Memiliki beberapa varietas. Varietas yg dikenal Shorghum bicolor L. Moench Nama lokal di Indonesia jagung centrik, jagung cantel, gandrung, gandrum, sela beta atau jagung gerai Biji terdiri atas 3 bagian: 8% kulit luar perikarp, 10% lembaga, 82% daging biji (lembaga) Kadar air 11.72 – 11.90%, Karbohidrat 68.89 – 74.02%, Amilopektin 72 – 77%, abu 1,26 – 1.70%
SHORGHUM Protein sebagian besar dalam endosperm 9.01 – 12.30%. Fraksi protein : prolamin 32.60 – 68.80%, glutelin 17.40%, albumin dan globulin 1.30 – 7.70% Kandungan lemak 1.90 – 3.60% 76% dalam lembaga, 13% dalam endosperm, 11% dibagian kulit. Kandungan serat kasar 1.26 – 3.05%
Tanin dalam shorghum : Faktor pembatas penggunaan biji Shorgum adanya tanin Tanin didefinisikan sebagai polifenol terdapat di alam dgn berat molekul > 500 Tanin dapat membentuk ikatan dengan : protein, pektin, karbohidrat, alkaloid, vitamin dan mineral Warna tanin kuning sampai coklat
Tanin dalam shorghum : Tidak larut dalam pelarut non polar seperti ester, kloroform, dan benzen tapi mudah larut dalam air dan alkohol Tanin pd berbagai jenis tanaman memiliki struktur kimia yg berbeda , tapi mempunyai sifat yang sama mengikat dan mengendapkan protein Senyawa komplek tannin-protein dpt mempengaruhi mutu, warna dan rasa bahan makanan yg menyebabkan aktivitas enzim terhambat daya cerna & retensi nitrogen rendah
Tanin dalam shorghum : Tannin dlm sorgum dpt diturunkan dgn perendaman dalam H2O, HCl, dan NaOH Fermentasi sorgum menurunkan tannin dan meningkatkan kandungan PK Penggunaan 50% dalam ransum ayam sampai umur 8 mg dengan kandungan tanin 1% dpt menurunkan pertumbuhan & daya cerna protein (Chang & Fuller, 1964)
DEDAK PADI (Oryza sativa) Di Indonesia ada 3 macam kualitas dedak padi : Dedak kasar, dedak halus (lunteh) & bekatul Dedak kasar: ikutan penumbukan atau penggilingan pertama pecahan kulit gabah kasar Dedak halus: hasil ikutan penumbukan gelombang ke-2/ ke-3 atau pengasahan ke-1 / ke-2 selaput beras, perpaduan dinding buah dan biji, pecahan lembaga & sedikit bubuk halus kulit gabah Bekatul: hasil dari penggilingan kembali beras yg sudah putih terdiri atas lapisan cuticula sebelah luar dan sebagian kecil lembaga Komposisi bekatul : aleuron, lapisan perikarp, embrio, & sebagian endosperm yg hancur berupa tepung
Bekatul Bekatul banyak mengandung asam lemak tdk jenuh tunggal dan ganda yaitu ; oleat dan linoleat Bekatul mengandung α-tokoferol 0.20 – 0.41 μg/100g, betakaroten 0.40 – 0.70 μg/100g Keterbatasan bekatul sebagai bahan pakan: protein rendah, mudah tengik selama penyimpanan Penggunaan bekatul >300g/kg ransum menurunkan kecernaan bahan kering, asam amino, menghambat pertumbuhan ayam, dan kandungan asam phytatnya tinggi (Martin 1998)
Asam Phytat dalam Dedak Padi Asam phytat (heksa-fospat inositol) merupakan senyawa polihidroksi yang berpotensi mengikat bbrp ion logam Zn, Fe, Mg, Mn, Ca, dan P dlm sistem pencernaan shg tdk dapat dimanfaatkan dlm sistem metabolisme Asam phytat sulit larut dlm air, tahan terhadap panas Enzim fitase dapat menghidrolisis asam phytat menjadi inositol dan asam pospat. Asam phytat dapat mengikat protein fitat-protein Bekatul dapat dimanfaatkan dalam ransum ayam buras 20 – 30% (Siregar dan Sabrani, 1980).
Beras 65 – 68% Padi Dedak padi 8 – 16% Bekatul 3 – 16%
DEDAK GANDUM (Triticum aestivum) Kulit paling luar (bran) (10%) Endosperm + pecahan kulit Penggilingan Tepung terigu (70%) Penggilingan &pengayakan Bran + Endosperm Bahan Lem Kayu (3%) Pollard (13%)
DEDAK GANDUM (Triticum aestivum) Pengolahan gandum tepung terigu dilakukan dengan memecah gandum shg terpisah antara kulit luar dgn endosperm Bran ; PK 15%, TDN 70% (Sapi) 71% (domba); Energi metabolis untuk unggas 1393 kkal/kg; P 1,38%; Ca 0.13% Pollard PK 18,7%
UBI KAYU (Manihot esculenta. Crantz) Gaplek Ubi kayu yang telah kering Secara komersil ada 5 macam produk : pecah umbi (broken mat), gaplek (chips), Pellet, irisan (slice), tepung (mash). Faktor pembatas sebagai pakan rendah asam amino sulfur & adanya glukosida sianogenik.
Onggok Hasil ikutan pembuatan tapioka 100 kg ubi kayu 17.5 kg kulit & 82.5 kg umbi 20 kg tepung tapioka dan 7.5 kg onggok (Ciptadi & Sutamihardja, 1984)
Faktor Pembatas Ubi Kayu: Adanya glukosida sianogenik > 100mg/kg sangat beracun, 50 – 100 mg/kg agak beracun, tidak beracun < 50 mg/kg. Keracunan hidrolisa glukosida sianogenik (Linamarine & Lotaustraline) oleh enzim linamarase atau asam ion sianida Hidrolisis trejadi oleh asam sehingga dpat terjadi dlm saluran pencernaan Keracunan sianida ganguan metabolik berupa ikatan sianida thp haemoglobin terhambatnya oksidatif enzim Cytochrome oksidase transport Oksigen terganggu
KERACUNAN Kerusakan jaringan syaraf Terhambatnya pertumbuhan Kematian Efisiensi penggunaan zat makanan dlm metabolisme terganggu Histoxie-anoxia pernapasan cepat dan dalam, pulsus cepat, depresi oblongata dan mati
Penggunaan ubi kayu 5 – 10% ransum ayam broiler tidak mengganggu produksi Onggok sampai 40% dalam ransum sapi perah muda, ayam broiler sampai 15%
LEMAK DAN MINYAK Secara umum lemak atau minyak dibagi dua : Lemak atau minyak hewan : produk dari jaringan tubuh hewan atau ternak dikenal dengan Tallow Lemak atau minyak nabati : ekstraksi minyak biji-bijian atau daging buah yg mengandung lemak tinggi Lemak mengandung energi sebanyak 2,25 kali dibanding karbohidrat dan protein
Beberapa keuntungan lemak atau minyak dalam ransum Mengurangi sifat berdebu dari ransum berbentuk mash Menambah palatabilitas Mengurangi tingkat penyusutan oleh alat selama pencampuran ransum * Pemakaian lemak atau minyak dalam ransum mudah tengik shg harus ditambah antioksidan seperti vitamin E
Berbagai jenis minyak yang dpt digunakan dalam ransum ternak minyak ikan energi metabolis (EM) 8180 kkal/kg Minyak kedelai EM 8950 kkal/kg Minyak kelapa EM 8950 kkal/kg Lemak hewan EM 6300 kkal/kg 5% minyak ikan dalam ransum babi menimbulkan bau pada karkasnya Penggunaan lemak atau minyak dalam ransum tidak lebih 5%
MOLASES ATAU TETES Konsentrasi cairan cairan gula, hemiselulosa dan mineral hasil sampingan dari ekstraksi material tumbuhan (tebu, beet atau pati) Sumber energi yg berisi monosakarida dan disakarida Mengandung mineral dan vitamin terutama vit B & sedikit protein
Pemanfaatan molases dalam ransum digunakan untuk : Memperbaiki palatabilitas ransum Memperbaiki aktivitas bakteri ransum Mengurangi sifat berdebu ransum berbentuk mash Pengikat pembuatan pelet
Energi metabolis molases 2/3 dari jagung Dpt digunakan menggantikan 20% bahan pakan sumber energi dari biji-bijian namun sukar dalam pencampuran (lengket) 25 – 30% dalam ransum babi mencret tinggi kalium tekanan osmosa tinggi
Mekanisme Proses Pengolahan Tebu Tanaman tebu Pemerahan Nira Pemurnian Nira Kristalisasi Gula tebu Pucuk tebu 13 – 15% Ampas tebu 30 – 35% Blotong 3 – 4% Molases 3 – 4%