serangga org lain (antraks kulit) Siklus Hidup serangga org lain (antraks kulit) - fase vegetatif spora (inang) vegetatif (fase berkbg biak) sblm inang mati inang mati ( O2 ) darah fase dormain jika kontak O2 sporulasi hidung mulut anus lainnya spora
Fase spora Spora (dormain) vegetatif (bila kondisi baik) daya tahan terlewati inang - radiasi uv - suhu tinggi - ionisasi - kulit luka - zat kimia - makanan - terhirup
Patogenesis spora port d’entrée hewan manusia - kulit - kulit (antrax kulit) - mulut - mulut - sal cerna - sal cerna (antrax gastrointestinal) - inhalasi (antrax pernapasa) spora tumbuh pd jar yg dimasuki - edema gelatinosa - kongesti basil gth bening pemb darah jar sepsis mati
Anthrax: Clinical Information Cutaneous Inhalational Gastrointestinal
Anthrax: Cutaneous Left, Forearm lesion on day 7—vesiculation and ulceration of initial macular or papular anthrax skin lesion. Right, Eschar of the neck on day 15 of illness, typical of the last stage of the lesion. From Binford CH, Connor DH, eds. Pathology of Tropical and Extraordinary Diseases. Vol 1. Washington, DC: AFIP; 1976:119. AFIP negative 71-1290–2.
Anthrax: Cutaneous Vesicle Day 6 development Day 2 Day 4 Day 10 Eschar formation
Anthrax: Cutaneous NEJM 1999; 341: 815– 826
Anthrax: Cutaneous Healing after treatment
Anthrax: Cutaneous
Anthrax: Cutaneous Notice the edema and typical lesions
Anthrax: Inhalational Mediastinal widening JAMA 1999;281:1735–1745
Mediastinal Widening and Pleural Effusion on Chest X-Ray in Inhalational Anthrax
Presumptive Identification B. anthracis: Presumptive Identification Clinical specimen (blood, CSF, etc.) Isolate on SBA Colony morphology Hemolysis Motility Spores Gram stain Malachite green Gram stain Capsule production
Confirmatory Identification B. anthracis: Confirmatory Identification Isolate DFA Capsule antigen Cell wall Capsule Bicarbonate media Horse blood (M’Fadyean Stain) (M’Fadyean stain India ink stain) Phage lysis
Corynebacterium dyphteriae
Penyakit Difteri Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun Corynebacterium diphtheriae. Lebih sering menyerang anak-anak. Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama terutama laring, amandel dan tenggorokan. Tetapi tak jarang toxinnya juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakan, saraf dan jantung.
Penyebab - kuman Corynebacterium diphtheriae. - batang Gram positif, - tidak berspora dan kapsul. - Infeksi oleh kuman tidak invasive, - mengeluarkan toxin, yaitu exotoxin. Toxin difteri efek patoligik sakit. Tiga type variants yaitu : type mitis, type intermedius dan type gravis. klasifikasi dengan cara bacteriophage lysis menjadi 1 tipe.
- tipe 1-3 termasuk tipe mitis, - tipe 4-6 termasuk tipe intermedius, - tipe 7 termasuk tipe gravis yang tidak ganas, sedangkan tipe-tipe lainnya termasuk tipe gravis yang virulen.Corynebacterium diphtheriae ini dalam bentuk satu atau dua varian yang tidak ganas dapat ditemukan pada tenggorokan manusia, pada selaput mukosa.
Cara penularan: - sumber manusia sakit atau carier - kontak mel pernapasan / droplet infection - benda atau makanan yg terkontaminasi - m.i 2 – 5 hari - masa penularan penderita 2 – 4 mgg sejak mi - masa penularan carier 6 bulan - bakteri berkembangbiak pada permukaan mukosa mulut atau tenggorokan radang
. Ciri khas pembekakan daerah tenggorokan, -radang lokal , dimana -pembuluh darah melebar -mengeluarkan sel darah putih sedang sel-sel epitel disitu rusak, lalu terbentuklah disitu membaran putih keabu-abuan(psedomembrane). Membran ini sukar diangkat dan mudah berdarah. Di bawah membran ini bersarang kuman difteri dan kuman-kuman ini mengeluarkan exotoxin yang memberikan gejala-gejala dan miyocarditis.
Gejala Penyakit 1. Panas lebih dari 38 °C 2.Ada psedomembrane - bisa di pharynx, larynx atau tonsil 3.Sakit waktu menelan 4.Leher membengkak seperti leher sapi (bullneck), disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher
Gejala & Komplikas diawali dengan nyeri tenggorokan ringan dan nyeri menelan. Pada anak tak jarang diikuti demam, mual, muntah, menggigil dan sakit kepala. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher sering terjadi. Biasanya bakteri berkembangbiak pada atau di sekitar permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan. Bila bakteri sampai ke hidung, hidung akan meler. Peradangan bisa menyebar dari tenggorokan ke pita suara (laring) dan menyebabkan pembengkakan sehingga saluran udara menyempit dan terjadi gangguan pernafasan.
Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Ketika telah masuk dalam tubuh, bakteri melepaskan toksin atau racun. Toksin ini akan menyebar melalui darah dan bisa menyebabkan kerusakan jaringan di seluruh tubuh, terutama jantung dan saraf
Toksin biasanya menyerang saraf tertentu, misalnya saraf di tenggorokan. Penderita mengalami kesulitan menelan pada minggu pertama kontaminasi toksin. Antara minggu ketiga sampai minggu keenam, bisa terjadi peradangan pada saraf lengan dan tungkai, sehingga terjadi kelemahan pada lengan dan tungkai. Kerusakan pada otot jantung (miokarditis) bisa terjadi kapan saja selama minggu pertama sampai minggu keenam, bersifat ringan, tampak sebagai kelainan ringan pada EKG. Namun, kerusakan bisa sangat berat, bahkan menyebabkan gagal jantung dan kematian mendadak. Pemulihan jantung dan saraf berlangsung secara perlahan selama berminggu-minggu. Pada penderita dengan tingkat kebersihan buruk, tak jarang difteri juga menyerang kulit.
Pada serangan difteri berat akan ditemukan pseudomembran, yaitu lapisan selaput yang terdiri dari sel darah putih yang mati, bakteri dan bahan lainnya, di dekat amandel dan bagian tenggorokan yang lain. Membran ini tidak mudah robek dan berwarna abu-abu. Jika membran dilepaskan secara paksa, maka lapisan lendir di bawahnya akan berdarah. Membran inilah penyebab penyempitan saluran udara atau secara tiba-tiba bisa terlepas dan menyumbat saluran udara, sehingga anak mengalami kesulitan bernafas.
Berdasarkan gejala dan ditemukannya membran inilah diagnosis ditegakkan. Tak jarang dilakukan pemeriksaan terhadap lendir di tenggorokan dan dibuat biakan di laboratorium. Sedangkan untuk melihat kelainan jantung yang terjadi akibat penyakit ini dilakukan pemeriksaan dengan EKG. Komplikasi yang terjadi antara lain kerusakan jantung, yang bisa berlanjut menjadi gagal jantung. Kerusakan sistem saraf berupa kelumpuhan saraf penyebab gerakan tak terkoordinasi. Kerusakan saraf bahkan bisa berakibat kelumpuhan, dan kerusakan ginjal.
Pencegahan & Pengobatan Di negara berkembang difteri acap menjadi penyebab kematian pada anak-anak. Untungnya dekade terakhir telah dikembangkan vaksin difteri (DPT) yang menjadi imunisasi wajib pada anak. Sayangnya kekebalan hanya diiperoleh selama 10 tahun setelah imunisasi, sehingga orang dewasa sebaiknya menjalani vaksinasi booster (DT) setiap 10 tahun sekali.
Penderita difteri sebaiknya dirawat di rumah sakit, di unit perawatan intensif. Ia akan diberi suntikan antitoksin dan mendapatkan pemantauan ketat terhadap sistem pernafasan dan jantung. Untuk melenyapkan bakteri diberikan antibiotik. Pemulihan difteri yang berat akan berlangsung perlahan. Biasanya anak tidak boleh terlalu banyak bergerak, karena kelelahan bisa melukai jantung yang meradang.
mikroskopis tampak sel bentuk: Palisade Huruf cina (V dan Y) Granula baber Erents Pew Neiser dan Gram -Kultur pd media Telurit Agar tumbuh koloni bulat berwarna hitam
ANY QUestions?
Thank You!