PESANTREN SEBAGAI KIBLAT POLA PENDIDIKAN UNGGUL OLEH: MUHAMMAD AMRI 2011
LATAR BELAKANG Kampung peradaban sebagai forgotten community Pionir intelektual di tanah air Dibiayai oleh Pemerintah Pusat 50%, Propinsi 30%, dan Kabupaten/Kota 20%. Pada zaman penjajahan, pesantren menjadi basis perjuangan kaum nasionalis-pribumi/ subkultur Banyaknya lembaga pendidikan umum yang bercirikan Islam di semua tingkatan/ sekolah-sekolah bertaraf internasional (SBI) Pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan, kreatif, inovatif, dan eksperimentif Dunia tertutup, Islam fundamentalis , dan dicap sebagai pusat radikalisme, TERORIS. Potensi transformasi peradaban Islam yang kosmopolit.
PESANTREN Mastuhu memperkirakan pesantren telah ada sejak 300-400 tahun yang lalu. Sementara itu, Departemen Agama, pesantren pertama didirikan pada tahun 1062 dengan nama pesantren Jan Tampes 2 di Pamekasan Madura. Dan ada yang menyebutkan pesantren pertama didirikan oleh Raden Rahmat pada Abad 15 M. Kata pesantren berasal dari akar kata santri dengan awalan ”pe” dan akhiran ”an” berarti tempat tinggal para santri Profesor John berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji CC. Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India adalah orang-orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu Kata santri dirunut dari kata cantrik, yaitu para pembantu begawan atau resi yang diberi upah berupa ilmu Selain istilah tersebut, dikenal pula istilah pondok yang berasal dari kata Arab fundûq dan berarti penginapan
CIRI-CIRI PESANTREN Menurut Mukti Ali, pesantren mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) adanya hubungan yang akrab antara kyai dan santri; (2) tradisi ketundukan dan kepatuhan seorang santri terhadap kyai; (3) pola hidup sederhana; (4) kemandirian atau independensi (5) berkembangnya iklim dan tradisi tolong menolong serta suasana persaudaraan; (6) disiplin ketat; (7) berani menderita untuk mencapai tujuan; dan (8) kehidupan dengan tingkat relegius tinggi. (Mastuhu:2005) Alamsyah Ratu Perwiranegara juga mengemukakan beberapa pola umum yang khas yang terdapat dalam pendidikan pesantren tradisional, yaitu: (1) independen; (2) kepemimpinan tunggal; (3) kebersamaan dalam hidup yang merefleksikan kerukunan; (4) kegotong-royongan; dan (5) motivasi yang terarah dan pada umumnya mengarah pada peningkatan kehidupan beragama.
Berbasis masyarakat KARAKTERISTIK PENDIDIKAN PESANTREN Alamsyah Ratu Perwiranegara mengemukakan beberapa pola umum yang khas yang terdapat dalam pendidikan pesantren tradisional, yaitu: (1) independen; (2) kepemimpinan tunggal; (3) kebersamaan dalam hidup yang merefleksikan kerukunan; (4) kegotong-royongan; dan (5) motivasi yang terarah dan pada umumnya mengarah pada peningkatan kehidupan beragama. Memiliki muatan kurikulum agama lebih banyak Berbasis masyarakat Mengembangkan kurikulum berdasarkan kekhasan lembaga Siswa tinggal di asrama/pesantren/pondokan Penguasaan bahasa Asing (Arab dan Inggris) sangat ditekankan
POTENSI PESANTREN Potensi pesantren sudah sangat cukup siap. Karena pesantren sebenarnya memiliki kelebihan dari sekolah umum di bidang penguasaan bahasa asing Dalam konteks sekolah umum pada saat ini, penekanan pada penguasaan bahasa asing tersebut juga dilakukan (Bilingual). Hal ini terutama diterapkan pada sekolah-sekolah yang dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional (SBI). Hanya saja yang membedakan adalah nasib pesantren yang telah mengembangkan pembelajaran 2 bahasa asing tersebut juga L1 (Multilingual) sejak dahulu tidak seberuntung sekolah-sekolah tertentu yang didesain menjadi SBI. Bahkan sampai saat ini belum ada pesantren yang dikembangkan menjadi SBI.
SBI DAN SEKOLAH-SEKOLAH UNGGULAN PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF PENGEMBANGAN PESANTREN Kebijakan pemerintah mengenai SBI selain didukung secara konstitusi dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 50 ayat (3) SBI DAN SEKOLAH-SEKOLAH UNGGULAN (Pesantren mampu bersaing secara internasional) Pilar pendidikan, yaitu: learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pengembangan manajemen kelembagaan Mempertahankan karakter utama pesantren Peningkatan kualitas SDM
PENUTUP Sebuah hal yang sangat ironis manakala model pendidikan pesantren yang sudah cukup ideal tersebut tidak dapat dikembangkan dan diberdayakan menjadi sebuah desain pesantren yang unggul, tetapi justru diadopsi oleh sekolah umum dan dapat dikembangkan menjadi sekolah yang bermutu. Pesantren semestinya tidak perlu terpengaruh untuk mengikuti pola pengembangan sekolah umum yang dianggap lebih baik, sebaliknya pesantren justru perlu mempertahankan karakteristiknya dan mengembangkannya
MUHAMMAD AMRI