TEHNIK DAN ANALISIS PROYEKSI

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PERTEMUAN KE Pengertian Tabel I-O 2. Jenis Transaksi Tabel I-O.
Advertisements

TABEL INPUT OUTPUT REGIONAL.
Teknik penyusunan tabel I-O
Kerangka Dasar dan Manfaat Tabel I-O, asumsi dan Keterbatasannya
KELOMPOK V / KELAS 2A NAMA: PEMBAHASAN: AYU ROSITA SARI ( )
BAB 6 EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO.
TEKNIK INDKATOR KINERJA
ARAH KEBIJAKAN DAN PEMANFAATAN DAK BIDANG LH 2012.
Studi Kelayakan Bisnis
Klasifikasi/Pengelompokan/ Penggolongan/Stratifikasi
ASPEK EKONOMI dan SOSIAL
PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KECAMATAN Studi Kasus Kotamadya Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh :
BAB 7 PENDAPATAN NASIONAL
PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN AIR MINUM
Dr. H. Mustika Lukman Arief, SE. MM.
ARAH PEMBANGUNAN EKONOMI SEKTOR PERTANIAN
Produk Domestik Regional Bruto
Pembangunan Komparatif: Perbedaan dan Persamaan di Antara Negara Berkembang Ekonomi Pembangunan.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Profil Desa dan Kelurahan Provinsi Jawa Timur
PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
Pendapatan national Pertemuan 9.
`KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN` Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
EVALUASI PROYEK A, 6.1 dan B. 6.2 DR. MUNAJAT, S.P., M.Si.
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Dalam Penguatan Lembaga Keagamaan
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
Data dan Informasi dalam Perencanaan
PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
MODUL STUDI KELAYAKAN BISNIS
PERTEMUAN IX USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)
PENGANTAR EVALUASI RPJMD KABUPATEN BANDUNG TAHUN
PENDIDIKAN KESEHATAN DUKCAPIL
BAB 6 EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO.
AGUS JOKO PITOYO, S,SI,, M,A Fakultas Geografi, UGM
PENDUDUK & KETENAGAKERJAAN
Analisis sinergisitas Visi-Misi dan Isu strategis Pembangunan Daerah
Pengantar Ekonomi 2 Izzani Ulfi, SE.Sy., M.Ec.
Basis dan non basis Cara memilah.
PROSPEK DAN POTENSI UKM.
Nama : Nanik Sugiyarti Nim : A Kelas : H
RUANG LINGKUP ILMU EKONOMI REGIONAL
ANALISIS TIPOLOGI WILAYAH
Rapat Panitia Anggaran DPR RI Tentang Asumsi Makro APBN 2009 dan RAPBN 2010 Bank Indonesia Jakarta, 1 Juni 2009.
Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Kinerja Kebijakan Ekonomi & Perekonomian
Oleh: Dra. Emilia,ME Dra.Imelia,ME
MENGUKUR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN PERTANIAN
Indikator dan Masalah Pembangunan
TEKNIK PROYEKSI KONDISI UMUM DAERAH
Analisis Perencanaan Partisipatif
PPT 4.3 MANAJEMEN BERBASIS KINERJA
Identifikasi Biaya-biaya
ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH
METODE PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
KETENAGAKERJAAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI
PENDAPATAN NASIONAL STIESS BATANG.
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK 2017 RANCANGAN USULAN PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN.
Pembangunan Ekonomi.
PERTEMUAN 4.
EKONOMI POLITIK PEMBANGUNAN
Desk Penyusunan Perubahan Renja OPD Tahun 2012
TAHUN PENGERTIAN INDIKATOR KINERJA mengenai apa yang diukur  Ukuran kuantatif & kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan.
PEMANFAATAN SEPAKAT di Kabupaten Pacitan Kabupaten Pacitan
Universitas Gunadarma Studi Kelayakan Bisnis EVALUASI PROYEK Ati Harmoni Universitas Gunadarma 2007.
Pertemuan 10 Pembangunan Ekonomi Daerah
TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN SAMPANG 2018
Indikator Pembangunan Ekonomi
ANALISIS TIPOLOGI WILAYAH
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2020
Transcript presentasi:

TEHNIK DAN ANALISIS PROYEKSI DIKLAT PPD-RPJMD Kemitraan BAPPENAS dengan Universitas Trunojoyo Madura Oleh: Jakfar Sadik, SE, ME

Kerangka Pikir Perencanaan dan Proyeksi

TEKNIK PROYEKSI KONDISI UMUM DAERAH Teknik Proyeksi adalah metoda untuk mendapatkan prediksi masa depan. Analisis secara kuantitatif dapat menggunakan PENDEKATAN SEKTOR BASIS, TIPOLOGI WILAYAH, PERTUMBUHAN SEKTORAL, DISPARITAS PENDAPATAN DAN regresi linier atau berganda. Sedangkan analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan logika teknik proyeksi secara matematis dengan memenuhi prinsip-prinsip:

Demografi E:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx A. Menentukan objek yang akan diproyeksi secara utuh, yaitu suatu entitas yang dapat dikenali kecenderungan (trend) perkembangannya sepanjang waktu. Untuk kepentingan analisis, minimal objek amatan adalah: Demografi E:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx Perkembangan EkonomiE:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx Rumusan Indeks Kemiskinan Manusia.docx Administrasi Wilayah * Jumlah Kecamatan, Desa, dan Luasnya Wilayah berpengaruh thd layanan publik Prasarana dan sarana * Pengaruhnya thd produksi dan distribusi barang

B. Melihat Capaian Indikator Utama Pembangunan: Dimensi Ekonomi dan Ketenagakerjaan E:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx Dimensi Pendidikan E:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx Dimensi Kesehatan E:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx Prasarana Dasar E:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx

C. Evaluasi Terhadap Kebijakan Anggaran: Evaluasi Terhadap PADE:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx Kaitannya dengan Kemandirian Fiskal dan pengaruhnya terhadap Fleksbilitas Kebijakan Pembangunan, dan sustainabilitas kebijakan tersebut Analisis APBD E:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx Apakah anggaran utk kegiatan utama pembangunan cukup besar? Apakah program2 tsb dpt mengurangi permasalahan Utama pembangunan? Misalnya, angka putus sekolah, jumlah gedung sekolah, tingkat partisipasi murni dan kasar penduduk thd pendidikan, angka kematian ibu dan bayi, angka morbiditas dan lain sebagainya. Apakah alokasinya tepat?

Contoh: Menentukan Kontribusi Sektoral Location Quotient sebagai suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri tersebut secara nasional (Tarigan, 2006: 82). Dalam hal ini lingkupnya dipersempit menjadi kabupaten. Xr / RVr Xr / Xn LQ = atau LQ = Xn / RVn RVr / RVn Keterangan : LQ = location quotient Xr = nilai produksi subsektor i pada daerah kecamatan RVr = Total produk domestik regional bruto kecamatan Xn = nilai produksi subsektor i pada Kabupaten RVn = total produk domestik regional bruto Kabupaten Kriteria pengukuran LQ menurut Bendavid–Val (1991), dalam Aswandi dan Kuncoro (2002) yaitu: Bila LQ > 1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat daerah lebih besar dari sektor yang sama di tingkat nasional. Dengan demikian sektor tersebut merupakan sektor unggulan di daerah dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Bila LQ < 1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat daerah lebih kecil dari sektor yang sama di tingkat nasional. Artinya, sektor tersebut bukan merupakan sektor unggulan di daerah dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah

Potensi Produksi Padi di Kabupaten Tuban Keterangan: Dari hasil perhitungan Location Quotient produksi > 26.000 adalah Sektor Basis

PERTUMBUHAN DAN LQ SEKTORAR KAB. TUBAN NO SEKTOR PDRB TUBAN 2012 PDRB TUBAN 2011 PDRB JATIM Pertumb. Sektoral LQ Kabupaten 1 Pertanian 2,469,313.291 2,386,472.090 52,628,433 3.47 1.90 2 Pertambangan dan Penggalian 1,740,919.529 1,562,693.900 8,228,632 11.41 8.56 3 Industri dan Pengolahan 2,042,198.889 1,939,672.250 92,171,191 5.29 0.90 4 Listrik, Gas dan Air 275,386.258 249,759.030 4,932,084 10.26 2.26 5 Konstruksi 44,997.780 38,913.040 11,994,826 15.64 0.15 6 Perdagangan, Hotel da Restoran 1,435,763.091 1,306,049.740 116,645,214 9.93 0.50 7 Angkutan dan Komunikasi 179,657.428 165,005.300 27,946,280 8.88 0.26 8 Keuangan 455,368.833 418,416.410 20,186,109 8.83 0.91 9 Jasa 428,678.280 401,934.300 32,251,631 6.65 0.54   TOTAL 9,072,283.379 8,468,916.060 366,984,400 8.93 1.77

Contoh: Tipologi Klassen utk Mengetahui Pola dan Struktur Ekonomi Analisis Tipologi Klassen Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassenpada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita daerah. Kuncoro, dkk. (1997) menggunakan analisis Tipologi Klassen untuk menunjukkan kinerja pertumbuhan ekonomi 27 propinsi di Indonesia yaitu dengan membandingkan rasio pendapatan perkapita dan rasio pertumbuhan. Dalam penelitiannya, perekonomian propinsi di Indonesia diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu 1) high growth, high income; 2) low growth, high income; 3) high growth, low income; dan 4) low growth, low income.

Tabel 3.1: Matrik Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi Klassen Tingkat Pertumbuhan pendapatan daerah dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan pendapatan nasional Tingkat pendapatan daerah dibandingkan tingkat pendapatan nasional Tinggi (Yi > Y) Rendah (Yi < Y) (ri > r) Daerah makmur (cepat maju dan cepat tumbuh) Daerah tertekan dalam proses membangun (berkembang cepat) (ri < r) Daerah makmur yang sedang menurun (potensi tertekan) Daerah tertekan

TIPOLOGI KLASSEN SEKTORAL KATEGORI PERTUMB. KATEGORI PERKAPITA KATEGORI (TIPOLOGI) LAMBAT TUMBUH CEPAT MAJU LAMBAT TUMBUH, CEPAT MAJU CEPAT TUMBUH CEPAT TUMBUH, CEPAT MAJU LAMBAT MAJU LAMBAT TUMBUH, TERTEKAN CEPAT TUMBUH, TERTEKAN NO SEKTOR 1 Pertanian 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri dan Pengolahan 4 Listrik, Gas dan Air 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Hotel da Restoran 7 Angkutan dan Komunikasi 8 Keuangan 9 Jasa

Contoh: Mengukur Disparitas Indeks Willamson Indeks Williamson terkenal dan populer digunakan untuk mengukur ketimpangan pendapatan regional, khususnya pendapatan dalam pengertian indikator PDRB per kapita dan umum digunakan untuk mengukur ketimpangan PDRB per kapita. Dengan demikian, formulasi Indeks Willamson ini secara statistikdapat ditampilkan sebagai berikut :   Dimana : Vw = Indeks Williamson yi = Pendapatan per kapita kecamatan ke-i = Pendapatan perkapita kabupaten I = Indeks; i = 1, 2, 3, …, l l = Banyaknya kecamatan fi = Populasi (jumlah penduduk) kecamatan ke-i n = Total populasi kabupaten Penggunaan rumus di atas akan memberikan hasil antara 0 dan 1, dengan keterangan indikasi sebagai berikut : Bila nilai Vw mendekati 1 akan memberikan indikasi bahwa ketimpangan di suatu daerah semakin lebar. Bila Vw mendekati 0 (nol) akan memberikan indikasi ketimpangan di suatu daerah semakin kecil, ini berarti pelaksanaan pembangunan di suatu daerah semakin merata.

Ketimpangan Pendapatan (disparity) Kabupaten Tuban Tahun 2013 KECAMATAN PDRB KECAMATAN INDEKS WILLIAMSON ENTROPY THEIL INDEKS Kenduruan 143,947.93 0.45 0.40 Bangilan 284,993.23 0.01 0.03 Senori 185,920.54 0.63 (0.27) Singgahan 528,119.58 0.73 (0.44) Montong 188,171.58 0.57 0.51 Parengan 255,832.43 0.24 0.17 Soko 568,849.53 0.14 (0.07) Rengel 295,214.80 0.58 0.47 Grabagan 94,354.16 0.52 0.55 Plumpang 465,409.89 0.26 0.16 Widang 159,630.36 0.62 0.59 Palang 538,513.99 0.35 (0.15) Semanding 770,677.36 0.64 (0.24) Tuban 857,638.66 0.83 (0.28) Jenu 711,507.15 0.10 (0.02) Merakurak 479,227.11 0.02 Kerek 564,395.40 (0.06) Tambakboyo 482,533.18 (0.20) Jatirogo 959,780.09 0.81 Bancar 524,077.36 (0.03)

Contoh: Untuk mengetahui Kualitas SDM Delapan Tangga Partisipasi Masyarakat (Eight Rungs on The Ladder of Citizen Partcipation)

Dalam konteks ini perlu dicatat bahwa tingkatan atau jenjang Partisipasi Masyarakat (PSM) akan ditentukan oleh paling tidak lima variable antara lain: Variable 1: Inisiatif: siapa yang mempunyai prakarsa? Variable 2: Tujuan: bagaimana tujuan dirumuskan? Variable 3: Sumber Daya: lokal atau luar? Variable 4: Proses: bagaimana kontrol komunitas? Variable 5: Output: untuk siapa?

b. Melakukan pengamatan runtun waktu (time-series) terhadap objek amatan tersebut di atas, minimal sama dengan 10 tahun atau lebih besar; Kecamatan/Kabupaten dalam Angka Data dari SKPD Susenas Dll

C. Analisis Kuantitatif Menentukan (beberapa) sub-objek amatan sebagaimana disebutkan huruf a. diatas; Menentukan besaran kuantitatif yang dapat digunakan (a.l. metoda regresi dalam melakukan prediksi kondisi objek amatan tersebut); Melakukan analisis regresi untuk memproyeksikan untuk 20 tahun ke depan dengan selang amatan tiap 5 tahun; Memprediksi kondisi masa depan dengan cara melakukan ekstrapolasi; Melakukan kajian korelasi antar objek amatan.

TEHNIK EVALUASI BIAYA MANFAAT Year Project 1 Project 2 Project 3 Project 4 -100,000 -1,000,000 -120,000 1 10,000 200.000 30,000 2 3 4 20,000 5 100,000 300.000 75,000 Net Profit 50,000

d. Analisis Kualitatif 1. Mengkaji kecenderungan setiap sub-objek amatan, dimana sepanjang waktu pengamatan dapat: menjadi lebih besar atau lebih kecil; menjadi lebih baik atau lebih buruk; jenisnya menjadi semakin bervariasi atau berkurang variasinya; Semakin terkendali (dapat dikelola) atau semakin tidak terkendali (tidak dapat dikelola). 2. Melakukan analisis keterkaitan antar objek amatan dan melakukan analisis sebab akibat antar objek amatan tersebut.

Contoh Manfaat yg diterima dg adanya proyek Manfaat Langsung Manfaat yang diterima sebagai akibat adanya proyek, seperti naiknya nilai hasil produksi barang atau jasa, perubahan bentuk, turunnya biaya, dll. Kenaikan nilai hasil produksi dapat disebabkan karena meningkatnya jumlah produk dan kualitas dari produk sebagai akibat adanya proyek. Misal: Kenaikan produksi padi karena adanya irigasi, Turunnya biaya pengankutan karena perbaikan jalan, Membaiknya job description diantara tenaga kerja karena perbaikan cara kerja. 2. Manfaat Tidak Langsung Manfaat yang timbul sebagai dampak yang bersifat multiplier effects dari proyek yang dibangun terhadap kegiatan pembangunan lainnya. Contoh: perbaikan jalan menyebabkan timbulnya berbagai kegiatan masyarakat dalam memanfaatkan potensi ekonomi di sepanjang jalan yang dibangun.

3. Manfaat Tidak Kentara Manfaat dari pembangunan proyek yang sulit diukur dalam bentuk uang, seprti perubahan pola pikir masyarakat, perbaikan lingkungan, berkurangnya pengangguran, peningkatan ketahanan nasional, kemantapan tingkat harga, dll.

e. Sintesa Analisis Kuantitatif dan Kualitatif Membuat kesimpulan: Prediksi kondisi masing-masing objek amatan untuk 20 tahun ke depan, dengan mengupayakan kesiapan SDM, khususnya di pihak Pemerintah Daerah untuk menanggulangi masalah dan mencapai visi yang dituju. Melakukan sintesa prediksi Kondisi Umum Daerah 20 tahun ke depan.

IPA (Important Performance Analalisis) IPA pada penelitian menggabungkan pengukuran tingkat permasalahan yang dihadapi wilayah, prioritas penanganan yang harus diambil dalam grafik dua dimensi yang memudahkan penjelasan data dan mendapatkan usulan praktis. Interpretasi grafik IPA sangat mudah, dimana grafik IPA dibagi menjadi empat buah kuadran berdasarkan hasil pengukuran importance -performance sebagaimana terlihat pada Gambar berikut:

Kuadran Pengukuran Importance-Performance Proritas Penanganan Kuadran I Kuadran IV Kuadran III Kuadran II Tingkat Kebutuhan Sumber: Brandt, 2000

Berikut penjelasan untuk masing-masing kuadran dalam penelitian ini: Kuadran Pertama, tingkat permasalahan dimiliki oleh seluruh kecamatan di suatau wilayah dan perlu penanganan sangat mendesak. Kuadran Kedua, tingkat permasalahan dimiliki oleh sebagian kecamatan wilayah dan perlu penanganan sangat mendesak. Kuadran Ketiga, tingkat permasalahan dimiliki oleh sebagian kecil kecamatan wilayah dan perlu penanganan namun tidak mendesak. Kuadran Keempat, tingkat permasalahan dimiliki oleh seluruh kecamatan wilayah dan perlu penanganan namun tidak mendesak.

MATRIK SWOT KABUPATEN TUBAN