Oleh Lusiani Tjandra, S.Si, Apt, M. Kes.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Pendahuluan Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa.
Advertisements

KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
Gerakan Keluarga Sadar Obat PP IAI
CARA PEMBERIAN OBAT.
CARA PAKAI OBAT WAKTU PEMBERIAN OBAT FARMAKOLOGI FK UNAND
BAB 12 KERACUNAN Tujuan instruksional :
BAHASA LATIN DALAM PENULISAN RESEP
Tiga dari hal2 yg ada dibawah ini terdapat pd klien
ORAL HIGIENE OLEH I GD SATRIA ASTAWA, S.Kep.
DOSIS OBAT & MACAM DOSIS
NASIB OBAT DALAM TUBUH Part 1 - ABSORPSI OBAT
SUPOSITORIA By Vera Amalia, S.Si, Apt..
LUKA BAKAR.
FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
FARMAKOLOGI.
REAKSI ALERGI OBAT DAN PENANGANANNYA
Tujuan Insruksional 1.Menjelaskan sistem tubuh 2.Menjelaskan fungsi obat dalam tubuh 3.Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kerja obat dalam tubuh.
FASE FARMASETIK FASE FARMAKOKINETIK FASE FARMAKODINAMIK
SEDIAAN PADAT.
Annisa Firdaus, S.FarmApt. FARMASETIKA DASAR I
TEKNIK PEMBERIAN OBAT.
Toksikologi inhalasi dan dampaknya
Menghitung Tetesan Infus
Oleh : Lusiani Tjandra, S.Si, Apt, M.Kes.
Oleh : Lusiani Tjandra, S.Si, Apt, M.Kes.
bentuk sediaan cara pemberian
RUTE-RUTE PEMBERIAN OBAT
PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN OBAT
BENTUK SEDIAAN OBAT CAIR
Dr. M. Yulis Hamidy, MKes, MPdKed
PENGANTAR ILMU RESEPTIR & FARMASI
BIOAVAILABILITAS OBAT
MEMAHAMI PEMBERIAN IMUNISASI PASIF PADA BAYI, BALITA & ANAK
Cara-cara Pemberian Obat
RUTE-RUTE PEMBERIAN OBAT
ABSORBSI DAN ELIMINASI
MACAM MACAM SEDIAAN OBAT
LARUTAN By Vera Amalia, S.Si, Apt..
Oleh Lusiani Tjandra, S.Si, Apt, M. Kes.
Oleh Lusiani Tjandra, S.Si, Apt, M. Kes.
PERTEMUAN 2 3 Maret 2017.
TEKNIK PEMBERIAN OBAT.
Hemostatika dan oksitosikum
FARMAKOKINETIK.
Pembuatan Sediaan Obat Semi Padat
FARMAKOKINETIKA 7 September 2013
Cakupan Ilmu Toksikologi
Oleh Lusiani Tjandra, S.Si, Apt, M. Kes.
MACAM MACAM SEDIAAN OBAT
Pembuatan Sediaan Obat Cair
Penatalaksanaan Diare Berdasarkan MTBS
Oleh: Siti Hajar Nur Safita
PENGETAHUAN OBAT HEWAN
SISTEM EKSKRESI MASUK KELUAR.
KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
ABSORBSI DAN ELIMINASI
PROSES BIOFARMASETIKA
Farmakologi untuk Pengobatan
Prinsip Pemberian Obat pada Pasien
PENDAHULUAN Tujuan pemberian sediaan parenteral : 1. Pemberian obat pada keadaan mendesak 2. Zat aktif tidak dapat diserap oleh saluran cerna 3.Obat yang.
PENGERTIAN OBAT Obat adalah zat atau benda yang dapat menyembuhkan penyakit, mencegah timbulnya gejala penyakit, memperbaiki kesehatan mental (rohani),
Sediaan Larutan Teknologi Sediaan Liquid & Semisolid.
Syok anafilaktik PKM ANREAPI. Syok Suatu sindrom klinik yang mempunyai cici-ciri berupa : Hipotensi Takikardi Hipoperfusi (urine
PREFORMULASI SEDIAAN LIQUID & SEMISOLID
TOKSIK PELARUT ORGANIK DI INDUSTRI
SALEP LUKA BAKAR. LATAR BELAKANG Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada kulit, yang sakit atau terluka dimaksudkan untuk.
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Ratna Permana Sari, MSc., Apt.
Transcript presentasi:

Oleh Lusiani Tjandra, S.Si, Apt, M. Kes. CARA PEMBERIAN OBAT Oleh Lusiani Tjandra, S.Si, Apt, M. Kes.

CARA PEMBERIAN OBAT TERGANTUNG PADA : 1.TUJUAN TERAPI  Lokal atau sistemik 2. SIFAT OBAT  asam, basa, garam, ester, garam kompleks, kristal, polimorf dll. 3. KONDISI PENDERITA  Sadar, pingsan, bisa menelan dll.

Faktor yg perlu dipertimbangkan : Efek yang diperlukan sistemik/lokal Onset – Duration of action yang diinginkan Stabilitas obat dalam cairan lambung/usus Keamanan pemberian Kemampuan penderita dalam - menelan obat - absorpsi obat secara oral Kenyamanan bagi pasien atau tenaga medis Biaya pengobatan dengan rute pemberian

Tujuan Terapi Efek Sistemik Cara Pemberian : 1. Oral 2. Sublingual 3. Parenteral : a. Subkutan b.Intrakutan c. Intramuskuler d. Intravena e. Intra-arteri f. Intralumbal g. Intraperitoneal h. Intrapleural i. Intracardial j. Intra-artikuler 4. Implantasi Subkutan 5. Rektal

Tujuan Terapi Efek Lokal Cara Pemberian : Intranasal Intra-okuler dan intra-aurikuler Inhalasi (Intrapulmonal) Intravaginal Topikal (Kulit)

1. PER - ORAL Pemberian obat melalui Mulut 1. Paling banyak diberikan  Px suka 2. Praktis, mudah dan aman 3. Bentuk sediaan obat yang cocok, relatif mudah dibuat. Perlu perhatian pada : a. bahan obat yang sukar diabsorpsi cth: senyawa amonium kwaterner, tetrasiklin, Dikloksasilin dan digoksin b. bahan obat yang iritasi mukosa lambung cth : emetin, aminofilin (atasi : disalut dengan penyalut tahan cairan lambung)

c. Bahan obat yang diuraikan oleh getah lambung cth : benzilpenisilin, insulin, oksitosin dan hormon steroid. Untuk mencapai efek lokal di usus dilakukan pemberian oral : contoh : Obat cacing Kontras Rontgen Sulfa guanidin Neomysin Streptomysin

2. SUBLINGUAL Obat diletakkan di bawah lidah. Diresorpsi oleh selaput lendir setempat ke dalam vena lidah. Hanya obat yang bersifat lipofil. Keuntungan : obat langsung masuk ke peredaran darah besar tanpa melalui hati. Kerugian : kurang praktis untuk di gunakan terus menerus dan dapat merangsang mukosa mulut. Contoh : nitrogliserin, Isoprenalin, ergotamin dan metiltestosteron.

3. PARENTERAL Di luar usus. Pemberian obat ini dipilih bila : Diinginkan efek yang cepat, kuat dan lengkap Obat merangsang atau dirusak oleh asam lambung. Obat tidak diabsopsi di usus. Pasien yang tidak sadar atau tidak bisa diajak kerjasama

Kerugian : Biaya mahal dan nyeri Sukar digunakan pasien sendiri. Bahaya infeksi kuman bila tidak steril Bahaya merusak pembuluh darah atau syaraf

A. Subkutan ( Hipodermal ) Injeksi di bawah kulit  efek tidak secepat im atau iv Syarat : Obat tidak merangsang, Larut dalam air atau minyak, Mudah dilakukan sendiri Contoh : Insulin

B. Intrakutan Di dalam Kulit C. Intramuskuler ( i.m ) Absorpsi sangat lambat Contoh : Tuberkulin dari mantoux C. Intramuskuler ( i.m ) Di dalam otot Resorpsi 10-30 menit Efek obat lebih panjang bila + minyak Contoh : Penicillin, hormon

D. Intravena ( i.v ) Dlm pembuluh darah  efek cepat, dosis harus tepat Digunakan dalam kondisi : 1. perlu efek yg cepat 2. keadaan darurat, 3. pembiusan Keuntungan i. v : 1. Bioavailabilitas 100% (dapat berkurang karena absorpsi bahan obat pada alat ) 2. Bahan obat mencapai tempat kerja sangat cepat, efek 18 detik (waktu peredaran darah ke seluruh jaringan)

Kerugian : 2. Beban pasien  takut 3. Resiko tinggi  nekrose 1. Biaya tinggi 2. Beban pasien  takut 3. Resiko tinggi  nekrose 4.Terlalu besar konsentrasi zat berkhasiat pada tempat kerja, akibat penyuntikan yg terlalu cepat. 5. Terjadi hemolisis sesudah penyuntikan larutan yg pekat 6. Penyebaran bibit penyakit 7. Trombosis  infus terlalu sering pada satu tempat 8. Extravasasi  cairan keluar dari pembuluh darah

Persyaratan larutan infus : Isotoni dan isohidri lebih rendah dibandingkan I.M atau S.C karena pengenceran yang cepat dalam darah dan kapasitas daparnya besar. Infus tetes i.v dilakukan di RS pada keadaan darurat atau dengan obat yang cepat metabolisme dan ekskresinya guna mencapai kadar plasma yang tetap tinggi. Bahaya Trombosis timbul bila infus dilakukan terlampau sering pada satu tempat yang sama.

E. Intra-arteri Ke dalam pembuluh nadi Untuk membanjiri organ misalnya hati Dengan obat yang sangat cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan. Contoh : Nitrogenmustard

F. Lain - lain Intralumbal : antara ruas tulang belakang pinggang Intraperitoneal : ke dalam ruang selaput perut Intrapleural : dalam selaput paru-paru Intracardial : dalam jantung Intra-articular : dalam celah sendi

4. IMPLANTASI SUBKUTAN Memasukkan obat yang bentuk pellet steril (tablet silindris kecil ) di bawah kulit dengan menggunakan Alat khusus : trocor Untuk efek sistemik lama Pelepasan zat aktif : 3 – 5 bulan. Contoh : Hormon estradiol dan testosteron Saat ini tersedia Implantasi dengan lama kerja 3 tahun Contoh : Implanon dan Norplant.

5. REKTAL Melalui rektum (dubur) Dapat dipakai untuk keadaan darurat  stesolid suppositoria Terbatas pada kasus tertentu Alternatif pilihan bila per oral tidak bisa : 1. px mual atau muntah terus, 2. ada gangguan lambung 3. post operasi GIT 4. nyeri menelan 5. Obat rusak oleh asam lambung – Acetosal

Absorpsi sangat terbatas : Theophyline hanya 66% Absorpsinya sangat berbeda atau kebanyakan rendah sehingga sebaiknya dosis yang di berikan lebih besar dari peroral dan di gunakan post defac. Penggunaan suppo : Analgetika, antipiretika pada bayi pasien yang cenderung muntah Terdapat gangguan lambung Obat yang dirusak asam lambung atau merangsang lambung Hindari : Pemakaian antibiotika

Tujuan Terapi Efek Lokal Cara pemberian : 1. Intranasal 2. Intra-okuler dan Intra-aurikuler 3. Inhalasi (Intrapulmunal) 4. Intravaginal 5. Kulit ( Topikal)

1. INTRANASAL Melalui hidung Efek lokal : Tetes hidung  nasal decongestan  ephedrine, Oxymetazoline Efek Sistemik : Vasopresin dan kortikosteroid Contoh : beklometason dan flunisilida

2. Intra-okuler dan intra-aurikuler Obat berbentuk tetes mata atau salep untuk tetes mata perlu syarat khusus untuk telinga tidak perlu Pada pengunaan beberapa jenis obat tetes harus waspada karena obat dapat diresorpsi ke darah dan menimbulkan toksisitas. Misal : Atropin

3. INHALASI Larutan obat yang disemprotkan ke dalam mulut dengan alat aerosol. Semprotan obat dihirup dengan udara dan resorpsi terjadi melalui mukosa mulut, tenggorok dan saluran napas. Tanpa melalui hati, obat dengan cepat memasuki peredaran darah dan menghasilkan efeknya. Yang digunakan scr inhalasi : Anastesi umum  eter, halotan Obat Asma  adrenalin, isoprenalin, budesonida. Steroid  beklometason

4. INTRAVAGINAL Di masukkan ke dalam vagina dan melarut di situ. Untuk mengobati gangguan vagina secara lokal. BSO : salep, tablet ( ovula ), tablet busa, kream, atau foam. Contoh : Metronidasol Nistatin ( Mycostatin )

5. KULIT (TOPIKAL) Pengobatan lokal pada kulit. Kulit sehat dan utuh sukar sekali ditembus obat tetapi resorpsi berlangsung bila ada kerusakan. Obat yang digunakan berupa : Salep, kream, lotion , liniment dan pulvis. Keuntungan : - p.u obat tidak mempunyai dosis maksimal - efek sistemik rendah Kerugian : - bahaya alergi mungkin terjadi karena sensitisasi

LOTION BSO Cair untuk kulit  tanpa gosokan Suspensi, Solutio, emulsi, Mixtura agitanda Glycerin untuk mencegah pengeringan yg berlebihan Alkohol untuk meningkatkan pengeringan lotion dan bersifat pendingin. Penggunaan 1. pengobatan dermatosis acute 2. mendinginkan, mengeringkan 3. antipruritis, protektif.

LINIMENT Solution, mixtura, suspensi, emulsi. Sediaan cair mengandung minyak atau alkohol Solution, mixtura, suspensi, emulsi. Liniment dengan dasar alkohol (Rubefacient) digunakan dengan digosokkan  nyeri otot ringan. Semi solid : Unguentum, Cream, Pasta, Jelly BSO Cair : Preparat basah  Kompres, rendam, mandi untuk menyejukkan, membersihkan, antipruritic

BSO Padat : Pulvis = powder Lesi akut atau sub akut - menyerap kelembaban - mengurangi friksi antara 2 lipatan kulit Sebagai bahan pembawa obat - anti bakteri - anti fungi

Bentuk sediaan Khusus SISTEM TRANSDERMAL Obat diberikan melalui kulit  sistemik tak dirusak asam lambung/ 1 st pass effect efek tx mirip infus-iv karena cepat dapat dikontrol dan bahaya pemberian infus-iv dapat dihindari Kulit mudah dicapai, permukaan luas, elastis, mudah regenerasi, vaskularisasi cukup

Cara pakai patch - Dipasang pada kulit bersih - Patch lama dibuang, patch baru dipasang dikulit - Kulit basah dapat mengubah permeabilitasnya sehingga absorpsi berbeda .

Terima kasih

Pretest kerjakan pada selembar kertas jawablah dengan resep lengkap seandainya saudara sebagai dokter Px : Ana, 3 tahun, bb= 15 kg Dx : Bronkitis Tx : Amoxylline 30 mg/kg bb / hari Diphenhidramin HCl 5 mg/kg bb/hari Glyceril guaiacolat 50 mg / kali Paracetamol 10 mg/ kg bb / kali BSO : Cair sehari tiga kali satu sendok teh selama 7 hari