Ekonomi Perkotaan.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
61.
Advertisements

VIII. BIAYA PRODUKSI.
Teori Ekonomi Mikro BIAYA PRODUKSI.
Bab VI Teori Biaya Produksi Muh. Yunanto
Bab VI Teori Biaya Produksi Muh. Yunanto, Oktober 2006
Ekonomi Perkotaan Overview Kuliah MPKP DR. Ir. Djamester A. Simarmata
MODUL 2 OPTIMISASI EKONOMI
MACAM PASAR Tataniaga Pertanian
TEORI BIAYA PRODUKSI.
Bab VI Teori Biaya Produksi
Teori Biaya Produksi Biaya atau ongkos produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan.
BIAYA PRODUKSI kelompok 3.
UKURAN DAN HIERARKI PERKOTAAN
Pert 6 : Perilaku Produksi
PERTEMUAN V PIE I Dr. Saparuddin M, M.Si.
BIAYA PRODUKSI.
MINIMALISASI BIAYA dan KURVA BIAYA
BIAYA/ONGKOS PRODUKSI
EXTERNALITIES AND PUBLIC GOODS
“TEORI PERSAINGAN PASAR”
Perilaku Produsen.
Organisasi Produksi Produksi  cara bagaimana sumber daya (input: Tenaga kerja, Modal, Tanah) dipergunakan untuk menghasilkan produk-produk perusahaan.
TEORI BIAYA PERTEMUAN 8.
Training Setara Kuliah S1 Manajemen JNE Lampung
TEORI BIAYA PRODUKSI.
Pengantar Ilmu Ekonomi
Teori Produksi dan Biaya
Pengantar Teori Ekonomi Mikro
MODUL 2 OPTIMISASI EKONOMI
Gambaran Umum Ekonomi Internasional
Perilaku Produsen Teori Biaya Produksi.
Bab VI Teori Biaya Produksi
Konsep Dasar Analisis Produksi
7.3 Biaya Jangka Panjang Memilih Input
KONSEP DASAR ANALISIS BIAYA
Ekonomi Kota Studi kasus Jakarta.
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNDIP – KELAS B
SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP
PERTEMUAN KE-5 TEORI PRODUKSI
MAKSIMALISASI LABA TC = f(q) TR = Pq = TR-TC
Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan
Fungsi produksi.
TEORI KRUGMAN Trade and Geography: Economies of Scale, Differentiated Products and Transport Costs ( Paul Krugman): teori yang relevan dengan kondisi ekonomi.
Teori Biaya Produksi Biaya atau ongkos produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan.
TEORI ESTIMASI DAN BIAYA
Struktur Pasar & Tingkat Persaingan
TEORI BIAYA PRODUKSI HERTIANA IKASARI, SE, MSi
Teori Biaya Produksi.
Teori Biaya Produksi KUWAT RIYANTO STIM BUDI BAKTI BEKASI
Biaya Produksi.
Disiapkan oleh suyadi,se.,mm
Bab VI Teori Biaya Produksi
Bab VI Teori Biaya Produksi Muh. Yunanto, Oktober 2006
TEORI PRODUKSI.
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
BIAYA DAN PROSES PRODUKSI
Pertemuan VIII Persaingan Sempurna.
MAKSIMALISASI LABA TC = f(q) TR = Pq = TR-TC
Produksi dan Biaya dalam Jangka Pendek
Struktur Pasar.
APLIKASI BIAYA PRODUKSI
BAB 7 Proses Produksi: Perilaku Perusahaan yang Memaksialkan Keuntungan Fungsi produksi atau fungsi produk total adalah hubungan antara input dan output.
TEORI ESTIMASI DAN BIAYA
EKONOMI PERKOTAAN DAN TRANSPORTASI
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS TERBUKA
Bab VI Teori Biaya Produksi
EKONOMI TRANSPORTASI (CIV -205)
Struktur Pasar & Tingkat Persaingan
NOR KHOLIS UBAIDILLAH MOH.FIRZAN SAMSUL MA’ARIF FEBRIYANTO OVIYATUL SAPUTRI WILDA SELVIA R KELOMPOK 2.
Transcript presentasi:

Ekonomi Perkotaan

Pendahuluan Ekonomi Perkotaan (Urban Economies) sebagai satu cabang ilmu ekonomi spasial Ekonomi Perkotaan berada dalam ruang lingkup ekonomi regional, lingkungan spasial pertama, sebelum masuk dalam lingkup nasional dan kemudian global Ekonomi perkotaan bersifat kompak secara ruang dalam pengertian terkait erat dalam ruang lingkup kota, merupakan satu sistem ekonomi spasial yang bersifat lokal, tetapi dengan pengaruh jauh di luar batas fisiknya.

Ekonomi Perkotaan Ekonomi Perkotaan, dilihat dari sudut spasial, mengalami konsentrasi kegiatan ekonomi dan penduduk disertai konsekwensi interaksinya Kota penuhi sifat mengelompok manusia Peran tinggi dari industri dan services dalam ekonomi nasional dari semua kota (lebih dari 70 persen: lokasi utama daerah perkotaan) Trend peningkatan porsi penduduk dalam kota (Indonesia ∞ 45 %, negara industri: > 70 %) Pusat pemerintahan dan perdagangan (lama) Intensitas penduduk dan kegiatan kota tertinggi

Kota Lokasi Keterpusatan Pemusatan Populasi: Memaksimumkan welfare, dari keberagaman bakat & spesialisasi, banyak produk yang mendukung nilai guna maksimum sesuai dgn komposisi konsumsi menurut tingkat penghasilan dan lokasi pemukiman (biaya rumah + transport). Konsumen terpusat secara ruang Kosentrasi Produsen dan Pekerjaan: Maksimumkan efisiensi ekonomi kota akibat kedekatan antar-produsen & dengan konsumen dan tenaga kerja dengan pusat-pusat produksi dan pelayanan kota Konsentrasi Pasar dan Transaksi: Maksimumkan kesejahteraan dari penurunan biaya transaksi dari konsentrasi banyak pasar dalam tempat sama

Teori Pembentukan Kota Cronon (1991): Kota terbentuk oleh faktor geografik alamiah pertama dan kedua: Faktor geografik alamiah pertama: pelabuhan alamiah, sungai, dan sebagainya Faktor geografik alamiah kedua: situasi lokasi ciptaan manusia, meningkatkan manfaat faktor Geografi Alamiah I ; Krugman menyatakan peran ekonomi skala dalam aglomerasi, serta juga peran vital sejarah (history), multiple equilibrium Cronon menyatakan peran dari barang publik lokal, seperti jalan, pelabuhan buatan, pasar, dan sebagainya Kota terbentuk sebagai pusat pemasaran (Berliant & Konishi, 2000) Seterusnya orang mengacu pada teori klasik seperti von Thunen dan sebagainya

Kota: Faktor Geografik Alamiah II Kota adalah bagian wilayah nasional, intensitas barang dan pelayanan publik paling tinggi Ini merupakan faktor geografik pendukung proses terbentuknya kota dari komponen ciptaan manusia, yang pada hakekatnya bukan bersifat alamiah Banyak dari barang publik kota merupakan sistem jejaring: jaringan jalan dan transportasi umumnya menjadi faktor penentu struktur ruang fisik kota. Jaringan ini mempunyai eksternalitas positif. Barang publik kota dan lokal sekaligus merupakan derived demand maupun agent of development.

Dimensi Ekonomi: Meso-Economy Ekonomi Kota: Mikro + Makro; pengadaan barang dan pelayanan publik secara mikroekonomi, tetapi agregasi sektor swasta menyerupai makroekonomi Dimensi ekonomi memungkinkan koordinasi dapat lebih mudah, baik antar sektor privat maupun dgn sektor publik dan antar sektor publik juga Kota adalah pusat teknologi produksi + konsumsi tertinggi dalam satu negara Kota menjadi pusat inovasi dan invensi bagi bagian terbesar proses produksi Dimensi mesoeconomy mempermudah proses itu

Ekonomi Eksternal Dalam Kota Kedekatan pusat-pusat kegiatan dalam ruang kota memicu timbulnya eksternalitas, baik positif atau negatif (proximity economy) Barang dan pelayanan publik adalah penghasil efek eksternal positif pada umumnya, sedangkan sektor privat dapat menimbulkan efek negatif berupa polusi Berarti analisis ekonomi paling digunakan ialah dari kelompok mikro: baik sektor privat maupun publik, terutama ekonomi publik dan lingkungan Dalam barang dan pelayanan publik, asas ekonomi skala (natural monopoly) dapat terjadi secara umum

Prinsip Ekonomi Dari sifat-sifat dasar satuan ekonomi dalam kota, terlihat efek ekonomi skala yang meluas, sehingga seolah-olah akan terjadi peningkatan efisiensi total akibat peningkatan tingkat urbanisasi Fakta bahwa makroekonomi berkembang sesuai CRS, sehingga ada faktor penyeimbang pada saat agregasi (Rossi-Hansberg, Wright, 2005) Proses ini seolah-olah menjadikan kota sebagai satuan ekonomi spasial menyerupai perusahaan, dan mengalami titik balik peningkatan efisiensi, seperti saat mencapai ukuran optimal kota yang dipicu oleh efek eksternal negatif (kongesti, polusi)

Perlunya Perencanaan Ekonomi Kota Ekonomi campuran dalam kota menuntut peran kuat dari perencanaan, terutama dalam sektor publik Kota dihuni oleh banyak satuan kegiatan ekonomi dan keluarga, yang membutuhkan perencanaan tepat Perencanaan tata-guna tanah (tata ruang) menjadi bagian kembar dari perencanaan barang publik dan pelayanan umum (interaksi timbal balik) Berbagai pelayanan publik tidak tepat diserahkan pada sistem pasar murni, seperti angkutan umum atau pengadaan air bersih. Ekonomi kota menuntut kadar perencanaan tinggi

Dua Sisi Ekonomi Bertentangan Konsentrasi populasi dan kegiatan ekonomi dalam kota → pelangkaan banyak sumber daya ekonomi, harga properti meningkat biarpun ada efek eksternalitas positif konsetrasi tinggi (juga manfaat ekonomi skala), tetapi disertai peningkatan efek eksternalitas negatif juga Kapasitas barang dan pelayanan publik dalam kota tidak dapat dinaikkan semaunya memicu kemacetan yang meluas, meningkatkan semua jenis biaya dalam kota (biaya hidup dan produksi) Struktur kota nasional membentuk hubungan sesuai dengan hukum Zipf (Power Law). Setiap kota mempunyai posisi dalam struktur itu Ada sekumpulan produk tepat (Christaler) sesuai posisi

Beberapa Kurva Vital TVC Labor Output MC ATC TC COST PRODUK FISIK TFC AFC AP ATC MP AVC

Jangka Waktu dan Biaya2 Kota Dalam jangka pendek, salah satu besaran berubah, besaran penentu kapasitas produksi lain tetap. berlaku pada perusahaan, tetapi juga pada banyak barang dan pelayanan publik kota Dalam jangka panjang, semua variabel penentu berubah: selera, teknologi dan organisasi hampir tetap. (kapasitas jaringan jalan naik, dsb) Dalam jangka sangat panjang, perubahan di atas + teknologi, selera, sistem nilai sosial. Hal ini dapat merubah dimensi kota pada ukuran lebih kecil atau sebaliknya.

Kapasitas Sistem Prasarana Kapasitas kota ditentukan oleh konfigurasi kapasitas prasarana dan lingkungan Sistem jaringan jalan, jaringan saluran air minum, drainase, daya alir air hujan, air tanah, dsb Perubahan satu komponen sistem kota rubah kapasitas, dapat memicu distorsi Peningkatan income penduduk kota memicu jumlah kendaraan. Tanpa penyesuaian kapasitas jaringan jalan akan menyebabkan kemacetan kota Atau peningkatan kapasitas angkutan umum yang dpt diterima penduduk (nyaman, tepat waktu, murah, dsb) Perubahan prasarana harus seimbang

Beberapa Konsep Elastisitas Elastisitas Harga: ε = [ d ln Q/ d ln P], ε < 0 Bila |ε| mendekati 0, barang itu inelastik. Angkutan umum kota biasanya bersifat inelastik Bila |ε| > 1, barang itu bersifat elastik, seperti mobil atau kendaraan bermotor, TV, dsb Elastisitas Silang:  = [d ln Q(j)/ d ln P(i)] Bila  > 0, dua barang bersifat substitusi, misalnya antara mobil pribadi dengan angkutan umum Bila  < 0, kedua barang bersifat komplementer, seperti antara kendaraan dengan jalan raya

Ekonomi Skala dan … Hubungan masukan dan luaran sistem produksi dpt berupa: constant return to scale, increasing return to scale, dan decreasing return to scale Hubungan itu: bila input dinaikkan t kali, berapa kali peningkatan outputnya, atau dalam hubungan fungsi: F(tX) = tF(X) Bila t = 1, maka CRS (constant return to scale) Bila t > 1, maka IRS (increasing return to scale) Bila t< 1, maka DRS (decreasing return to scale) Selanjutnya ada ekonomi skala dapat ditunjukkan sebagai dalam slide berikut

Ekonomi Skala (2) Konsep ekonomi skala dapat diturunkan dari relasi biaya total rata-rata (fungsi) dengan biaya marjinal SE = ATC/MC atau TC(Q)/Q((∂ TC/∂ Q)), yang tidak lain dari elastisitas biaya terhadap output. Dengan demikian, bila: SE ≥ 1 maka ada IRS SE = 1, maka ada CRS SE ≤ 1, maka ada DRS Kegunaan konsep ini terutama untuk mencari apa yang disebut sebagai minimum efficient scale yang merupakan titik terendah dalam kurva LAC

Skala Efisien Minimum LAC LMC SMC1 LAC SAC1 LMC SMC0 SAC0 Hubungan antara Biaya Rata-rata Jangka Panjang (LAC) dengan Biaya Rata-rata Jangka Pendek (SAC) dan juga biaya-biaya merjinal terkait; LMC = long run MC

Konsep Ray Average Cost (RAC) RAC: Perluasan ekonomi skala produk tunggal ke situasi prdk ganda, dgn mencari karakteristik biaya di mana tingkat bundel output tertentu berubah secara proporsional. Relasi tersebut di- sebut Ray Average Cost: RAC(Q) = TC(Q)/Qi = TC(tq0)/t (Baumol, Panzar, Willig, 1988). Q0 adalah bundel satuan utk satu campuran tertentu output – (bundel sebarang ditentukan nilai 1) – di mana t adalah jumlah satuan dalam bundel tq0=Q RAC disebut menaik (menurun) bila RAC(tq) fungsi menaik(menurun) t pada t=1. RAC disebut diminimisasi pada Q bila RAC(Q) < RAC(tq) utk semua t = 1 positif. (tq0 = Q), di mana q0 Konsep RAC dan ekonomi skala multi-produk mengacu pada situasi perubahan proporsional kuantitas semua set produk. TotalCost RAC Q2 T R q0 O Q1

Ekonomi Skop Economies of scope adalah pernyatan hubungan biaya produksi sejumlah produk dengan asset perusahaan yang sama dibanding dengan bila menghasilkan produk satu per satu Berarti bila TC(Q1,Q2) < TC(Q1) + TC(Q2) maka disebut ada ekonomi skop Tingkat ekonomi skop dinyatakan dalam bentuk: SC=[{TC(Q1) + TC(Q2)} - TC(Q1,Q2)]/ TC(Q1,Q2) Ekonomi skala dan ekonomi skop mempunyai peran penting dalam ekonomi perkotaan, seperti dalam barang dan pelayanan publik

Substitusi dan Komplementaritas Dalam ekonomi perkotaan, aspek komplementaritas terjadi dengan intensitas tinggi. Jalan dan lokasi perusahaan dan pemukiman saling tergantung. Gejala substitusi dapat mempunyai efek luas dalam peningkatan efisiensi ekonomi perkotaan: antara angkutan umum dengan angkutan pribadi, akan mengurangi kemacetan, polusi, konsumsi BBM, dsb Substitusi rumah di atas tanah dengan rumah susun akan meningkatkan efisiensi penggunaan banyak prasarana kota; demikian juga substitusi air bersih PAM dengan air tanah

Efek Eksternal, Biaya Sosial Es-Ep-S = kerugian sosial bila Privat konsumsi sebesar Qp, Sebab tidak bayar biaya sosial Keseimbangan sosial: Es P Biaya privat Biaya sosial cakup Polusi dan macet S Es Ep Demand curve O Qo Qp Q

Internalisasi Biaya-Manfaat Eksternal Internalisasi efek eksternal, penyebab atau peneri-ma, baik yang positif atau negatif, dikenai pajak Internalisasi efek negatif: pajak pencemaran, polusi, pajak kemacetan (PPP polluter payer principles) Internalisasi efek positif: Pajak PBB, pajak peran serta perusahaan dalam pembiayaan angkutan umum (belum ada di Indonesia, P’cis: versement transport) Manfaat aglomerasi menjadi sumber efisiensi dan efektivitas ekonomi kota, dianggap terbagi rata Untuk struktur barang & layanan publik dan efek negatif tertentu, terdapat pula ukuran optimal kota

Ukuran Optimal Kota (Konfigurasi Barang & Layanan publik tertentu) Efek aglomerasi dgn Barang dan layanan publik tertentu Manfaat Netto Efek eksternal negatif Ukuran optimal O Populasi dan Kegiatan

Kota dan Perusahaan Dari sisi ekonomi, kota adalah lokasi perusa-haan, baik sektor riil atau pelayanan (services) Interaksi sektor publik-privat terjadi dngn intensitas tinggi dalam ruang kota tertentu Kinerja perusahaan adalah merupakan resultante dua sektor: Publik dan Swasta Daya saing perusahaan adalah merupakan titik ujung daya saing kota, baik dalam dimensi do-mestik atau nasional, maupun dimensi global. Kota dapat menaikkan daya saing kotanya melalui pengadaan barang dan layanan publik yang tepat

Kota: Fase-fase Perkembangan Menurut W. Thompson (1965), fase2 perkembangan kota terdiri dari: Spesialisasi, terkonsentrasi kegiatan tertentu Diversifikasi, berkembang menjadi kompleks kegiatan lebih banyak Kematangan (maturity), pemantapan diversifikasi kegiatan kota dalam banyak produk Metropolisasi, proses pendominasian kota2 lain di bawah wilayah pengaruhnya Fase-fase ini berkembang disamping proses lain, seperti terkait siklus produksi dan berbagai mobilitas dlm kota

Kota dan Siklus Produksi Kehidupan kota produk tunggal ditentukan oleh daur hidup (product life cycle) produk itu Kota dgn produk bervariasi, mempunyai prospek hidup lebih langgeng dibanding produk tunggal Kota perlu merangsang munculnya produk2 baru, baik berupa inovasi maupun invensi Strategi “samudera biru” untuk perusahaan perlu diadopsi pemerintah kota untuk membantu dunia usaha dalam kotanya berkembang Strategi samudera biru mendorong perusahaan capai posisi monopolistik atau semi, tetapi volume besar

Jaringan Kota: Jaringan Produksi Ekonomi Kota: Basik dan Non-Basik, di mana basik menjadi kegiatan untuk ekspor Interaksi ekonomi basik dalam semua kota menjadi pembentuk jaringan produksi nasional Kegiatan Non-Basik dapat merupakan barang publik lokal (non-tradable goods) ataupun sektor swasta pasar lokal Dengan mengacu pada tabel I-O, satu sektor dapat sekaligus menjadi basik dan non-basik Dalam jangka panjang, kota dapat melakukan transformasi non-basik menjadi basik

Kota dan Globalisasi Globalisasi ekonomi terutama tercermin dari sistem perdagangan bebas dengan tarif rendah (hampir 0%) serta liberalisasi arus investasi antar negara Perusahaan berhadapan langsung dengan perusahaan dunia lain di pasar global Tetapi seperti disebut di atas, daya saing perusahaan adalah resultante faktor internal perusahaan dan kota lokasi (ketersediaan barang dan layanan publik yang mendukung peningkatan kinerja perjusahaan) Peningkatan peran services, baik dalam PDB global atau pada kontribusi perbaikan kinerja perusahaan